BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.
Kata stres telah sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari, stress
merupakan salah satu gejala psikologis yang dapat menyerang setiap
orang. Stres dapat timbul karena adanya konflik dan frustrasi. Sebagian
besar orang beranggapan bahwa yang dimaksud stres adalah sesuatu yang
tidak menyenangkan dan membuat orang tersebut merasa tidak nyaman,
bingung,mudah marah, tekanan darah meningkat, detak jantung lebih cepat,
gangguan pencernaan, dsb. Sebagian besar stres dapat dipicu karena
pengaruh eksternal dan ada pula yang dipengaruhi oleh faktor internal
individu tersebut. Stres sebenarnya dapat dicegah dan diatasi dengan
cara-cara tertentu. Tapi melihat hal-hal tersebut,tampaknya tidak banyak
orang yang mengetahui tentang stres, bagaimana mencegahnya, mengatasi,
ataupun memanfaatkan stres tersebut sebagai salah satu bagian dari hidup
kita. Pemahaman yang baik terhadap stres akan membantu kita dalam
menghadapi stres ketika stres tersebut menyerang kita, melalui
penanganan yang tepat dengan adanya pemahaman yang baik mengenai stres,
maka individu tidak akan terkena dampak negatif dari stres tersebut.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang termasuk ke dalam konsep stres tersebut ?
2. Apakah manifstasi stress?
3. Apa factor-faktor yang mempengaruhi stress?
4. Apakah yang disebut adaptasi?
5. Apakah proses keperawatan stress managemen stress untuk perawat?
C. TUJUAN.
1. Untuk mengetahui konsep stress.
2. Untuk mengetahui manifestasi stress.
3. Untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi stress.
4. Untuk mengetahui adaptasi.
5. Untuk mengetahui proses keperawatan stress mangemen stress untuk perawat
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP STRESS
Stres adalah segala situasi di mana tuntunan non-spesifik mengharuskan
seorang individu untuk merespon atau melakukan tindakan ( Selye, 1976 ).
Respon atau tindakan ini termasuk respon fisiologis dan psikologis.
Stresor adalah stimulus yang mengawali atau mencetuskan perubahan.
1. Stresor internal berasal dari dalam diri seseorang (demam, kondisi
seperti kehamilan, menopause atau suatu keadaan emosi seperti rasa
bersalah )
2. Stresor eksternal berasal dari luar diri seseorang (perubahan
bermakna dalam suhu lingkungan, perubahan peran dalam keluarga atau
sosial, atau tekanan dari pasangan ).
Berbagai pandangan manusia mengenai stres menghasilkan pengertian yang
berbeda-beda tentang stres itu sendiri. Stres hanyalah sekedar gangguan
sistem syaraf yang menyebabkan tubuh berkeringat, tangan menggenggam,
jantung berdetak kencang,dan wajah memerah. Paham realistik memandang
stress sebagai suatu fenomena jiwa yang terpisah dengan jasmani atau
tubuh manusia atau fenomena tubuh belaka tanpa ada hubungan dengan
kejiwaan. Sedangkan paham idealis menganggap stres adalah murni fenomena
jiwa. Hal ini membuat kita sulit untuk menjelaskan kenapa jika fenomena
stres hanyalah fenomena jiwa namun memberikan dampak pada fisik
seseorang seperti dada yang berdebar-debar, keringat, dan sebagainya.
Tak seorang pun dapat menghindari stres karena untuk menghilangkannya
berarti akan menghancurkan hidupnya sendiri ( Hans Selye, 1978 ). Stres
merupakan interaksi antara individu dengan lingkungan. Pendekatan ini
telah dibatasi sebagai “model psikologi”. Model psikologi ini
menggambarkan stress sebagai suatu proses yang meliputi stresor dan
ketegangan ( strain ). Interaksi antara individu dengan lingkungannya
yang saling mempengaruhi itu dinamakan dengan interaksi transaksional
yang di dalamnya terdapat proses penyesuaian. Stres bukan hanya stimulus
atau respon tetapi juga agen aktif yang dapat mempengaruhi stresor
melalui strategi prilaku, kognitif dan emosional. Individu akan
memberikan reaksi yang berbeda terhadap stresor yang sama.
Definisi tentang stres yang sangat beragam menunjukan bahwa stres
bukanlah suatu hal yang sederhana. Salah satu definisinya adalah stres
adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan
dan tuntutan kehidupan ( Vincent Cornelli, dalamMustamir Pedak, 2007 ).
Kesimpulan dari para ahli tentang stres yaitu stres bisa terjadi karena
manusia begitu kuat dalam mengejar keinginannya serta kebutuhannya
dengan mengandalkan segala kemampuannya dan potensinya.
B. MANIFESTASI STRESS
Stres sifatnya universiality, yaitu umum semua orang sama dapat
merasakannya, tetapi cara pengungkapannya yang berbeda atau diversity.
Sesuai dengan karakteristik individu, maka responnya berbeda- beda untuk
setiap orang. Seseorang yang mengalami stres dapat mengalami
perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya, antara lain :
1. Perubahan warna rambut kusam, ubanan, kerontokan
2. Wajah tegang, dahi berkerut, mimik nampak serius, tidak santai,
bicara berat, sulit tersenyum/tertawa dan kulit muka kedutan
(ticfacialis)
3. Nafas terasa berat dan sesak, timbul asma
4. Jantung berdebar-debar, pembuluh darah melebar atau menyempit
(constriksi) sehingga mukanya nampak merah atau pucat. Pembuluh darah
tepi (perifer) terutama ujung-ujung jari juga menyempit sehingga terasa
dingin dan kesemutan.
5. Lambung mual, kembung, pedih, mules, sembelit atau diare.
6. Sering berkemih.
7. Otot sakit seperti ditusuk-tusuk, pegal dan tegang pada tulang terasa linu atau kaku bila digerakkan.
8. Kadar gula meningkat, pada wanita mens tidak teratur dan sakit (dysmenorhea)
9. Libido menurun atau bisa juga meningkat.
10. Gangguan makan bisa nafsu makan meningkat atau tidak ada nafsu makan.
11. Tidak bisa tidur
12. Sakit mental-histeris
C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRESS
Kondisi-kondisi yang cenderung menyebabkan stress disebut stressors.
Meskipun stress dapat diakibatkan oleh hanya satu stressors, biasanya
karyawan mengalami stress karena kombinasi stressors.
Menurut Robbins (2001:565-567) ada tiga sumber utama yang dapat menyebabkan timbulnya stress yaitu:
1. Faktor Lingkungan
Keadaan lingkungan yang tidak menentu akan dapat menyebabkan pengaruh
pembentukan struktur organisasi yang tidak sehat terhadap karyawan.
Dalam faktor lingkungan terdapat tiga hal yang dapat menimbulkan stress
bagi karyawan yaitu ekonomi, politik dan teknologi. Perubahan yang
sangat cepat karena adanya penyesuaian terhadap ketiga hal tersebut
membuat seseorang mengalami ancaman terkena stress. Hal ini dapat
terjadi, misalnya perubahan teknologi yang begitu cepat. Perubahan yang
baru terhadap teknologi akan membuat keahlian seseorang dan
pengalamannya tidak terpakai karena hampir semua pekerjaan dapat
terselesaikan dengan cepat dan dalam waktu yang singkat dengan adanya
teknologi yang digunakannya.
2. Faktor Organisasi
Didalam organisasi terdapat beberapa faktor yang dapat menimbulkan
stress yaitu role demands, interpersonal demands, organizational
structure dan organizational leadership.
Pengertian dari masing-masing faktor organisasi tersebut adalah sebagai berikut :
a. Role Demands
Peraturan dan tuntutan dalam pekerjaan yang tidak jelas dalam suatu
organisasi akan mempengaruhi peranan seorang karyawan untuk memberikan
hasil akhir yang ingin dicapai bersama dalam suatu organisasi tersebut.
b. Interpersonal Demands
Mendefinisikan tekanan yang diciptakan oleh karyawan lainnya dalam
organisasi. Hubungan komunikasi yang tidak jelas antara karyawan satu
dengan karyawan lainnya akan dapat menyebabkan komunikasi yang tidak
sehat. Sehingga pemenuhan kebutuhan dalam organisasi terutama yang
berkaitan dengan kehidupan sosial akan menghambat perkembangan sikap dan
pemikiran antara karyawan yang satu dengan karyawan lainnya.
c. Organizational Structure
Mendefinisikan tingkat perbedaan dalam organisasi dimana keputusan
tersebut dibuat dan jika terjadi ketidak jelasan dalam struktur pembuat
keputusan atau peraturan maka akan dapat mempengaruhi kinerja seorang
karyawan dalam organisasi.
d. Organizational Leadership
Berkaitan dengan peran yang akan dilakukan oleh seorang pimpinan dalam
suatu organisasi. Karakteristik pemimpin menurut The Michigan group
(Robbins, 2001:316) dibagi dua yaitu karakteristik pemimpin yang lebih
mengutamakan atau menekankan pada hubungan yang secara langsung antara
pemimpin dengan karyawannya serta karakteristik pemimpin yang hanya
mengutamakan atau menekankan pada hal pekerjaan saja.
Empat faktor organisasi di atas juga akan menjadi batasan dalam mengukur
tingginya tingkat stress. Pengertian dari tingkat stress itu sendiri
adalah muncul dari adanya kondisi-kondisi suatu pekerjaan atau masalah
yang timbul yang tidak diinginkan oleh individu dalam mencapai suatu
kesempatan, batasan-batasan, atau permintaan-permintaan dimana semuanya
itu berhubungan dengan keinginannya dan dimana hasilnya diterima sebagai
sesuatu yang tidak pasti tapi penting (Robbins,2001:563).
3. Faktor Individu
Pada dasarnya, faktor yang terkait dalam hal ini muncul dari
dalam keluarga, masalah ekonomi pribadi dan karakteristik pribadi dari
keturunan. Hubungan pribadi antara keluarga yang kurang baik akan
menimbulkan akibat pada pekerjaan yang akan dilakukan karena akibat
tersebut dapat terbawa dalam pekerjaan seseorang. Sedangkan masalah
ekonomi tergantung dari bagaimana seseorang tersebut dapat menghasilkan
penghasilan yang cukup bagi kebutuhan keluarga serta dapat menjalankan
keuangan tersebut dengan seperlunya. Karakteristik pribadi dari
keturunan bagi tiap individu yang dapat menimbulkan stress terletak pada
watak dasar alami yang dimiliki oleh seseorang tersebut. Sehingga untuk
itu, gejala stress yang timbul pada tiap-tiap pekerjaan harus diatur
dengan benar dalam kepribadian seseorang.
D. ADAPTASI
Adaptasi adalah penyesuaian diri terhadap suatu penilaian. Dalam hal ini
respon individu terhadap suatu perubahan yang ada dilingkungan yang
dapat mempengaruhi keutuhan tubuh baik secara fisiologis maupun
psikologis dalam perilaku adaptip. Hasil dari perilaku ini dapat berupa
usaha untuk mempertahankan keseimbangan dari suatu keadaan agar dapat
kembali pada keadaan normal, namun setiap orang akan berbeda dalam
perilaku adaptip ada yang dapat berjalan dengan cepat namun ada pula
yang memerlukan waktu lama tergantung dari kematangan mental orang itu
tersebut.
Adaptasi terhadap stress dapat berupa :
1. Adaptasi fisiologis
Adaptasi fisiologis adalah proses penyesuaian diri secara alamiah atau
secara fisiologis untuk mempertahankan keseimbangan dalam berbagai
faktor yang menimbulkan keadaan menjadi tidak seimbang contoh: masuknya
kuman pennyakit ketubuh manusia.
2. Adaptasi psikologi
Adaptasi secara psikologis dapat dibagi menjadi dua yaitu:
• LAS ( general adaptation syndroma)
adalah apabila kejadiannya atau proses adaptasi bersifat lokal contoh:
seperti ketika kulit terinfeksi maka akan terjadi disekitar kulit
tersebut kemerahan, bengkak, nyeri, panas dll yang sifatnya lokal atau
pada daerah sekitar yang terkena.
• GAS ( general adaptation syndroma)
adalah apabila reaksi lokal tidak dapat diaktifitasi maka dapat
menyebabkan gangguan dan secara sistemik tubuh akan melakukan proses
penyesuaian diri seperti panas di seluruh tubuh, berkeringat
E. PROSES KEPERAWATAN STRESS MANAGEMEN STRESS UNTUK PERAWAT
Manajemen stress adalah kemungkinan melihat promosi kesehatan sebagai
aktivitas atau intervasi atau mengubah pertukaran respon terhadap
penyakit. Fokusnya tergantung pada tujuan dari intervensi keperawatan
berdasarkan keperluan pasien. Perawat bertanggung jawab pada
implemenetasi pemikiran yang dikeluarkan pada beberapa daerah
perawatan.Untuk mencegah dan mengatasi stres agar tidak sampai ke tahap
yang paling berat, maka dapat dilakukan dengan cara :
1. Pengaturan Diet dan Nutrisi
Pengaturan diet dan nutrisi merupakan cara yang efektif dalam mengurangi
dan mengatasi stres melalui makan dan minum yang halal dan tidak
berlebihan, dengan mengatur jadwal makan secara teratur, menu
bervariasi, hindari makan dingin dan monoton karena dapat menurunkan
kekebalan tubuh.
2. Istirahatcv dan Tidur
Istirahat dan tidur merupakan obat yang baik dalam mengatasi stres
karena dengan istirahat dan tidur yang cukup akan memulihkan keadaan
tubuh. Tidur yang cukup akan memberikan kegairahan dalam hidup dan
memperbaiki sel-sel yang rusak.
3. Olah Raga atau Latihan Teratur
Olah raga dan latihan teratur adalah salah satu cara untuk meningkatkan
daya tahan dan kekebalan fisik maupun mental. Olah raga dapat dilakukan
dengan cara jalan pagi, lari pagi minimal dua kali seminggu dan tidak
perlu lama-lama yang penting menghasilkan keringat setelah itu mandi
dengan air hangat untuk memulihkan kebugaran.
4. Berhenti Merokok
Berhenti merokok adalah bagian dari cara menanggulangi
stres karena dapat meningkatkan ststus kesehatan dan mempertahankan
ketahanan dan kekebalan tubuh.
5. Tidak Mengkonsumsi Minuman Keras
Minuman keras merupakan faktor pencetus yang dapat mengakibatkan
terjadinya stres. Dengan tidak mengkonsumsi minuman keras, kekebalan dan
ketahanan tubuh akan semakin baik, segala penyakit dapat dihindari
karena minuman keras banyak mengandung alkohol.
6. Pengaturan Berat Badan
Peningkatan berat badan merupakan faktor yang dapat menyebabkan
timbulnya stres karena mudah menurunkan daya tahan tubuh terhadap stres.
Keadaan tubuh yang seimbang akan meningkatkan ketahanan dan kekebalan
tubuh terhadap stres.
7. Pengaturan Waktu
Pengaturan waktu merupakan cara yang tepat dalam mengurangi dan
menanggulangi stres. Dengan pengaturan waktu segala pekerjaaan yang
dapat menimbulkan kelelahan fisik dapat dihindari. Pengaturan waktu
dapat dilakukan dengan cara menggunakan waktu secara efektif dan efisien
serta melihat aspek prokdutivitas waktu. Seperti menggunakan waktu
untuk menghasilkan sesuatu dan jangan biarkan waktu berlalu tanpa
menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.
8. Terapi Psikofarmaka
Terapi ini dengan menggunakan obat-obatan dalam mengalami stres yang
dialami dengan cara memutuskan jaringan antara psiko neuro dan imunologi
sehingga stresor psikososial yang dialami tidak mempengaruhi fungsi
kognitif afektif atau psikomotor yang dapat mengganggu organ tubuh yang
lain. Obat-obatan yang digunakan biasanya digunakan adalah anti cemas
dan anti depresi.
9. Terapi Somatik
Terapi ini hanya dilakukan pada gejala yang ditimbulkan akibat stres
yang dialami sehingga diharapkan tidak dapat mengganggu sistem tubuh
yang lain.
10. Psikoterapi
Terapi ini dengan menggunakan teknik psikologis yang disesuaikan dengan
kebutuhan seseorang. Terapi ini dapat meliputi psikoterapi suportif dan
psikoterapi redukatif di mana psikoterapi suportif memberikan motivasi
atau dukungan agar pasien mengalami percaya diri, sedangkan psikoterapi
redukatif dilakukan dengan memberikan pendidikan secara berulang. Selain
itu ada psikoterapi rekonstruktif, psikoterapi kognitif dan lain-lain.
11. Terapi Psikoreligius
Terapi ini dengan menggunakan pendekatan agama dalam mengatasi
permasalahan psikologis mengingat dalam mengatasi permasalahn psikologis
mengingat dalam mengatasi atau mempertahankan kehidupan seseorang harus
sehat secara fisik, psikis, sosial, dan sehat spiritual sehingga stres
yang dialami dapat diatasi.
12. Homeostatis
Merupakan suatu keadaan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan
dalam menghadapi kondisi yang dialaminya. Proses homeostatis ini dapat
terjadi apabila tubuh mengalami stres yang ada sehingga tubuh secara
alamiah akan melakukan mekanisme pertahanan diri untuk menjaga kondisi
yang seimbang, atau juga dapat dikatakan bahwa homeostatis adalah suatu
proses perubahaan yang terus menerus untuk memelihara stabilitas dan
beradaptasi terhadap kondisi lingkungan sekitarnya.
Homeostatis yang terdapat dalam tubuh manusia dapat dikendalikan oleh
suatu sistem endokrin dan syaraf otonom. Secara alamiah proses
homeostatis dapat terjadi dalam tubuh manusia. Dalam mempelajari cara
tubuh melakukan proses homeostatis ini dapat melalui empat cara di
antaranya:
a. Self regulation di mana sistem ini terjadi secara otomatis pada
orang yang sehat seperti dalam pengaturan proses sistem fisiologis tubuh
manusia.
b. Berkompensasi yaitu tubuh akan cenderung bereaksi terhadap ketidak normalan dalam tubuh.
c. Dengan cara sistem umpan balik negatif, proses ini merupakan
penyimpangan dari keadaan normal segera dirasakan dan diperbaiki dalam
tubuh dimana apabila tubuh dalam keadaan tidak normal akan secara
sendiri mengadakan mekanisme umpan balik untuk menyeimbangkan dari
keadaan yang ada.
d. Cara umpan balik untuk mengkoreksi suatu ketidakseimbangan fisiologis.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Stress merupakan bagian dari kehidupan yang dialami setiap
orang setiap hari. Stress tidak dapat dihilangkan tetapi perlu
dipelajari cara-cara penanganannya. Keberhasilan menyelesaikan berbagai
stress merupakan modal kemampuan untuk menghadapi stress yang akan
datang. Klien yang dirawat di Rumah sakit tentu mengalami berbagai
stress yang mungkin sudah tidak mampu mengatasinya. Perawat perlu
berupaya membantu klien
menyelesaikan
masal dan menyelesaikannya dan menggerakan sumber yang dimiliki klien.
Dengan membantu klien menghadapi dan menyelesaikan stress berarti
perawat telah meningkatkan kemampuan sumber daya manusia, menghemat hari
rawat, menghemat biaya perawatan dan meningkatkan produktivitas
manusia.
Stress yang dialami seseorang tidak mungkin secara langsung, beberapa
tahap akan muncul dalam diri seesorang tersebut, apabila stress tidak
dapat ditanggulangi maka akan berdampak lebih lanjut. Oleh sebab itu,
terapkanlah sebuah manajemen agar keadaan seesorang tersebut masih bisa
terkontrol.
Stress
Stress adalah realitas kehidupan setiap hari yang tidak dapat dihindari.
Stres disebabkan oleh perubahan yang memerlukan penyesuaian (Keliat,
B.A., 1999).
Salah satu contoh stress adalah menghadapi ujian masuk kerja. Ujian
masuk kerja bisa diasumsikan oleh individu sebagai hal yang positif,
jika dirasakan oleh individu sebagai sesuatu yang harus dilakukan dan
individu tersebut siap. Sedangkan dianggap negatif, jika dirasakan oleh
individu sebagai suatu ancaman dan individu tersebut tidak siap.
Berdasarkan hal tersebut, maka setiap individu akan mengalami stress
karena adanya stimulus (stressor), dimana stimulus tersebut dapat
menimbulkan perubahan atau masalah (stress) yang memerlukan cara
menyelesaikan atau menyesuaikan kondisi terhadap masalah tersebut
(koping) sehingga individu dapat menjadi lebih baik atau menjadi adaptif
(lihat gambar 1).
Gambar 1. Proses stress, koping dan adaptasi
Pada individu, sumber stressor dapat berupa:
1. Lingkungan
a. Sikap lingkungan: berupa tuntutan, pandangan positif dan negatif terhadap keberhasilan diterima bekerja.
b. Tuntutan dan sikap keluarga, misalnya keharusan mendapatkan pekerjaan, keinginan akan pilihan orang tua untuk bekerja.
c. Perkembangan ilmu pengetahun dan teknologi (IPTEK), makin cepatnya
memperoleh informasi dan trend masa depan jika berhasil terhadap sesuatu
yang diinginkan
2. Diri sendiri
a. Kebutuhan psikologis yaitu keinginan yang harus dicapai terhadap yang diinginkannya.
b. Proses internalisasi diri, yaitu penyerapan terhadap yang diinginkan secara terus menerus sesuai dengan perkembangannya
3. Pikiran
a. Berkaitan dengan penilaian individu terhadap lingkungan dan pengaruhnya pada diri serta persepsi terhadap lingkungan
b. Berkaitan dengan cara penilaian diri tentang cara penyesuaian yang biasa dilakukan oleh individu yang bersangkutan.
Pikiran individu yang negarif baik penilaian saat ini maupun masa yang akan datang memberi pengaruh yang lebih berat. Misalnya:
- Kecemasan menghadapi ujian masuk kerja
- Ketakutan tidak lulus ujian masuk kerja
- Ragu-ragu mengikuti masuk kerja
Dampak stressor dipengaruhi oleh berbagai faktor (Kozier & Erb, 1983 dikutip Keliat B.A., 1999) yaitu:
1. Sifat stressor
Pengetahuan individu tentang stressor tersebut dan pengaruhnya pada individu tersebut
2. Jumlah stressor
Banyaknya stressor yang diterima individu dalam waktu bersamaan. Jika
individu tidak siap akan menimbulkan perilaku yang tidak baik. Misalnya
marah pada hal-hal yang kecil.
3. Lama stressor
Seberapa sering individu menerima stressor yang sama. Makin sering
individu mengalami hal yang sama maka akan timbul kelelahan dalam
mengatasi masalah tersebut.
4. Pengalaman masa lalu
Pengalaman individu yang lalu mempengaruhi individu menghadapi masalah
5. Tingkat perkembangan
Tiap individu tingkat perkembangannya berbeda.
Koping (Cara penyelesaian masalah)
Koping adalah cara yang dilakukan individu, dalam menyelesaikan masalah,
menyesuaikan diri dengan keinginan yang akan dicapai, dan respons
terhadap situasi yang menjadi ancaman bagi diri individu.
Cara yang dapat dilakukan adalah:
1. Individu
a. Kenal diri sendiri
Merupakan tahap awal yang harus dilakukan. Karena individu yang sudah
kenal akan dirinya, akan siap untuk menghadapi stressor yang ada. Cara
yang dapat dilakukan adalah:
- Identifikasi siapa diri anda
- Tanyakan pada orang lain siapa anda
- Mintalah umpan balik jika anda sudah kena diri anda
b. Turunkan kecemasan
- Identifikasi penyebab cemas anda
- Cari tindakan yang menurut anda dapat menurunkan kecemasan
- Lakukan teknik relaksasi
c. Tingkatkan harga diri
- Identifikasi aspek positif yang anda miliki
- Mulai gali kemampuan positif yang anda miliki
- Pertahankan aspek positif yang anda miliki
d. Persiapan diri
- Tingkatkan kemampuan kognitif atau pengetahuan anda (belajar)
- Berdoa
- Mencari informasi
- Diskusi dengan orang yang sudah punya pengalaman bekerja
- Identifikasi kebutuhan yang perlu dipersiapkan
e. Pertahankan dan tingkatkan cara yang sudah baik
2. Dukungan sosial (keluarga, teman dan masyarakat)
a. Pemberian dukungan terhadap peningkatan kemampuan kognitif
b. Ciptakan lingkungan keluarga yang sehat, misalnya waktu berdikusi
c. dengan anggota keluarganya
d. Berikan bimbingan mental dan spiritual untuk individu tersebut dari keluarga
e. Berikan bimbingan khusus untuk individu, misalnya konseling
Adaptasi
Adaptasi merupakan hasil akhir dari upaya koping. Karakteristik respon beradaptasi
adalah:
- Dapat mempertahankan keseimbangan
- Adaptasi memerlukan waktu
- Kemampuan adaptasi berbeda untuk tiap individu
- Adaptasi melelahkan dan untuk itu perlu bantuan dari orang lain
Penutup
Individu yang sukses adalah individu yang sehat mental dapat masalah
yang dihadapinya. Salah satu contoh adalah individu yang sudah mempunyai
persiapan mental dalam menghadapi ujian masuk kerja
Persiapan mental yang dapat dilakukan adalah meliputi kenal akan diri
sendiri, turunkan kecemasan individu, tingkatkan harga diri, persiapan
diri dan tingkatkan dukungan sosial.
Respons dari adaptasi yang dilakukan adalah: perlunya keseimbangan, perlu waktu,
adaptasi berbeda untuk tiap orang, dan adaptasi melelahkan.
KONSEP STRESS DAN ADAPTASI
A. STRESS DAN STRESSOR
1. PENGERTIAN STRESS DAN STRESSOR
STRESS adalah segala situasi dimana tuntutan non specific mengharuskan
seorang individu untuk berespon atau melakukan tindakan (Selye, 1976).
Lazarus dan Folkman (1994) mendefinsikan stress psikologis sebagai
hubungan khusus antara seseorang dengan lingkungannya yang dihargai oleh
orang lain tersebut sebagai pajak terhadap sumber dayanya dan
membahayakan kemapanannya.
Stres dianggap sebagai faktor predisposisi atau pencetus yang meningkatkan kepekaaan individu terhadap penyakit (Rahe, 1975).
STRESSOR adalah stimuli yang mengawali atau mencetuskan perubahan.
Stressor menunjukkan suatu kebutuhan yang tidak terpenuhi dan kebutuhan
tersebut bisa kebutuhan fisiologis, psikologis, sosial, lingkungan ,
perkembangan dan kebutuhan cultural.
2. MACAM-MACAM STRESSOR
Stressor internal :¬ berasal dari dalam diri seseorang (mis : demam,
kondisi seperti kehamilan atau menopause, atau suatu keadaan emosi
seperti rasa bersalah).
Stressor¬ eksternal : berasal dari luar diri seseorang (mis : perubahan
bermakna dalam suhu lingkungan, perubahan dalam peran keluarga atau
sosial, tekanan dari pasangan).
B. HOMEOSTASIS
1. PENGERTIAN HOMEOSTASIS
Homeostasis adalah keadaan yang relatif konstan di dalam lingkungan
internal tubuh, dipertahankan secara alami oleh mekanisme adaptasi
fisiologis.
Adaptasi fisiologis terhadap stress adalah kemampuan tubuh untuk
mempertahankan keadaan relatif seimbang. Kemampuan adaptif ini adalah
bentuk dinamik dari ekuiliblrium lingkungan internal tubuh. Lingkungan
internal secara konstan berubah, dan mekanisme adaptif tubuh secara
kontinyu berfungsi untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan ini dan
untuk mempertahankan ekuilibrium atau homeostasis.
Homeostasis dipertahankan oleh mekanisme fisiologis yang mengontrol
fungsi tubuh dan memantau organ tubuh. Untuk sebagian besar mekanisme
ini dikontrol oleh sistem saraf dan endokrin dan tidak mencakup perilaku
sadar. Tubuh membuat penyesuaian dalam frekwensi jantung, frekwensi
pernapasan, tekanan darah, suhu tubuh, keseimbangan cairan dan
elektrolit, sekresi hormon dan tingkat kesadaran yang semuanya ditujukan
untuk mempertahankan adaptasi.
Dubos (1965) mengemukakan pandangan lebih lanjut ke sifat dinamis
respons-respons tersebut. Dia mengatakan bahwa ada dua konsep yang
saling mengisi : homestasis dan adaptasi. Homeostasis menekankan pada
perlunya penyesuaian yang harus segera dilakukan tubuh untuk menjaga
komposisi internal selalu dalam batas yang bisa diterima, sedangkan
adaptasi lebih menekankan pada penyesuaian yang berkembang sesuai
berjalannya waktu. Dubos juga menekankan bahwa ada batasan respon
terhadap stimuli yang dapat diterima dan bahwa respon tersebut bisa
berbeda pada setiap individu. Baik homestasis maupun adaptasi dangat
diperlukan untuk dapat bertahan dalam dunia yang selalu berubah.
2. MEKANISME HOMEOSTASIS
Ketika seseorang menyadari tentang kebutuhan fisiologis tidak terpenuhi
seperti makanan atau kehangatan, tindakan yang akan dilakukan adalah
untuk memenuhi kebutuhan tersebut . Untuk sebagian besar bagaimanapun
juga , adaptasi mencakup penyesuaian yang dibuat tubuh secara otomatis
untuk mempertahankan ekuilibrium. Mekanisme homeostasis ini adalah
pengaturan – mandiri, dengan kata lain, mekanisme ini adalah otomatis.
Namun demikian, pada individu yang sakit atau mengalami cedera,
mekanisme ini mungkin tidak mampu untuk mempertahankan atau menopang
homeostasis.
Mekanisme fisiologis adaptasi berfungsi melalui umpan balik negatif,
yaitu duatu proses dimana mekanisme kontrol merasakan suatu keadaan
abnormal, seperti penurunan suhu tubuh, dan membuat suatu respon
adaptif, seperti mulai menggigil untuk membangkitkan panas tubuh. Ketiga
dari mekanisme utama yang digunakan dalam mengadaptasi stressor
dikomtrol oleh medulla oblongata, formasi reticular dan kelenjar
hipofisis.
Medula Oblongata
Medula oblongata mengontrol fungsi vital yang diperlukan untuk bertahan
hidup. Fungsi ini termasuk frekwensi jantung, tekanan darah dan
pernapasan. Impuls yang menjalar ke dan dari medulla oblongata dapat
meningkatkan atau menurunkan fungsi vital ini. Misalnya pengaturan
denyut jantung adalah sebagai hasil dari ilmpuls sistem saraf simpatis
dan parasimpatis yang menjalar dari medulla oblongata ke jantung.
Frekwensi jantung meningkat dalam berespon terhadap denyut dari serabut
saraf simpatis dan menurun akibat impuls dari serabut parasimpatis.
Formasi reticular
Formasi reticular adalah kelompok kecil neuron dalam batang otak dan
medulla spinalis. Kelompok ini juga mengontrol fungsi vital dan secara
kontinu memantau status fisiologis tubuh melalui sambungan dengan
traktus sensoris dan motoris. Misalnya , sel-sel tertentu dalam formasi
reticular dapat menyebabkan orang yang sedang tidur terbangun atau
meningkatkan tingkat kesadarannya ketika timbul kebutuhan.
Kelenjar hipofisis
Kelenjar hipofisis adalah kelenjar kecil yang melekat pada hypothalamus,
menyuplai hormon yang mengontrol fungsi vital tubuh. Kelenjar hipofisis
menghasilkan hormon yang diperlukan untuk beradaptasi terhadap stress.
Selain itu, kelenjar hipofisis mengatur sekresi dari hormon-hormon
tiroid, gonad, dan paratiroid. Sekresi hormon, seperti mekanisme
homeostasis lainnya, normalnya diatur oleh mekanisme umpan balik yang
secara kontinu memantau kadar hormon dalam darah. Ketika kadar hormon
menurun, kelenjar hipofisis menerima pesan untuk meningkatkan sekresi
hormon. Ketika kadar hormon meningkat, kelenjar hipofisis menurunkan
produksi hormon.
C. MODEL-MODEL STRESS
1. PSIKOSOMATIK STRESS
Dalam menghadapi waktu konflik, seringkali terjadi gangguan pada fungsi
badaniah. Gejala-gejala yang sebagian besar mengganggu fungsi faal yang
berlebihan sebagai akibat dari manifestasi, gangguan jika ini dinamakan
gangguan psikosomatik. Psikosomatik umumnya dapat membantu banyak dalam
usaha mengerti hubungan antara kepribadian seseorang dengan penyakit
atau gangguannya.
Suatu konflik menimbulkan ketegangan pada manusia dan bila hal ini tidak
terselesaikan dan disalurkan dengan baik maka timbullah reaksi-reaksi
yang abnormal pada jiwa. Jika ketegangan tersebut mengganggu fungsi
susunan saraf negatif, maka hal tersebut yang dinamakan gangguan
psikosomatik.
Adapun sebab-sebab timbulnya psikomotorik :
Penyakit organic yang pernah diderita dapat menimbulkan predisposisi
untuk tuimbulnya gangguan psikomotorik pada bagian tubuh yang pernah
sakit.
Merasakan penyakit orang lain yang secara tidak sadar diidentifikasikan .
Tradisi dan adapt istiadat dalam keluarga atau lingkungan dapat mengarahkan emosi kepada fungsi tertentu.
Suatu emosi yang menjelma menjadi suatu gangguan badaniah tertentu.
Konflik dan gangguan jiwa yang menjelma menjadi suatu gangguan badaniah
biasanya hanya pada suatu alat tumbuh saja. Untuk klasifikasi, maka
jenis gangguan dibagi menurut organ yang paling terkena, sebagai berikut
:
Kulit¬
Pada dasarnya gangguan stress atau emosi dapat menimbulkan gangguan pada
kulit. Hal ini telah lama diketahui. Beberapa penyeliodikan juga telah
dilakukan utnuk mengetahui sejauh mana reaksi kulit terhadap kesukaran
penyesuaian diri terhadap stress.
Otot dan¬ tulang
Dalam kehidupan sehari-hari seringkali ditemukan seseorang yang
mengalami nyeri otot selain disebabkan faktor hawa dan pekerjaan juga
disebabkan oleh faktor emosi. Karena tekanan psikologik maka tonus otot
akan meninggi dan penderita mengeluh nyeri kepala dan nyeri punggung.
Ketegangan otot ini dapat menyebabkan ketegangan sekitar sendi dan
menimbulkan nyeri sendi.
Saluran¬ pernapasan
Gangguan psikosomatik yang timbul dari saluran pernapasan seperti asma
bronkiale dengan bermacam-macam keluhannya, kecemasan dapat menimbulkan
serangan asma.
Jantung dan pembuluh darah.¬
Pada saat mengalami stress biasanya seseorang merasakan bahwa jantungnya
berdebat-debar . Stress yang menimbulkan kecemasan mempercepat denyut
jantung, meninggikan daya pompa jantung dan tekanan darah. Gangguan yang
mungkin saja timbul seperti hipertensiosensial, sakit kepala vaskuler
dan migraine.
2. ADAPTASI MODEL
Setiap orang secara terus menerus akan menghadapi perubahan fisik,
psikis, dan sosial baik dari dalam maupun dari lingkungan luar. Jika hal
tersebut tidak dapat dihadapi dengan seimbang maka tingkat stress akan
meningkat.
Model adaptasi menunjukkan bahwa empat faktor menentukan apakah suatu
situasi adalah menegangkan (Mechanic, 1962). Empat faktor yang
mempengaruhi Kemampuan untuk menghadapi stress itu adalah :
Biasanya tergantung pada pengalaman seseorang dengan stressor serupa,
sistem dukungan, dan persepsi keseluruhan trehadap stressor.
Berkenaan dengan prktik dan norma kelompok sebaya individu.
Dampak dari lingkungan sosial dalam membantu seorang individu untuk beradaptasi terhadap stressor.
Sumber yang dapat digunakan untuk mengatasi stressor.
a. ADAPTASI FISIOLOGIS/BIOLOGIS
Pada dasarnya disetiap tubuh manusia telah terdapat mekanisme pertahanan
yang bersifat alami dan bekerja secara teratur sehingga memungkinkan
tubuh untuk dapat beradaptasi terhadap perubahan-perubahan yang berasal
dari faktor internal. Mekanisme ini bekerja dengan sendirinya dan akan
berubah menjadi suatu aksi tanpa didasari dan biasanya berfungsi dalam
kondisi yang tidak normal.
b. ADAPTASI PSIKOLOGIS
Seseorang yang menghadapi stress akan mengalami kondisi-kondisi yang
tidak mengenakkan secara psikis seperti timbulnya rasa cemas, frustasi,
terancam, tak tentram yang semuanya itu berdampak pada munculnya suatu
kontak konflik dalam jiwa mereka. dan konflik tersebut diekspresikan
dalam bentuk kemarahan atau ekspresi-ekspresi lain yang dapat membuat
orang tersebut merasa sedikit nyaman atau terlepas dari stress yang
dihadapinya.
ADAPTASI SOSIAL BUDAYA
Setiap lingkungan sosial masyarakat mempunyai tatanan budaya
masing-,masing. Antara lingkungan satu dan yang lainnya tentu memiliki
budaya berbeda-beda. Perbedaan tersebut yang akhirnya menuntut setiap
orang beradaptasi jika hal itu dapat dilakukan dengan baik maka akan
tercipta keseimbangan. Namun jika hal tersebut tidak dapat dilakukan
bukanlah suatu hal yang tidak mungkin jika orang tersebut akan mengalami
stress.
ADAPTASI SPIRITUAL
Setiap agama dan kepercayaan mengandung ajaran yang hendaknya harus
dijalankan oleh penganutnya. Ajaran-ajaran ini tentunya juga harus turut
andil dalammengatur perilaku manusia ini. Oleh karena itu dalam rangka
memenuhi ajaran-ajaran tersebut pasti terjadi perubahan dalam perilaku
manusia.
3. LINGKUNGAN SOSIAL MODEL
Keadaan lingkungan dan masyarakat sangat mempengaruhi seseorang dalam
beradaptasi. Keadaan lingkungan yang stabil dan seimbang akan memudahkan
seseorang dalam beradaptasi. Sedangkan keadaan masyarakat dengan
hubungan sosial yang baik juga akan memudahkan individu dalam melakukan
adaptasi agar terhindar dari stress.
4. PROSES MODEL
Pada dasarnya proses model adalah berlangsungnya kejadian dan masalah
yang terjadi pada seseorang sehingga mempengaruhi orang tersebut yang
pada akhirnya mengalami stress dan proses menghadapi stress itu sendiri.
D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON TERHADAP STRESSOR
1. INTENSITAS
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa pada dasarnya tubuh atau
jiwa manusia mempunyai ketahanan atau kekuatan yang berasal dari dalam.
Tingkat kekuatan ini dinilai sebagai kunci kepribadian dalam menghadapi
stress. Kepribadian ini memungkinkan seseorang untuk menjadikan stressor
sebagai suatu yang positif sehinggan memberikanm respon yang positif
pula terhadap stressor tertentu. Suatu stressor yang bersifat negatif
dan menjadikan stress bagi seseorang dapat merupakan sumber kekuatan
bagi orang lain.
Selain itu stressor juga dapat memberikan mekanisme untuk memperingatkan
seseorang agar dapat menmgumpulkan seluruh kekuatan yang dimilikinya
dalam rangka melawean stress itu sendiri. Tak selamanya stress merupakan
hal yang negatif. Pada tingkatan tertentu stress dapat menjadi
motivator bagi seseorang. Hal ini berhubungan dengan keinginan untuk
mencap[ai suatu tujuan dan stress disini berguna untuk mencegah
timbulnya rasa bosan.
Stress juga berguna pada keadaan yang penting dimana seseorang
memerlukan kekuatan emosional dan mobilisasi fisik sebagai kekuatan
pertahanan individu.
2. SIFAT
Sifat dari stressor juga memperngaruhi respon. Ada beberapa stressor
yang bersifat positif dan yang lainnya bersifat negatif. Stressor yang
bersifat positif akan menimbulkan respon yang positif, sedangkan
stressor yang bersifat negatif akan menyebabkan respon yang negatif pula
baik secara fisikmaupun psikis. Secara negatif stress dapat
menghasilkan perubahan yang pada akhirnya akan menimbulkan kesakitan.
3. DURASI
Lamanya atau jangka waktu berlangsungnya pemaparan stressor atau
kejasian dari stressor sampai menjadikan seseorang mengalami stress.
Frekwensi perubahan-perubahan dari suatu kejadian yang pada akhirnya
mempengaruhi seseorang hingga merasakan stress.
4. JUMLAH
Mengandung pengertian stressor yang harus dihadapi dalam satu waktu.
Banyaknya perubahan-perubahan dan kejadian yang dialami seseorang dalam
suatu periode waktu tertentu lebih sering menyebabkan perkembangannya
stress yang pada akhirnya dapat menyebabkan kesakitan.
5. PENGALAMAN
Bagaimana seseorang memberikan respon terhadap stressor juga dipengaruhi
oleh pengalaman. Pengalaman ini bisa di dapat dari diri sendiri maupun
dari pengalaman orang lain. Pengalaman yang menyenangkan atau tidak
menyenangkan yang ditemui dalam kehidupan akan memberikan pelajaran dan
kekuatan untuk menghadapi stressor dan menghadapi stress.
6. TINGKAT PERKEMBANGAN
Di dalam setiap perkembangan akan terjadi perubahan-perubahan pada
setiap individu. Tingkat perkembangan ini juga berpengaruh terhadap
bagaimana seseorang maupun stressor. Karena perkembangan cukup
menentukan kematangan seseorang dalam menghadapi kematangan.
E. KONSEP ADAPTASI
1. PENGERTIAN ADAPTASI
Adaptasi adalah proses dimana dimensi fisiologis dan psikososial berubah
dalam berespon terhadap stress. Karena banyak stressor tidak dapat
dihindari, promosi kesehatan sering difokuskan pada adaptasi individu,
keluarga atau komunitas terhadap stress.
Ada banyak bentuk adaptasi. Adaptasi fisiologis memungkinkan homeostasis
fisiologis. Namun demikian mungkin terjadi proses yang serupa dalam
dimensi psikososial dan dimensi lainnya.
Suatu proses adaptif terjadi ketika stimulus dari lingkungan internal
dan eksternal menyebabkan penyimpangan keseimbangan organisme. Dengan
demikian adaptasi adalah suatu upaya untuk mempertahankan fungsi yang
optimal. Adaptasi melibatkan refleks, mekanisme otomatis untuk
perlindungan, mekanisme koping dan idealnya dapat mengarah pada
penyesuaian atau penguasaan situasi (Selye, 1976, ; Monsen, Floyd dan
Brookman, 1992). Stresor yang menstimulasi adaptasi mungkin berjangka
pendek, seperti demam atau berjangka panjang seperti paralysis dari
anggota gerak tubuh. Agar dapat berfungsi optimal, seseorang harus mampu
berespons terhadap stressor dan beradaptasi terhadap tuntutan atau
perubahan yang dibutuhkan. Adaptasi membutuhkan respons aktif dari
seluruh individu.
2. DIMENSI ADAPTASI
Stres dapat mempengaruhi dimensi fisik, perkembangan, emosional,
intelektual, sosial dan spiritual. Sumber adaptif terdapat dalam setiap
dimensi ini. Oleh karenanya, ketika mengkaji adaptasi klienterhadap
stress, perawat harus mempertimbangkan individu secara menyeluruh.
a. ADAPTASI FISIOLOGIS
Indikator fisiologis dari stress adalah objektif, lebih mudah
diidentifikasi dan secara umum dapat diamati atau diukur. Namun
demikian, indicator ini tidak selalu teramati sepanjang waktu pada semua
klien yang mengalami stress, dan indicator tersebut bervariasi menurut
individunya. Tanda vital biasanya meningkat dan klien mungkin tampak
gelisah dan tidak mampu untuk beristirahat aberkonsentrasi. Indikator
ini dapat timbul sepanjang tahap stress.
Durasi dan intensitas dari gejala secara langsung berkaitan dengan
durasi dan intensitas stressor yang diterima. Indikator fisiologis
timbul dari berbagai sistem. Oleh karenanya pengkajian tentang stress
mencakup pengumpulan data dari semua sistem.
Hubungan antara stress psikologik dan penyakit sering disebut interaksi
pikiran tubuh. Riset telah menunjukkan bahwa stress dapat mempengaruhi
penyakit dan pola penyakit. Pada masa lampau,penyakit infeksi adalah
penyebab kematian paling utama, tetapi sejak ditemukan antibiotic,
kondisi kehidupan yang meningkat, pengetahuan tentang nutrisi yang
meningkat, dan metode sanitasi yang lebih baik telah menurunkan angka
kematian. Sekarang penyebab utama kematian adalah penyakit yang mencakup
stressor gaya hidup.
Indikator fisiologis stress
Kenaikan tekanan darah
Peningkatan ketegangan di leher, bahu, punggung.
Peningkatan denyut nadi dan frekwensi pernapasan
Telapak tangan berkeringat
Tangan dan kaki dingin
Postur tubuh yang tidak tegap
Keletihan
Sakit kepala
Gangguan lambung
Suara yang bernada tinggi
Mual,muntah dan diare.
Perubahan nafsu makan
Perubahan berat badan
Perubahan frekwensi berkemih
Dilatasi pupil
Gelisah, kesulitan untuk tidur atau sering terbangun saat tidur
Temuan hasil laboratorium abnormal : Peningkatan kadar hormon adrenokortikotropik, kortisol dan katekolamin dan hiperglikemia.
b. ADAPTASI PSIKOLOGIS
Emosi kadang dikaji secara langsung atau tidak langsung dengan mengamati
perilaku klien. Stress mempengaruhi kesejahteraan emosional dalam
berbagai cara. Karena kepribadian individual mencakup hubungan yang
kompleks di antara banyak faktor, maka reaksi terhadap stress yang
berkepanjangan ditetapkan dengan memeriksa gaya hidup dan stresor klien
yang terakhir, pengalaman terdahulu dengan stressor, mekanisme koping
yang berhasil di masa lalu, fungsi peran, konsep diri dan ketabahan yang
merupakan kombinasi dari tiga karakteristik kepribadian yang di duga
menjadi media terhadap stress. Ketiga karakteristik ini adalah rasa
kontrol terhadap peristiwa kehidupan, komitmen terhadap aktivitas yang
berhasil, dan antisipasi dari tantangan sebagai suatu kesempatan untuk
pertumbuhan (Wiebe dan Williams, 1992 ; Tarstasky, 1993).
Indikator emosional / psikologi dan perilaku stress :
• Ansietas
• Depresi
• Kepenatan
• Peningkatan penggunaan bahan kimia
• Perubahan dalam kebiasaan makan, tidur, dan pola aktivitas.
• Kelelahan mental
• Perasaan tidak adekuat
• Kehilangan harga diri
• Peningkatan kepekaan
• Kehilangan motivasi.
• Ledakan emosional dan menangis.
• Penurunan produktivitas dan kualitas kinerja pekerjaan.
• Kecendrungan untuk membuat kesalahan (mis. buruknya penilaian).
• Mudah lupa dan pikiran buntu
• Kehilangan perhatian terhadap hal-hal yang rinci.
• Preokupasi (mis. mimpi siang hari )
• Ketidakmampuan berkonsentrasi pada tugas.
• Peningkatan ketidakhadiran dan penyakit
• Letargi
• Kehilangan minat
• Rentan terhadap kecelakaan.
c. ADAPTASI PERKEMBANGAN
Stres yang berkepanjangan dapat mempengaruhi kemampuan untuk
menyelesaikan tugas perkembangan. Pada setiap tahap perkembangan,
seseorang biasanya menghadapi tugas perkembangan dan menunjukkan
karakteristik perilaku dari tahap perkembangan tersebut. Stress yang
berkepanjangan dapat mengganggu atau menghambat kelancaran menyelesaikan
tahap perkembangan tersebut. Dalam bentuk yang ekstrem, stress yang
berkepanjangan dapat mengarah pada krisis pendewasaan.
Bayi atau anak kecil umumnya menghadapi stressor di rumah . Jika diasuh
dalam lingkungan yang responsive dan empati, mereka mampu mengembangkan
harga diri yang sehat dan pada akhirnya belajar respons koping adaptif
yang sehat (Haber et al, 1992).
Anak-anak usia sekolah biasanya mengembangkan rasa kecukupan. Mereka
mulai mnyedari bahwa akumulasi pengetahuan dan penguasaan keterampilan
dapat membantu mereka mencapai tujuan , dan harga diri berkembang
melalui hubungan berteman dan saling berbagi di antara teman. Pada tahap
ini, stress ditunjukkan oleh ketidakmampuann atau ketidakinginan untuk
mengembangkan hubungan berteman.
Remaja biasanya mengembangkan rasa identitas yang kuat tetapi pada waktu
yang bersamaan perlu diterima oleh teman sebaya. Remaja dengan sistem
pendukung sosial yang kuat menunjukkan suatu peningkatan kemampuan untuk
menyesuaikan diri terhadap stressor, tetapi remaja tanpa sistem
pendukung sosial sering menunjukkan peningkatan masalah psikososial
(Dubos, 1992).
Dewasa muda berada dalam transisi dari pengalaman masa remaja ke
tanggung jawab orang dewasa. Konflik dapat berkembang antara tanggung
jawab pekerjaan dan keluarga. Stresor mencakup konflik antara harapan
dan realitas.
Usia setengah baya biasanya terlibat dalam membangun keluarga,
menciptakan karier yang stabil dan kemungkinan merawat orang tua mereka.
Mereka biasanya dapat mengontrol keinginan dan pada beberapa kasus
menggantikan kebutuhan pasangan, anak-anak, atau orang tua dari
kebutuhan mereka. Namun demikian dapat timbul stress, jika mereka merasa
terlalu banyak tanggung jawab yang membebani mereka.
Usia lansia biasanya menghadapi adaptasi terhadap perubahan dalam
keluarga dan kemungkinan terhadap kematian dari pasangan atau teman
hidup. Usia dewasa tua juga harus menyesuaikan terhadap perubahan
penampilan fisik dan fungsi fisiologis. Perubahan besar dalam kehidupan
seperti memasuki masa pension juga menegangkan.
d. ADAPTASI SOSIAL BUDAYA
Mengkaji stressor dan sumber koping dalam dimensi sosial mencakup
penggalian bersama klien tentang besarnya, tipe, dan kualitas dari
interaksi sosial yang ada. Stresor pada keluarga dapat menimbulkan efek
disfungsi yang mempengaruhi klien atau keluarga secara keseluruhan (Reis
& Heppner, 1993).
Perawat juga harus waspada tentang perbedaan cultural dalam respon
stress atau mekanisme koping. Misalnya klien dari suku Afrika-Amerika
mungkin lebih menyukai mendapatkan dukungan sosial dari anggota keluarga
ketimbang dari bantuan professional (Murata, 1994).
e. ADAPTASI SPIRITUAL.
Orang menggunakan sumber spiritual untuk mengadaptasi stress dalam
banyak cara, tetapi stress dapat juga bermanifestasi dalam dimensi
spiritual. Stress yang berat dapat mengakibatkan kemarahan pada Tuhan,
atau individu mungkin memandang stressor sebagai hukuman. Stresor
seperti penyakit akut atau kematian dari orang yang disayangi dapat
mengganggu makna hidup seseorang dan dapat menyebabkan depresi. Ketika
perawatan pada klien yang mengalami gangguan spiritual, perawat tidak
boleh menilai kesesuaian perasaan atau praktik keagamaan klien tetapi
harus memeriksa bagaimana keyakinan dan nilai telah berubah.
F. RESPON PATOFISIOLOGI TERHADAP STRESS
1. KOMPONEN FISIOLOGI
Riset klasik yang telah dilakukan oleh Selye (1946, 1976) telah
mengidentifikasi dua respons fisiologis terhadap stress; sindrom
adaptasi lokal (LAS) dan sindrom adaptasi umum (GAS). LAS adalah respon
dari jaringan, organ atau bagian tubuh terhadap stress karena trauma,
penyakit atau perubahan fisiologis lainnya. GAS adalah respons
pertahanan dari keseluruhan tubuh terhadap stress.
a. LAS (Lokal Adaptation Syndrome)
Tubuh menghasilkan banyak respons setempat terhadap stress. Respons
setempat ini termasuk pembekuan darah, penyembuhan luka, akomodasi mata
terhadap cahaya dan respon tekanan. Semua bentuk LAS mempunyai
karakteristik berikut :
Respon yang terjadi¬ adalah setempat, respon ini tidak melibatkan seluruh sistem tubuh
Respon¬ adalah adaptif, berarti bahwa stressor diperlukan untuk menstimulasinya.
¬ Respon adalah berjangka pendek. Respon tidak terdapat terus menerus.
Respon¬ adalah restorative, berarti bahwa LAS membantu dalam memulihkan homeostasis region atau bagian tubuh.
Dua respon setempat , yaitu respons refleks nyeri dan respons inflamasi
adalah contoh dari LAS. Perawat menghadapi respons ini dibanyak
lingkungan perawatan kesehatan.
Respon refleks nyeri
Respon refleks nyeri adalah respon setempat dari sistem saraf pusat
terhadap nyeri. Respon ini adalah respons adaptif dan melindungi
jaringan dari kerusakan lebih lanjut. Respons ini melibatkan reseptor
sensoris, saraf sensoris yang menjalar ke medulla spinalis, neuron
penghubung dalam medulla spinalis, saraf motorik yang menjalar dari
medulla spinalis dan otot efektif. Misalnya , sebut saja di bawah sadar,
yaitu refleks menghindarkan tangan dari permukaan panas. Contoh lainnya
adalah kram otot.
Respons inflamasi
Respons inflamasi distimuli oleh trauma atau infeksi. Respons ini
memusatkan inflamasi , sehingga dengan demikian menghambat penyebaran
inflamasi dan meningkatkan penyembuhan. Respons inflamasi dapat
mengakibatkan nyeri setempat, pembengkakan, panas, kemerahan dan
perubahan fungsi.Respons inflamasi terbagi dalam tiga fase yaitu
perubahan dalam sel-sel dan sistem sirkulasi, pelepasan eksudat dari
luka dan perbaikan jaringan oleh regenerasi atau pembentukan jaringan
parut.
b. GAS (General Adaptation Syndrome)
GAS adalah respon fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stress. Respon
ini melibatkan beberapa sistem tubuh, terutama sistem saraf otonom dan
sistem endokrin. Beberapa buku menyebutkan GAS sebagai respon
neuro-endokrin. GAS terdiri atas reaksi peringatan , tahap resisten dan
tahap kehabisan tenaga.
GAS diuraikan dalam tiga tahapan berikut :
Alarm reaction (AR, reaksi cemas).
Selama tahap ini tubuh menyadari penyebab ketegangan dan secara sadar
atau tidak sadar dipicu untuk bertindak. Kekuatan pertahanan tubuh
dikerahkan dan tingkat yang normal dari perlawanan tubuh menurun. Kalau
penyebab ketegangan itu cukup keras, tahap ini dapat mengakibatkan
kematian. Contohnya adalah luka bakar yang hebat.
Reaksi alarm melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh dan
pikiran untuk menghadapi stressor. Kadar hormon meningkat untuk
meningkatkan volume darah dan dengan demikian menyiapkan individu untuk
bereaksi. Hormon lainnya dilepaskan untuk meningkatkan kadar glukosa
darah untuk menyiapkan energi untuk keperluan adaptasi. Meningkatkan
kadar hormon lain seperti efinefrin dan norefinefrin mengakibatkan
peningkatan frekwensi jantung, meningkatkan aliran darah ke otot,
meningkatkan ambilan oksigen dan memperbesar kewaspadaan mental.
Aktivitas hormonal yang luasini menyiapkan individu untuk melakukan
respon melawan atau menghindar. Curah jantung, ambilan oksigen dan
frekwensi pernapsan meningkat, pupil mata berdilatasi untuk menghasilkan
bidang visual yang lebih besar, dan frekwensi jantung meningkat untuk
menghasilkan energi lebih banyak. Dengan peningkatan kewaspadaan dan
energi mental ini, seseorang disipkan untuk melawan atau menghindari
stressor.
State of Resistance (SR, Perlawanan)
Tahap ini ditandai oleh penyesuaian dengan penyebab ketegangan. Tubuh
melawan reaksi cemas, karena dalam keadaan ini tidak ada orang yang
terus menerus dapat bertahan. Tingkat perlawanan tubuh naik di atas
normal untuk melawan penyebab ketegangan dengan harapan adanya
penyesuaian. Disamping itu perlawanan tubuh terhadap rangsangan
selanjutnya meningkat.
Jika stress dapat diatasi, tubuh akan memperbaiki kerusakan yang telah
terjadi. namun demikian, jika stressor tetap terus menetap, seperti pada
kehilangan darah terus menerus, penyakit yang melumpuhkan, penyakit
mental parah jangka panjang, dan ketidakberhasilan dalam beradaptasi,
maka individu memasuki tahap ketiga dari GAS yaitu tahap kehabisan
tenaga.
State of Exhausting (SE, tahap keadaan sangat lelah/ kehabisan tenaga)
Kalau tubuh terus menerus dibiarkan menerima penyebab ketegangan, suatu
waktu akan mencapai tahap lelah. Gejala-gejala reaksia cemas ini timbul
kembali, tetapi kalau penyebab ketegangan tidak disingkirkan,
tanda-tanda itu tidak dapat dirubah lagi. Maut akan menyusul, kecuali
tubuh memperoleh tehnik untuk menyesuaikan diri atau menemukan jalan
baru untuk menguasai situasi yang pebuh ketegangan.
2. KOMPONEN PSIKOLOGI
Pemajanan terhadap stressor mengakibatkan respoons adaptif psikologis
dan fisiologis. Ketika seseorang terpajan pada stressor, maka kemampuan
mereka untuk memenuhi kebutuhan darah terganggu. Gangguan atau ancaman
ini, baik yang aktual atau yang dicerap,menimbulkan frustasi, ansietas,
dan ketegangan (Kline-Leidy, 1990). Perilaku adaptif psikologis individu
membantu kemampuan seseorang untuk menghadapi stressor. Perilaku ini
diarahkan pada penatalaksanaanstress dan didapatkan melalui pembelajaran
dan pengalaman sejalan dengan individu mengidentifikasi perilaku yang
dapat diterima dan ebrhasil.
Perilaku adaptif psikologis dapat konstruktif atau destruktif. Perilaku
konstruktif membantu individu menerima tantangan untuk menyelesaikan
konflik. Bahkan ansietas dapat konstruktif ; misalnya , ansietas dapat
menjadi tanda bahwa terdapat ancaman sehingga seseorang dapat melakukan
tindakan untuk mengurangi keparahannya.
Perilaku destruktif mempengaruhi orientasi realitas, kemampuan pemecahan
masalah, keperibadian, dan situasi yang sangat berat, kemampuan untuk
berfungsi. Ansietas dapat juga bersifat destruktif (mis. jika seseorang
tidak mampu beritindak melepaskan diri dari stressor). Sama halnya,
penyalahgunaan alkohol atau obat-obatan dapat dipandang sebagai perilaku
adapatif ; dalam kenyataannya hal ini malah meningkatkan stress dan
bukan menurunkan stress.
Perilaku adapatif psikologis juga disebut sebagai mekanisme koping.
Mekanisme ini dapat berorientasi pada tugas, yang mencakup penggunaan
tehnik pemecahan masalah secara langsung untuk menghadapi ancaman, atau
dapat juga mekanisme pertahanan ego, yang tujuannya adalah untuk
mengatur distress emosional dan dengan demikian memberikan perlindungan
individu terhadap ansietas dan stress. Mekanisme pertahanan ego adalah
metode koping terhadap stress secara tidak langsung.
a. TASK ORIENTED BEHAVIOR
Perilaku berorientasi tugas mencakup penggunaan kemampuan kognitif untuk
mengurangi stress, memecahkan masalah, menyelesaikan konflik dan
memenuhi kebutuhan (Stuart & Sundeen, 1991). Perilaku berorientasi
tugas memberdayakan seseorang untuk secara realistic menghadapi tuntutan
stressor . Tiga tipe umum perilaku berorientasi pada tugas adalah :
Perilaku menyerang adalah tindakan untuk menyingkirkan atau mengatasi suatu stressor atau untuk memuarkan kebutuhan.
Perilaku menarik diri adalah menarik diri secara fisik atau emosional dari stressor.
Perilaku kompromi adalah mengubah metode yang biasa digunakan,
mengganti tujuan, atau menghilangkan kepuasan terhadap kebutuhan untuk
memenuhi kebutuhan lain atau untuk menghindari stress.
b. EGO DEPENDEN MECANISM
Mekanisme pertahanan ego yang pertama kali diuraikan oleh Sigmund Freud
adalah perilaku tidak sadar yang memberikan perlindungan psikologis
terhadap peristiwa yang menegangkan. Mekanisme ini digunakan oleh setiap
orang dan membantu melindungi terhadap perasaan tidak berdaya dan
ansietas. Kadang mekanisme pertahanan diri dapat menyimpang dan tidak
lagi mampu untuk membantu seseorang dalam mengadaptasi stressor. Ada
banyak mekanisme pertahanan ego. Mekanisme ini sering kali diaktifkan
oleh stressor jangka pendek dan biasanya tidak mengakibatkan gangguan
psikiatrik.
Kompensasi adalah penutupan suatu defisiensi dalam satu aspek citra
diri dengan secara takut menekankan suatu gambaran yang dianggap sebagai
suatu aspek
Konversi adalah secara tidak sadar menekan suatu konflik emosional yang
menghasilkan ansietas dan memindahkannya menjadi gejala non organic.
Menyangkal adalah penghindaran konflik emosional dengan menolak untuk
secara sadar mengakui segala sesuatu yang mungkin menyebabkan nyeri
emosional yang tidak dapat ditoleransi.
Pemindahan tempat adalah memindahkan emosi, ide, atau keinginan dari
situasi menegangkan kepada penggantinya yang lebih sedikit mengakibatkan
ansietas.
Identifikasi adalah pemolaan perilaku yang dilakukan oleh orang lain
dan menerima kualitas, karakteristik dan tindakan orang tersebut.
Regresi adalaj koping terhadap stressor melalui tindakan dan perilaku yang berkaitan dengan periode perkembangan sebelumnya.
Rasionalisasi adalah penjelasan-penjelasan yang masuk akal diberikan
untuk meyakinkan atau memotivasi perilaku yang bersumber pada alam tak
sadar.
Sublimasi adalah kekuatan yang cenderung dipindahkan dan diarahkan menjadi tujuan yang dapat diterima masyarakat.
Identifikasi adalah tanggapan seseorang terhadap kualitas atau sifat-sifat keperibadian orang lain
Supresi adalah pikiran-pikiran atau keinginan dihambat secara sadar.
Represi adalah ide-ide yang menyakitkan di tekan kea lam tak sadar.
Introjeksi adalah seseorang menerima sikap-sikap emosi, keinginan ide
atau kepribadian orang lain ke dalam dirinya, aspirasi dan pengendalian
diri orang lain diambil alih menjadi kepribadiannya.
Reaksi formasi adalah seseorang mengadopsi sikap dan perilaku yang berlawanan dengan gerak hatinya.
Proyeksi adalah hal-hal yang tidak bisa diterima secara emosional
karena penolakan terhadap dirinya dan kemudian dipindahkan kepada orang
lain.
Fantasi / imajinasi adalah memakai imajinasi untuk menciptakan gambar yang hanya ada dalam ingatan.
G. MANAJEMEN STRESS.
Manajemen stress kemungkinan melihat promosi kesehatan sebagai aktivitas
atau intervasi atau mengubah pertukaran rrespon terhadap penyakit.
Fokusnya tergantung pada tujuan dari intervensi keperawatan berdasarkan
keperluan pasien. Perawat bertanggung jawab pada implemenetasi pemikiran
yang dikeluarkan pada beberapa daerah perawatan.
1. MANAJEMEN STRESS UNTUK KLIEN
a. REGULER EXERCISE
Program olahraga teratur meningkatkan tonus otot dan postur otot,
mengontrol berat badan, mengurangi ketegangan dan meningkatkan
relaksasi. Selain itu , olahraga juga mengurangi risiko penyakit
kardiovaskular dan meningkatkan fungsi kardiovaskular. Klien yang
mempunyai riwayat penyakit kronis, yang berisiko untuk mengalami suatu
penyakit , atau yang berusia lebih dari 35 tahun harus mulai melakukan
program latihan fisik hanya setelah mendiskusikannya dengan dokter.
Secara umum agar program kebugaran aliran darah ke otot memberi efek
fisik yang positif, seseorang harus melakukan olahraga setidakanya tiga
kali dalam satu minggu selama 30 sampai 40 menit.
Setiap orang harus melakukan latihan pernapasan sebelum melakukan
latihan berat seperti jogging, gerakan aerobic atau tennis. Latihan
pernapasan menstimulasi aliran darah ke otot dan meningkatkan
kelenturan. Latihan ini mengurangi risiko kerusakan pada sistem
musculoskeletal selama latihan. Sama halnya seseorang harus melakukan
latihan pendinginan dan tidak berhenti secara mendadak. misalnya ,
setelah jogging atau gerakan aerobic, orang tersebut harus bergerak
dengan gerakan sedang, secara bertahap diperlambat dan berhenti. Latihan
pendinginan memungkinkan sistem kardiovaskuler, musculoskeletal, dan
sistem metabolic secara bertahap kembali pada keadaan istirahat.
Program latihan efektif dalam menurunkan keparahan kondisi akibat stress
seperti hipertensi, kegemukan, sakit kepala migren, keletihan mental,
peka rangsang dan sepresi. Latihan meningaktakan pelepasan opioid
endogen yang menciptakan perasaan sejahtera (McCubbin & McCubbin,
1993).
b. DIET DAN NUTRISI
Nutrisi dan latihan berhubungan erat. Makanan memberi bahan bakar untuk
aktivitas dan meningkatkan latihan, yang meningkatkan sirkulasi dan
pemberian nutrient ke jaringan tubuh.
Setiap orang didorong untuk mempertahankan berat badan sesuai dengan
rentang standart usia, jenis kelamin, dan bentuk tubuh. Selain untuk
menghindari kelebihan makan atau kekurangan makan, seseorang harus
mewaspadai kualitas makanan. Terlalu banyak lemak, kafein, garam atau
gula dapat mengganggu fungsi metabolic tubuh, defisiensi vitamin,
mineral, dan nutrient juga dapat menyebabkan masalah metabolisme.
Kebiasaan diet yang buruk dapat memperburuk respond stress dan membuat
individu mudah tersinggung, hiperaktif dan gelisah. Hal ini merusak
kemampuan untuk memenuhi tanggung jawab personal, keluarga, dan peran.
c. SUPPORT SISTEM
Peribahasa “ no man is an island” terutama penting untuk penatalaksanaan
stress. Sistem pendukung seperti keluarga , teman atau rekan kerja yang
akan mendengarkan dan memberikan nasihat dan dukungan emosional akan
sangat bermamfaat bagi seseorang yang mengalami stress. Sistem pendukung
dapat mengurangi reaksi stress dan meningkatkan kesejahteraan fisik dan
mental (Revenson dan Majerovitz, 1991). Riset keperawatan telah
mendokumentasikan adanya korelasi dukungan sosial positif dengan
pengurangan gejala penyakit kronis (White, Richter, & Fry, 1992).
Ubrich dan Bradsher (1993) menunjukkan bahwa dukungan dapat meringankan
efek stressor atau distress emosional baik pada lansia wanita kulit
putih maupun suku Afrika-Amerika terutama jika dukungan dipandang
sebagai orang yang sangat dipercaya. Perawat dapat menggunakan berbagai
metode untuk membantu klien membangun sistem pendukung, melibatkan diri
dalam aktivitas kelompok tempat ibadah dan memberi dorongan untuk
melakukan aktivitas rekreasi. Perawat dapat menggunakan komunikasi
terapeutik untuk mengajarkan klien tentang keterampilan sosialisasi jika
klien tidak mengetahui bagaimana cara berinteraksi dengan tepat. Semua
metode ini membantu klien membangun sistem pendukung yang kuat. Jika
stress merupakan akibat dari isolasi sosial, maka strategi keperawatan
ditujukan untuk membantu klien mengembangkan jaringan sosial baru.
d. TIME MANAGEMENT
Seseorang yang menggunakan waktu secara efisien biasanya mengalami lebih
sedikit stress karena mereka merasa lebih terkontrol dalam hidupnya.
Perawat yang bertindak dalam domain pengajaran-pelatihan dapat membantu
klien memprioritaskan tugas jika mereka merasa kewalahan atau
imobilisasi. Penstrukturan waktu yang realistic diperlukan jika klien
tidak menyisikan waktu yang cukup untuk setiap aktivitas. Fungsi peran
klien harus dianalisis secara berkaitan untuk menentukan apakah
modifikasi dapat dibuat sehingga dapat mengurangi tuntutan waktu
(Peddicord,1991).
Mengendalikan tuntutan dari orang lain penting untuk penatalaksanaan
waktu yang efektif. Sedikit orang yang mampu mengikuti semua permintaan
yang diajukan oleh orang lain. penting artinya untuk belajar mengenali
permintamaan mana yang dapat dipenuhi secara realistic, kebutuhan mana
yang akan dinegosiasi, dan kebutuhan mana yang dapat ditolak secara
asertif. Menghambat periode waktu untuk menunjukkan tujuan spesifik juga
mengurangi rasa keterburuan dan meningkatkan perasaan kontrol.
e. HUMOR
Humor adalah terapi yang terkenal dalam literatur umum oleh Norman
Cousins (1979). Kemampuan untuk menerima hal-hal lucu dan tertawa
melenyapkan stress (Robinson, 1990; Dahl dan O’Neal, 1993).
Hipotesisfisiologis menyatakan bahwa tertawa melepaskan endorphin ke
dalam sirkulasi dan perasaan stress di lenyapkan.
f. ISTIRAHAT
Pola istirahat dan tidur yang tetap, dan kebaisaan juga penting untuk
menangani stress. Seseorang yang mengalami stress harus di dorong
meluangkan waktunya untuk istirahat dan tidur. Tidur tidak hanya
menyegarkan tubuh, Tetapi juga membantu seseorang menjadi rileks secara
mental. Klien mungkin membutuhkan bantuan specific dalam mempelajari
tehnik relaks sehingga dapat tertidur.
g. TEHNIK RELAKSASI
Relaksasi progresif dengan dan tanpa ketegangan otot dan tehnik
manipulasi pikiran mengurangi komponen fisiologis dan emodional stress.
Tehnik relaksasi adalah perilaku yang dipelajari dan membutuhkan waktu
pelatihan dan praktek. Setelah klien menjadi terampil dalam tehnik ini ,
ketegangan dikurangi dan parameter fisiologis berubah.
Ada 4 komponen utama dari tehnik relaksasi yaitu :
Lingkungan yang tenang, menghindarkan sebanyak mungkin kebisingan dan gangguan –gangguan
Posisi yang nyaman, duduk tanpa ketegangan otot.
Sikap yang dapat diubah, mengosongkan semua pikiran-pikiran dari alam sadar.
Keadaan mental (yang baik, memusatkan perhatian pada suara, kata-kata,
ungkapan, imaginasi, objek atau pola napas untuk merubah pikiran-pikiran
secara internal menjadi pikiran yang lebih dapat diterima).
Faktor yang penting adalah bagaimana seseorang mengosongkan pikirannya
dari semua pikiran-pikiran dan memusatkan perhatian pada mental device.
Wajarlah bila pikiran-pikiran itu makin menerawang. Bila terjadi
demikian, orang tersebut akan dengan segera langsung kembali kepada
mental device. Setiap periode relaksasi ini harus membutuhkan waktu
kurang lebih 20 menit. Ada Beberapa pendekatan yang dapat dilaksanakan
melalui instruksi perawat kepadda klien , tanpa menggunakan peralatan
khusus dan juga tanpa perintah dokter yaitu relaksasi profresif dan
relaksasi respon Benson. Relaksasi progresif terdiri atas peregangan dan
relaksasi sekelompok otot dan memfokuskannya perasaan relakasasi.
Aplikasi yang sistematis dari relaksasi progresif ini mempunyai tiga
efek utama, sebagai berikut :
¬ Kelompok otot yang telah mengalami relaksasi maka akan lebih rileks lagi.
¬ Tiap-tiap kelompok otot utama rileks secara bergantian. Kalau otot
yang baru ditambah, maka kelompok otot yang lama juga akan mengalami
relaksasi.
Lebih¬ banyak jumlah relaksasi yang dialmi seseorang, maka orang itu akan bergerak menuju fase relaksasi.
Keadaan rileks meningkat setelah periode relaksasi. Respon relaksasi
Benson menghilangkan ketegangan otot. Khususnya membantu secara penuh
relaksasi otot pada pasien yang mengalami nyeri atau ketidaknyamanan.
Respon relaksasi Benson’s
o Yakinkan posisi duduk senyaman mungkin dalam lingkungan yang tenang
o Tutup mata
o Relaksasi otot-otot tubuh (katakana Ayo.....)
o Memusatkan perhatian pada pernapasan, ulangi lagi kata-kata atau suara
/ bunyi seperti “one” atau “um-um” setiap kali ekspirasi.
o Lakukan selama 20 menit
o Buka mata
o Berikan waktu pada pasien untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sebelum psien bergerak atau berpindah.
Relaksasi Progresif
1. Yakinkan posisi yang nyaman dalam ruangan yang tenang
2. Mulai dengan memusatkan perhatian pada pernapasan yang lambat
3. Regangkan kelompok otot-otot yang diinginkan (lihat langkah 5) selama 5-7 detik, kemudian relakasasi secara cepat.
4. Pusatkan perhatian secara 10 detik pada sensasi-sensasi pada otot yang berelaksasi
5. Ikuti petunjuk ini, ulangi untuk setiap kelompok otot, regangkan 2 atau 3 kali.
• Tangan dan lengan : mengepalkan tangan, menarik siku dengan kuat,
kerutkan hidung, purse lip, senyum dengan gigi terekat kuat.
• Wajah : mengerutkan dahi, tutup mata dengan rapat, mengerutkan hidung, purse lip, senyum dengan gigi terekat kuat.
• Leher : Dekatkan dagu dengan dada.
• Dada : tarik kedua bahu secara bersama-sama, keraskan perut dan bokong.
• Kaki dan tungkai : dorong ke bawah dengan kaki, jari-jari menjauhi (dorsofleksi) utamakan kaki yang terdahulu.
6. Ulangi proses pada setiap area yang mengalami ketegangan.
h. SPIRITUALITAS
Aktivitas spiritual dapat juga mempunyai efek yang positif dalam
menurunkan stress (Dahl dan O’ Neal , 1993). Praktik seperti berdoa,
meditasi atau membaca bahan bacaan keagamaan dapat menjadi sumber yang
bermamfaat bagi klien. Pada penelitian (Young, 1993) praktik spiritual
klien lansia dapat meningkatkan perasaan produktivitas dan kemampuan
beradaptasi yang membantu dalam menghadapi individu sakit kronis
2. MANAJEMEN STRES UNTUK PERAWAT.
Sebagian besar perawat mengalami stress dalam lingkungan pekerjaan
merka. Stresor dapat terdiri atas kelebihan beban kerja, kebijakan
institusi tempat bekerja, konflik dengan rekan kerja atau karakteristik
klien (Foxall, Zimmermen, dan Bene, 1990; Skipper, Jung dan Coffey,
1990). Reaksi terhadap stressor yang berkaitan dengan pekerjaan
bergantung pada kepribadian perawat, status kesehatan, pengalaman
sebelumnya dengan stress dan mekanisme koping.
STRESS PEKERJAAN
Seringkali mengakibatkan kondisi yang disebut kepenatan, yang ditandai
oleh penuruanan perhatian pada orang dengan siapa kita bekerja. Selama
merasa penat klien merasakan kelelahan fisik dan emosional (Melamed,
Kushnir dan Shirom, 1992). Pekerjaan atau profesi tidak lagi memberi
dampak positif dan klien mungkin mengalami marah dan apatis.
Perawat dan risiko terhadap stress kepenatan akibat pekerjaan dan dapat
memamfaatkan tehnik penatalaksanaan stress yang sama seperti yang mereka
ajarkan pada klien. Dalam organisasi dan domain kompetensi peran
pekerja, perawat harus mengidentifikasi stressor tertentu di tempat
kerja dan berupaya untuk menghilangkan stressor tersebut. Juga membantu
untuk mendapat dukungan sosial dari perawat lainnya dengan harapan
mempertahankan sikap merawat yang ditujukan pada klien.
KONSEP STRESS DAN ADAPTASI
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIRA MEDIKA PPNI BALI
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.
Kata stres telah sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari, stress
merupakan salah satu gejala psikologis yang dapat menyerang setiap
orang. Stres dapat timbul karena adanya konflik dan frustrasi. Sebagian
besar orang beranggapan bahwa yang dimaksud stres adalah sesuatu yang
tidak menyenangkan dan membuat orang tersebut merasa tidak nyaman,
bingung,mudah marah, tekanan darah meningkat, detak jantung lebih cepat,
gangguan pencernaan, dsb. Sebagian besar stres dapat dipicu karena
pengaruh eksternal dan ada pula yang dipengaruhi oleh faktor internal
individu tersebut. Stres sebenarnya dapat dicegah dan diatasi dengan
cara-cara tertentu. Tapi melihat hal-hal tersebut,tampaknya tidak banyak
orang yang mengetahui tentang stres, bagaimana mencegahnya, mengatasi,
ataupun memanfaatkan stres tersebut sebagai salah satu bagian dari hidup
kita. Pemahaman yang baik terhadap stres akan membantu kita dalam
menghadapi stres ketika stres tersebut menyerang kita, melalui
penanganan yang tepat dengan adanya pemahaman yang baik mengenai stres,
maka individu tidak akan terkena dampak negatif dari stres tersebut.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang termasuk ke dalam konsep stres tersebut ?
2. Apakah manifstasi stress?
3. Apa factor-faktor yang mempengaruhi stress?
4. Apakah yang disebut adaptasi?
5. Apakah proses keperawatan stress managemen stress untuk perawat?
C. TUJUAN.
1. Untuk mengetahui konsep stress.
2. Untuk mengetahui manifestasi stress.
3. Untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi stress.
4. Untuk mengetahui adaptasi.
5. Untuk mengetahui proses keperawatan stress mangemen stress untuk perawat
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP STRESS
Stres adalah segala situasi di mana tuntunan non-spesifik mengharuskan
seorang individu untuk merespon atau melakukan tindakan ( Selye, 1976 ).
Respon atau tindakan ini termasuk respon fisiologis dan psikologis.
Stresor adalah stimulus yang mengawali atau mencetuskan perubahan.
1. Stresor internal berasal dari dalam diri seseorang (demam, kondisi
seperti kehamilan, menopause atau suatu keadaan emosi seperti rasa
bersalah )
2. Stresor eksternal berasal dari luar diri seseorang (perubahan
bermakna dalam suhu lingkungan, perubahan peran dalam keluarga atau
sosial, atau tekanan dari pasangan ).
Berbagai pandangan manusia mengenai stres menghasilkan pengertian yang
berbeda-beda tentang stres itu sendiri. Stres hanyalah sekedar gangguan
sistem syaraf yang menyebabkan tubuh berkeringat, tangan menggenggam,
jantung berdetak kencang,dan wajah memerah. Paham realistik memandang
stress sebagai suatu fenomena jiwa yang terpisah dengan jasmani atau
tubuh manusia atau fenomena tubuh belaka tanpa ada hubungan dengan
kejiwaan. Sedangkan paham idealis menganggap stres adalah murni fenomena
jiwa. Hal ini membuat kita sulit untuk menjelaskan kenapa jika fenomena
stres hanyalah fenomena jiwa namun memberikan dampak pada fisik
seseorang seperti dada yang berdebar-debar, keringat, dan sebagainya.
Tak seorang pun dapat menghindari stres karena untuk menghilangkannya
berarti akan menghancurkan hidupnya sendiri ( Hans Selye, 1978 ). Stres
merupakan interaksi antara individu dengan lingkungan. Pendekatan ini
telah dibatasi sebagai “model psikologi”. Model psikologi ini
menggambarkan stress sebagai suatu proses yang meliputi stresor dan
ketegangan ( strain ). Interaksi antara individu dengan lingkungannya
yang saling mempengaruhi itu dinamakan dengan interaksi transaksional
yang di dalamnya terdapat proses penyesuaian. Stres bukan hanya stimulus
atau respon tetapi juga agen aktif yang dapat mempengaruhi stresor
melalui strategi prilaku, kognitif dan emosional. Individu akan
memberikan reaksi yang berbeda terhadap stresor yang sama.
Definisi tentang stres yang sangat beragam menunjukan bahwa stres
bukanlah suatu hal yang sederhana. Salah satu definisinya adalah stres
adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan
dan tuntutan kehidupan ( Vincent Cornelli, dalamMustamir Pedak, 2007 ).
Kesimpulan dari para ahli tentang stres yaitu stres bisa terjadi karena
manusia begitu kuat dalam mengejar keinginannya serta kebutuhannya
dengan mengandalkan segala kemampuannya dan potensinya.
B. MANIFESTASI STRESS
Stres sifatnya universiality, yaitu umum semua orang sama dapat
merasakannya, tetapi cara pengungkapannya yang berbeda atau diversity.
Sesuai dengan karakteristik individu, maka responnya berbeda- beda untuk
setiap orang. Seseorang yang mengalami stres dapat mengalami
perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya, antara lain :
1. Perubahan warna rambut kusam, ubanan, kerontokan
2. Wajah tegang, dahi berkerut, mimik nampak serius, tidak santai,
bicara berat, sulit tersenyum/tertawa dan kulit muka kedutan
(ticfacialis)
3. Nafas terasa berat dan sesak, timbul asma
4. Jantung berdebar-debar, pembuluh darah melebar atau menyempit
(constriksi) sehingga mukanya nampak merah atau pucat. Pembuluh darah
tepi (perifer) terutama ujung-ujung jari juga menyempit sehingga terasa
dingin dan kesemutan.
5. Lambung mual, kembung, pedih, mules, sembelit atau diare.
6. Sering berkemih.
7. Otot sakit seperti ditusuk-tusuk, pegal dan tegang pada tulang terasa linu atau kaku bila digerakkan.
8. Kadar gula meningkat, pada wanita mens tidak teratur dan sakit (dysmenorhea)
9. Libido menurun atau bisa juga meningkat.
10. Gangguan makan bisa nafsu makan meningkat atau tidak ada nafsu makan.
11. Tidak bisa tidur
12. Sakit mental-histeris
C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRESS
Kondisi-kondisi yang cenderung menyebabkan stress disebut stressors.
Meskipun stress dapat diakibatkan oleh hanya satu stressors, biasanya
karyawan mengalami stress karena kombinasi stressors.
Menurut Robbins (2001:565-567) ada tiga sumber utama yang dapat menyebabkan timbulnya stress yaitu:
1. Faktor Lingkungan
Keadaan lingkungan yang tidak menentu akan dapat menyebabkan pengaruh
pembentukan struktur organisasi yang tidak sehat terhadap karyawan.
Dalam faktor lingkungan terdapat tiga hal yang dapat menimbulkan stress
bagi karyawan yaitu ekonomi, politik dan teknologi. Perubahan yang
sangat cepat karena adanya penyesuaian terhadap ketiga hal tersebut
membuat seseorang mengalami ancaman terkena stress. Hal ini dapat
terjadi, misalnya perubahan teknologi yang begitu cepat. Perubahan yang
baru terhadap teknologi akan membuat keahlian seseorang dan
pengalamannya tidak terpakai karena hampir semua pekerjaan dapat
terselesaikan dengan cepat dan dalam waktu yang singkat dengan adanya
teknologi yang digunakannya.
2. Faktor Organisasi
Didalam organisasi terdapat beberapa faktor yang dapat menimbulkan
stress yaitu role demands, interpersonal demands, organizational
structure dan organizational leadership.
Pengertian dari masing-masing faktor organisasi tersebut adalah sebagai berikut :
a. Role Demands
Peraturan dan tuntutan dalam pekerjaan yang tidak jelas dalam suatu
organisasi akan mempengaruhi peranan seorang karyawan untuk memberikan
hasil akhir yang ingin dicapai bersama dalam suatu organisasi tersebut.
b. Interpersonal Demands
Mendefinisikan tekanan yang diciptakan oleh karyawan lainnya dalam
organisasi. Hubungan komunikasi yang tidak jelas antara karyawan satu
dengan karyawan lainnya akan dapat menyebabkan komunikasi yang tidak
sehat. Sehingga pemenuhan kebutuhan dalam organisasi terutama yang
berkaitan dengan kehidupan sosial akan menghambat perkembangan sikap dan
pemikiran antara karyawan yang satu dengan karyawan lainnya.
c. Organizational Structure
Mendefinisikan tingkat perbedaan dalam organisasi dimana keputusan
tersebut dibuat dan jika terjadi ketidak jelasan dalam struktur pembuat
keputusan atau peraturan maka akan dapat mempengaruhi kinerja seorang
karyawan dalam organisasi.
d. Organizational Leadership
Berkaitan dengan peran yang akan dilakukan oleh seorang pimpinan dalam
suatu organisasi. Karakteristik pemimpin menurut The Michigan group
(Robbins, 2001:316) dibagi dua yaitu karakteristik pemimpin yang lebih
mengutamakan atau menekankan pada hubungan yang secara langsung antara
pemimpin dengan karyawannya serta karakteristik pemimpin yang hanya
mengutamakan atau menekankan pada hal pekerjaan saja.
Empat faktor organisasi di atas juga akan menjadi batasan dalam mengukur
tingginya tingkat stress. Pengertian dari tingkat stress itu sendiri
adalah muncul dari adanya kondisi-kondisi suatu pekerjaan atau masalah
yang timbul yang tidak diinginkan oleh individu dalam mencapai suatu
kesempatan, batasan-batasan, atau permintaan-permintaan dimana semuanya
itu berhubungan dengan keinginannya dan dimana hasilnya diterima sebagai
sesuatu yang tidak pasti tapi penting (Robbins,2001:563).
3. Faktor Individu
Pada dasarnya, faktor yang terkait dalam hal ini muncul dari
dalam keluarga, masalah ekonomi pribadi dan karakteristik pribadi dari
keturunan. Hubungan pribadi antara keluarga yang kurang baik akan
menimbulkan akibat pada pekerjaan yang akan dilakukan karena akibat
tersebut dapat terbawa dalam pekerjaan seseorang. Sedangkan masalah
ekonomi tergantung dari bagaimana seseorang tersebut dapat menghasilkan
penghasilan yang cukup bagi kebutuhan keluarga serta dapat menjalankan
keuangan tersebut dengan seperlunya. Karakteristik pribadi dari
keturunan bagi tiap individu yang dapat menimbulkan stress terletak pada
watak dasar alami yang dimiliki oleh seseorang tersebut. Sehingga untuk
itu, gejala stress yang timbul pada tiap-tiap pekerjaan harus diatur
dengan benar dalam kepribadian seseorang.
D. ADAPTASI
Adaptasi adalah penyesuaian diri terhadap suatu penilaian. Dalam hal ini
respon individu terhadap suatu perubahan yang ada dilingkungan yang
dapat mempengaruhi keutuhan tubuh baik secara fisiologis maupun
psikologis dalam perilaku adaptip. Hasil dari perilaku ini dapat berupa
usaha untuk mempertahankan keseimbangan dari suatu keadaan agar dapat
kembali pada keadaan normal, namun setiap orang akan berbeda dalam
perilaku adaptip ada yang dapat berjalan dengan cepat namun ada pula
yang memerlukan waktu lama tergantung dari kematangan mental orang itu
tersebut.
Adaptasi terhadap stress dapat berupa :
1. Adaptasi fisiologis
Adaptasi fisiologis adalah proses penyesuaian diri secara alamiah atau
secara fisiologis untuk mempertahankan keseimbangan dalam berbagai
faktor yang menimbulkan keadaan menjadi tidak seimbang contoh: masuknya
kuman pennyakit ketubuh manusia.
2. Adaptasi psikologi
Adaptasi secara psikologis dapat dibagi menjadi dua yaitu:
• LAS ( general adaptation syndroma)
adalah apabila kejadiannya atau proses adaptasi bersifat lokal contoh:
seperti ketika kulit terinfeksi maka akan terjadi disekitar kulit
tersebut kemerahan, bengkak, nyeri, panas dll yang sifatnya lokal atau
pada daerah sekitar yang terkena.
• GAS ( general adaptation syndroma)
adalah apabila reaksi lokal tidak dapat diaktifitasi maka dapat
menyebabkan gangguan dan secara sistemik tubuh akan melakukan proses
penyesuaian diri seperti panas di seluruh tubuh, berkeringat
E. PROSES KEPERAWATAN STRESS MANAGEMEN STRESS UNTUK PERAWAT
Manajemen stress adalah kemungkinan melihat promosi kesehatan sebagai
aktivitas atau intervasi atau mengubah pertukaran respon terhadap
penyakit. Fokusnya tergantung pada tujuan dari intervensi keperawatan
berdasarkan keperluan pasien. Perawat bertanggung jawab pada
implemenetasi pemikiran yang dikeluarkan pada beberapa daerah
perawatan.Untuk mencegah dan mengatasi stres agar tidak sampai ke tahap
yang paling berat, maka dapat dilakukan dengan cara :
1. Pengaturan Diet dan Nutrisi
Pengaturan diet dan nutrisi merupakan cara yang efektif dalam mengurangi
dan mengatasi stres melalui makan dan minum yang halal dan tidak
berlebihan, dengan mengatur jadwal makan secara teratur, menu
bervariasi, hindari makan dingin dan monoton karena dapat menurunkan
kekebalan tubuh.
2. Istirahatcv dan Tidur
Istirahat dan tidur merupakan obat yang baik dalam mengatasi stres
karena dengan istirahat dan tidur yang cukup akan memulihkan keadaan
tubuh. Tidur yang cukup akan memberikan kegairahan dalam hidup dan
memperbaiki sel-sel yang rusak.
3. Olah Raga atau Latihan Teratur
Olah raga dan latihan teratur adalah salah satu cara untuk meningkatkan
daya tahan dan kekebalan fisik maupun mental. Olah raga dapat dilakukan
dengan cara jalan pagi, lari pagi minimal dua kali seminggu dan tidak
perlu lama-lama yang penting menghasilkan keringat setelah itu mandi
dengan air hangat untuk memulihkan kebugaran.
4. Berhenti Merokok
Berhenti merokok adalah bagian dari cara menanggulangi
stres karena dapat meningkatkan ststus kesehatan dan mempertahankan
ketahanan dan kekebalan tubuh.
5. Tidak Mengkonsumsi Minuman Keras
Minuman keras merupakan faktor pencetus yang dapat mengakibatkan
terjadinya stres. Dengan tidak mengkonsumsi minuman keras, kekebalan dan
ketahanan tubuh akan semakin baik, segala penyakit dapat dihindari
karena minuman keras banyak mengandung alkohol.
6. Pengaturan Berat Badan
Peningkatan berat badan merupakan faktor yang dapat menyebabkan
timbulnya stres karena mudah menurunkan daya tahan tubuh terhadap stres.
Keadaan tubuh yang seimbang akan meningkatkan ketahanan dan kekebalan
tubuh terhadap stres.
7. Pengaturan Waktu
Pengaturan waktu merupakan cara yang tepat dalam mengurangi dan
menanggulangi stres. Dengan pengaturan waktu segala pekerjaaan yang
dapat menimbulkan kelelahan fisik dapat dihindari. Pengaturan waktu
dapat dilakukan dengan cara menggunakan waktu secara efektif dan efisien
serta melihat aspek prokdutivitas waktu. Seperti menggunakan waktu
untuk menghasilkan sesuatu dan jangan biarkan waktu berlalu tanpa
menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.
8. Terapi Psikofarmaka
Terapi ini dengan menggunakan obat-obatan dalam mengalami stres yang
dialami dengan cara memutuskan jaringan antara psiko neuro dan imunologi
sehingga stresor psikososial yang dialami tidak mempengaruhi fungsi
kognitif afektif atau psikomotor yang dapat mengganggu organ tubuh yang
lain. Obat-obatan yang digunakan biasanya digunakan adalah anti cemas
dan anti depresi.
9. Terapi Somatik
Terapi ini hanya dilakukan pada gejala yang ditimbulkan akibat stres
yang dialami sehingga diharapkan tidak dapat mengganggu sistem tubuh
yang lain.
10. Psikoterapi
Terapi ini dengan menggunakan teknik psikologis yang disesuaikan dengan
kebutuhan seseorang. Terapi ini dapat meliputi psikoterapi suportif dan
psikoterapi redukatif di mana psikoterapi suportif memberikan motivasi
atau dukungan agar pasien mengalami percaya diri, sedangkan psikoterapi
redukatif dilakukan dengan memberikan pendidikan secara berulang. Selain
itu ada psikoterapi rekonstruktif, psikoterapi kognitif dan lain-lain.
11. Terapi Psikoreligius
Terapi ini dengan menggunakan pendekatan agama dalam mengatasi
permasalahan psikologis mengingat dalam mengatasi permasalahn psikologis
mengingat dalam mengatasi atau mempertahankan kehidupan seseorang harus
sehat secara fisik, psikis, sosial, dan sehat spiritual sehingga stres
yang dialami dapat diatasi.
12. Homeostatis
Merupakan suatu keadaan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan
dalam menghadapi kondisi yang dialaminya. Proses homeostatis ini dapat
terjadi apabila tubuh mengalami stres yang ada sehingga tubuh secara
alamiah akan melakukan mekanisme pertahanan diri untuk menjaga kondisi
yang seimbang, atau juga dapat dikatakan bahwa homeostatis adalah suatu
proses perubahaan yang terus menerus untuk memelihara stabilitas dan
beradaptasi terhadap kondisi lingkungan sekitarnya.
Homeostatis yang terdapat dalam tubuh manusia dapat dikendalikan oleh
suatu sistem endokrin dan syaraf otonom. Secara alamiah proses
homeostatis dapat terjadi dalam tubuh manusia. Dalam mempelajari cara
tubuh melakukan proses homeostatis ini dapat melalui empat cara di
antaranya:
a. Self regulation di mana sistem ini terjadi secara otomatis pada
orang yang sehat seperti dalam pengaturan proses sistem fisiologis tubuh
manusia.
b. Berkompensasi yaitu tubuh akan cenderung bereaksi terhadap ketidak normalan dalam tubuh.
c. Dengan cara sistem umpan balik negatif, proses ini merupakan
penyimpangan dari keadaan normal segera dirasakan dan diperbaiki dalam
tubuh dimana apabila tubuh dalam keadaan tidak normal akan secara
sendiri mengadakan mekanisme umpan balik untuk menyeimbangkan dari
keadaan yang ada.
d. Cara umpan balik untuk mengkoreksi suatu ketidakseimbangan fisiologis.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Stress merupakan bagian dari kehidupan yang dialami setiap
orang setiap hari. Stress tidak dapat dihilangkan tetapi perlu
dipelajari cara-cara penanganannya. Keberhasilan menyelesaikan berbagai
stress merupakan modal kemampuan untuk menghadapi stress yang akan
datang. Klien yang dirawat di Rumah sakit tentu mengalami berbagai
stress yang mungkin sudah tidak mampu mengatasinya. Perawat perlu
berupaya membantu klien
menyelesaikan
masal dan menyelesaikannya dan menggerakan sumber yang dimiliki klien.
Dengan membantu klien menghadapi dan menyelesaikan stress berarti
perawat telah meningkatkan kemampuan sumber daya manusia, menghemat hari
rawat, menghemat biaya perawatan dan meningkatkan produktivitas
manusia.
Stress yang dialami seseorang tidak mungkin secara langsung, beberapa
tahap akan muncul dalam diri seesorang tersebut, apabila stress tidak
dapat ditanggulangi maka akan berdampak lebih lanjut. Oleh sebab itu,
terapkanlah sebuah manajemen agar keadaan seesorang tersebut masih bisa
terkontrol.
Stress
Stress adalah realitas kehidupan setiap hari yang tidak dapat dihindari.
Stres disebabkan oleh perubahan yang memerlukan penyesuaian (Keliat,
B.A., 1999).
Salah satu contoh stress adalah menghadapi ujian masuk kerja. Ujian
masuk kerja bisa diasumsikan oleh individu sebagai hal yang positif,
jika dirasakan oleh individu sebagai sesuatu yang harus dilakukan dan
individu tersebut siap. Sedangkan dianggap negatif, jika dirasakan oleh
individu sebagai suatu ancaman dan individu tersebut tidak siap.
Berdasarkan hal tersebut, maka setiap individu akan mengalami stress
karena adanya stimulus (stressor), dimana stimulus tersebut dapat
menimbulkan perubahan atau masalah (stress) yang memerlukan cara
menyelesaikan atau menyesuaikan kondisi terhadap masalah tersebut
(koping) sehingga individu dapat menjadi lebih baik atau menjadi adaptif
(lihat gambar 1).
Gambar 1. Proses stress, koping dan adaptasi
Pada individu, sumber stressor dapat berupa:
1. Lingkungan
a. Sikap lingkungan: berupa tuntutan, pandangan positif dan negatif terhadap keberhasilan diterima bekerja.
b. Tuntutan dan sikap keluarga, misalnya keharusan mendapatkan pekerjaan, keinginan akan pilihan orang tua untuk bekerja.
c. Perkembangan ilmu pengetahun dan teknologi (IPTEK), makin cepatnya
memperoleh informasi dan trend masa depan jika berhasil terhadap sesuatu
yang diinginkan
2. Diri sendiri
a. Kebutuhan psikologis yaitu keinginan yang harus dicapai terhadap yang diinginkannya.
b. Proses internalisasi diri, yaitu penyerapan terhadap yang diinginkan secara terus menerus sesuai dengan perkembangannya
3. Pikiran
a. Berkaitan dengan penilaian individu terhadap lingkungan dan pengaruhnya pada diri serta persepsi terhadap lingkungan
b. Berkaitan dengan cara penilaian diri tentang cara penyesuaian yang biasa dilakukan oleh individu yang bersangkutan.
Pikiran individu yang negarif baik penilaian saat ini maupun masa yang akan datang memberi pengaruh yang lebih berat. Misalnya:
- Kecemasan menghadapi ujian masuk kerja
- Ketakutan tidak lulus ujian masuk kerja
- Ragu-ragu mengikuti masuk kerja
Dampak stressor dipengaruhi oleh berbagai faktor (Kozier & Erb, 1983 dikutip Keliat B.A., 1999) yaitu:
1. Sifat stressor
Pengetahuan individu tentang stressor tersebut dan pengaruhnya pada individu tersebut
2. Jumlah stressor
Banyaknya stressor yang diterima individu dalam waktu bersamaan. Jika
individu tidak siap akan menimbulkan perilaku yang tidak baik. Misalnya
marah pada hal-hal yang kecil.
3. Lama stressor
Seberapa sering individu menerima stressor yang sama. Makin sering
individu mengalami hal yang sama maka akan timbul kelelahan dalam
mengatasi masalah tersebut.
4. Pengalaman masa lalu
Pengalaman individu yang lalu mempengaruhi individu menghadapi masalah
5. Tingkat perkembangan
Tiap individu tingkat perkembangannya berbeda.
Koping (Cara penyelesaian masalah)
Koping adalah cara yang dilakukan individu, dalam menyelesaikan masalah,
menyesuaikan diri dengan keinginan yang akan dicapai, dan respons
terhadap situasi yang menjadi ancaman bagi diri individu.
Cara yang dapat dilakukan adalah:
1. Individu
a. Kenal diri sendiri
Merupakan tahap awal yang harus dilakukan. Karena individu yang sudah
kenal akan dirinya, akan siap untuk menghadapi stressor yang ada. Cara
yang dapat dilakukan adalah:
- Identifikasi siapa diri anda
- Tanyakan pada orang lain siapa anda
- Mintalah umpan balik jika anda sudah kena diri anda
b. Turunkan kecemasan
- Identifikasi penyebab cemas anda
- Cari tindakan yang menurut anda dapat menurunkan kecemasan
- Lakukan teknik relaksasi
c. Tingkatkan harga diri
- Identifikasi aspek positif yang anda miliki
- Mulai gali kemampuan positif yang anda miliki
- Pertahankan aspek positif yang anda miliki
d. Persiapan diri
- Tingkatkan kemampuan kognitif atau pengetahuan anda (belajar)
- Berdoa
- Mencari informasi
- Diskusi dengan orang yang sudah punya pengalaman bekerja
- Identifikasi kebutuhan yang perlu dipersiapkan
e. Pertahankan dan tingkatkan cara yang sudah baik
2. Dukungan sosial (keluarga, teman dan masyarakat)
a. Pemberian dukungan terhadap peningkatan kemampuan kognitif
b. Ciptakan lingkungan keluarga yang sehat, misalnya waktu berdikusi
c. dengan anggota keluarganya
d. Berikan bimbingan mental dan spiritual untuk individu tersebut dari keluarga
e. Berikan bimbingan khusus untuk individu, misalnya konseling
Adaptasi
Adaptasi merupakan hasil akhir dari upaya koping. Karakteristik respon beradaptasi
adalah:
- Dapat mempertahankan keseimbangan
- Adaptasi memerlukan waktu
- Kemampuan adaptasi berbeda untuk tiap individu
- Adaptasi melelahkan dan untuk itu perlu bantuan dari orang lain
Penutup
Individu yang sukses adalah individu yang sehat mental dapat masalah
yang dihadapinya. Salah satu contoh adalah individu yang sudah mempunyai
persiapan mental dalam menghadapi ujian masuk kerja
Persiapan mental yang dapat dilakukan adalah meliputi kenal akan diri
sendiri, turunkan kecemasan individu, tingkatkan harga diri, persiapan
diri dan tingkatkan dukungan sosial.
Respons dari adaptasi yang dilakukan adalah: perlunya keseimbangan, perlu waktu,
adaptasi berbeda untuk tiap orang, dan adaptasi melelahkan.
KONSEP STRESS DAN ADAPTASI
A. STRESS DAN STRESSOR
1. PENGERTIAN STRESS DAN STRESSOR
STRESS adalah segala situasi dimana tuntutan non specific mengharuskan
seorang individu untuk berespon atau melakukan tindakan (Selye, 1976).
Lazarus dan Folkman (1994) mendefinsikan stress psikologis sebagai
hubungan khusus antara seseorang dengan lingkungannya yang dihargai oleh
orang lain tersebut sebagai pajak terhadap sumber dayanya dan
membahayakan kemapanannya.
Stres dianggap sebagai faktor predisposisi atau pencetus yang meningkatkan kepekaaan individu terhadap penyakit (Rahe, 1975).
STRESSOR adalah stimuli yang mengawali atau mencetuskan perubahan.
Stressor menunjukkan suatu kebutuhan yang tidak terpenuhi dan kebutuhan
tersebut bisa kebutuhan fisiologis, psikologis, sosial, lingkungan ,
perkembangan dan kebutuhan cultural.
2. MACAM-MACAM STRESSOR
Stressor internal :¬ berasal dari dalam diri seseorang (mis : demam,
kondisi seperti kehamilan atau menopause, atau suatu keadaan emosi
seperti rasa bersalah).
Stressor¬ eksternal : berasal dari luar diri seseorang (mis : perubahan
bermakna dalam suhu lingkungan, perubahan dalam peran keluarga atau
sosial, tekanan dari pasangan).
B. HOMEOSTASIS
1. PENGERTIAN HOMEOSTASIS
Homeostasis adalah keadaan yang relatif konstan di dalam lingkungan
internal tubuh, dipertahankan secara alami oleh mekanisme adaptasi
fisiologis.
Adaptasi fisiologis terhadap stress adalah kemampuan tubuh untuk
mempertahankan keadaan relatif seimbang. Kemampuan adaptif ini adalah
bentuk dinamik dari ekuiliblrium lingkungan internal tubuh. Lingkungan
internal secara konstan berubah, dan mekanisme adaptif tubuh secara
kontinyu berfungsi untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan ini dan
untuk mempertahankan ekuilibrium atau homeostasis.
Homeostasis dipertahankan oleh mekanisme fisiologis yang mengontrol
fungsi tubuh dan memantau organ tubuh. Untuk sebagian besar mekanisme
ini dikontrol oleh sistem saraf dan endokrin dan tidak mencakup perilaku
sadar. Tubuh membuat penyesuaian dalam frekwensi jantung, frekwensi
pernapasan, tekanan darah, suhu tubuh, keseimbangan cairan dan
elektrolit, sekresi hormon dan tingkat kesadaran yang semuanya ditujukan
untuk mempertahankan adaptasi.
Dubos (1965) mengemukakan pandangan lebih lanjut ke sifat dinamis
respons-respons tersebut. Dia mengatakan bahwa ada dua konsep yang
saling mengisi : homestasis dan adaptasi. Homeostasis menekankan pada
perlunya penyesuaian yang harus segera dilakukan tubuh untuk menjaga
komposisi internal selalu dalam batas yang bisa diterima, sedangkan
adaptasi lebih menekankan pada penyesuaian yang berkembang sesuai
berjalannya waktu. Dubos juga menekankan bahwa ada batasan respon
terhadap stimuli yang dapat diterima dan bahwa respon tersebut bisa
berbeda pada setiap individu. Baik homestasis maupun adaptasi dangat
diperlukan untuk dapat bertahan dalam dunia yang selalu berubah.
2. MEKANISME HOMEOSTASIS
Ketika seseorang menyadari tentang kebutuhan fisiologis tidak terpenuhi
seperti makanan atau kehangatan, tindakan yang akan dilakukan adalah
untuk memenuhi kebutuhan tersebut . Untuk sebagian besar bagaimanapun
juga , adaptasi mencakup penyesuaian yang dibuat tubuh secara otomatis
untuk mempertahankan ekuilibrium. Mekanisme homeostasis ini adalah
pengaturan – mandiri, dengan kata lain, mekanisme ini adalah otomatis.
Namun demikian, pada individu yang sakit atau mengalami cedera,
mekanisme ini mungkin tidak mampu untuk mempertahankan atau menopang
homeostasis.
Mekanisme fisiologis adaptasi berfungsi melalui umpan balik negatif,
yaitu duatu proses dimana mekanisme kontrol merasakan suatu keadaan
abnormal, seperti penurunan suhu tubuh, dan membuat suatu respon
adaptif, seperti mulai menggigil untuk membangkitkan panas tubuh. Ketiga
dari mekanisme utama yang digunakan dalam mengadaptasi stressor
dikomtrol oleh medulla oblongata, formasi reticular dan kelenjar
hipofisis.
Medula Oblongata
Medula oblongata mengontrol fungsi vital yang diperlukan untuk bertahan
hidup. Fungsi ini termasuk frekwensi jantung, tekanan darah dan
pernapasan. Impuls yang menjalar ke dan dari medulla oblongata dapat
meningkatkan atau menurunkan fungsi vital ini. Misalnya pengaturan
denyut jantung adalah sebagai hasil dari ilmpuls sistem saraf simpatis
dan parasimpatis yang menjalar dari medulla oblongata ke jantung.
Frekwensi jantung meningkat dalam berespon terhadap denyut dari serabut
saraf simpatis dan menurun akibat impuls dari serabut parasimpatis.
Formasi reticular
Formasi reticular adalah kelompok kecil neuron dalam batang otak dan
medulla spinalis. Kelompok ini juga mengontrol fungsi vital dan secara
kontinu memantau status fisiologis tubuh melalui sambungan dengan
traktus sensoris dan motoris. Misalnya , sel-sel tertentu dalam formasi
reticular dapat menyebabkan orang yang sedang tidur terbangun atau
meningkatkan tingkat kesadarannya ketika timbul kebutuhan.
Kelenjar hipofisis
Kelenjar hipofisis adalah kelenjar kecil yang melekat pada hypothalamus,
menyuplai hormon yang mengontrol fungsi vital tubuh. Kelenjar hipofisis
menghasilkan hormon yang diperlukan untuk beradaptasi terhadap stress.
Selain itu, kelenjar hipofisis mengatur sekresi dari hormon-hormon
tiroid, gonad, dan paratiroid. Sekresi hormon, seperti mekanisme
homeostasis lainnya, normalnya diatur oleh mekanisme umpan balik yang
secara kontinu memantau kadar hormon dalam darah. Ketika kadar hormon
menurun, kelenjar hipofisis menerima pesan untuk meningkatkan sekresi
hormon. Ketika kadar hormon meningkat, kelenjar hipofisis menurunkan
produksi hormon.
C. MODEL-MODEL STRESS
1. PSIKOSOMATIK STRESS
Dalam menghadapi waktu konflik, seringkali terjadi gangguan pada fungsi
badaniah. Gejala-gejala yang sebagian besar mengganggu fungsi faal yang
berlebihan sebagai akibat dari manifestasi, gangguan jika ini dinamakan
gangguan psikosomatik. Psikosomatik umumnya dapat membantu banyak dalam
usaha mengerti hubungan antara kepribadian seseorang dengan penyakit
atau gangguannya.
Suatu konflik menimbulkan ketegangan pada manusia dan bila hal ini tidak
terselesaikan dan disalurkan dengan baik maka timbullah reaksi-reaksi
yang abnormal pada jiwa. Jika ketegangan tersebut mengganggu fungsi
susunan saraf negatif, maka hal tersebut yang dinamakan gangguan
psikosomatik.
Adapun sebab-sebab timbulnya psikomotorik :
Penyakit organic yang pernah diderita dapat menimbulkan predisposisi
untuk tuimbulnya gangguan psikomotorik pada bagian tubuh yang pernah
sakit.
Merasakan penyakit orang lain yang secara tidak sadar diidentifikasikan .
Tradisi dan adapt istiadat dalam keluarga atau lingkungan dapat mengarahkan emosi kepada fungsi tertentu.
Suatu emosi yang menjelma menjadi suatu gangguan badaniah tertentu.
Konflik dan gangguan jiwa yang menjelma menjadi suatu gangguan badaniah
biasanya hanya pada suatu alat tumbuh saja. Untuk klasifikasi, maka
jenis gangguan dibagi menurut organ yang paling terkena, sebagai berikut
:
Kulit¬
Pada dasarnya gangguan stress atau emosi dapat menimbulkan gangguan pada
kulit. Hal ini telah lama diketahui. Beberapa penyeliodikan juga telah
dilakukan utnuk mengetahui sejauh mana reaksi kulit terhadap kesukaran
penyesuaian diri terhadap stress.
Otot dan¬ tulang
Dalam kehidupan sehari-hari seringkali ditemukan seseorang yang
mengalami nyeri otot selain disebabkan faktor hawa dan pekerjaan juga
disebabkan oleh faktor emosi. Karena tekanan psikologik maka tonus otot
akan meninggi dan penderita mengeluh nyeri kepala dan nyeri punggung.
Ketegangan otot ini dapat menyebabkan ketegangan sekitar sendi dan
menimbulkan nyeri sendi.
Saluran¬ pernapasan
Gangguan psikosomatik yang timbul dari saluran pernapasan seperti asma
bronkiale dengan bermacam-macam keluhannya, kecemasan dapat menimbulkan
serangan asma.
Jantung dan pembuluh darah.¬
Pada saat mengalami stress biasanya seseorang merasakan bahwa jantungnya
berdebat-debar . Stress yang menimbulkan kecemasan mempercepat denyut
jantung, meninggikan daya pompa jantung dan tekanan darah. Gangguan yang
mungkin saja timbul seperti hipertensiosensial, sakit kepala vaskuler
dan migraine.
2. ADAPTASI MODEL
Setiap orang secara terus menerus akan menghadapi perubahan fisik,
psikis, dan sosial baik dari dalam maupun dari lingkungan luar. Jika hal
tersebut tidak dapat dihadapi dengan seimbang maka tingkat stress akan
meningkat.
Model adaptasi menunjukkan bahwa empat faktor menentukan apakah suatu
situasi adalah menegangkan (Mechanic, 1962). Empat faktor yang
mempengaruhi Kemampuan untuk menghadapi stress itu adalah :
Biasanya tergantung pada pengalaman seseorang dengan stressor serupa,
sistem dukungan, dan persepsi keseluruhan trehadap stressor.
Berkenaan dengan prktik dan norma kelompok sebaya individu.
Dampak dari lingkungan sosial dalam membantu seorang individu untuk beradaptasi terhadap stressor.
Sumber yang dapat digunakan untuk mengatasi stressor.
a. ADAPTASI FISIOLOGIS/BIOLOGIS
Pada dasarnya disetiap tubuh manusia telah terdapat mekanisme pertahanan
yang bersifat alami dan bekerja secara teratur sehingga memungkinkan
tubuh untuk dapat beradaptasi terhadap perubahan-perubahan yang berasal
dari faktor internal. Mekanisme ini bekerja dengan sendirinya dan akan
berubah menjadi suatu aksi tanpa didasari dan biasanya berfungsi dalam
kondisi yang tidak normal.
b. ADAPTASI PSIKOLOGIS
Seseorang yang menghadapi stress akan mengalami kondisi-kondisi yang
tidak mengenakkan secara psikis seperti timbulnya rasa cemas, frustasi,
terancam, tak tentram yang semuanya itu berdampak pada munculnya suatu
kontak konflik dalam jiwa mereka. dan konflik tersebut diekspresikan
dalam bentuk kemarahan atau ekspresi-ekspresi lain yang dapat membuat
orang tersebut merasa sedikit nyaman atau terlepas dari stress yang
dihadapinya.
ADAPTASI SOSIAL BUDAYA
Setiap lingkungan sosial masyarakat mempunyai tatanan budaya
masing-,masing. Antara lingkungan satu dan yang lainnya tentu memiliki
budaya berbeda-beda. Perbedaan tersebut yang akhirnya menuntut setiap
orang beradaptasi jika hal itu dapat dilakukan dengan baik maka akan
tercipta keseimbangan. Namun jika hal tersebut tidak dapat dilakukan
bukanlah suatu hal yang tidak mungkin jika orang tersebut akan mengalami
stress.
ADAPTASI SPIRITUAL
Setiap agama dan kepercayaan mengandung ajaran yang hendaknya harus
dijalankan oleh penganutnya. Ajaran-ajaran ini tentunya juga harus turut
andil dalammengatur perilaku manusia ini. Oleh karena itu dalam rangka
memenuhi ajaran-ajaran tersebut pasti terjadi perubahan dalam perilaku
manusia.
3. LINGKUNGAN SOSIAL MODEL
Keadaan lingkungan dan masyarakat sangat mempengaruhi seseorang dalam
beradaptasi. Keadaan lingkungan yang stabil dan seimbang akan memudahkan
seseorang dalam beradaptasi. Sedangkan keadaan masyarakat dengan
hubungan sosial yang baik juga akan memudahkan individu dalam melakukan
adaptasi agar terhindar dari stress.
4. PROSES MODEL
Pada dasarnya proses model adalah berlangsungnya kejadian dan masalah
yang terjadi pada seseorang sehingga mempengaruhi orang tersebut yang
pada akhirnya mengalami stress dan proses menghadapi stress itu sendiri.
D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON TERHADAP STRESSOR
1. INTENSITAS
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa pada dasarnya tubuh atau
jiwa manusia mempunyai ketahanan atau kekuatan yang berasal dari dalam.
Tingkat kekuatan ini dinilai sebagai kunci kepribadian dalam menghadapi
stress. Kepribadian ini memungkinkan seseorang untuk menjadikan stressor
sebagai suatu yang positif sehinggan memberikanm respon yang positif
pula terhadap stressor tertentu. Suatu stressor yang bersifat negatif
dan menjadikan stress bagi seseorang dapat merupakan sumber kekuatan
bagi orang lain.
Selain itu stressor juga dapat memberikan mekanisme untuk memperingatkan
seseorang agar dapat menmgumpulkan seluruh kekuatan yang dimilikinya
dalam rangka melawean stress itu sendiri. Tak selamanya stress merupakan
hal yang negatif. Pada tingkatan tertentu stress dapat menjadi
motivator bagi seseorang. Hal ini berhubungan dengan keinginan untuk
mencap[ai suatu tujuan dan stress disini berguna untuk mencegah
timbulnya rasa bosan.
Stress juga berguna pada keadaan yang penting dimana seseorang
memerlukan kekuatan emosional dan mobilisasi fisik sebagai kekuatan
pertahanan individu.
2. SIFAT
Sifat dari stressor juga memperngaruhi respon. Ada beberapa stressor
yang bersifat positif dan yang lainnya bersifat negatif. Stressor yang
bersifat positif akan menimbulkan respon yang positif, sedangkan
stressor yang bersifat negatif akan menyebabkan respon yang negatif pula
baik secara fisikmaupun psikis. Secara negatif stress dapat
menghasilkan perubahan yang pada akhirnya akan menimbulkan kesakitan.
3. DURASI
Lamanya atau jangka waktu berlangsungnya pemaparan stressor atau
kejasian dari stressor sampai menjadikan seseorang mengalami stress.
Frekwensi perubahan-perubahan dari suatu kejadian yang pada akhirnya
mempengaruhi seseorang hingga merasakan stress.
4. JUMLAH
Mengandung pengertian stressor yang harus dihadapi dalam satu waktu.
Banyaknya perubahan-perubahan dan kejadian yang dialami seseorang dalam
suatu periode waktu tertentu lebih sering menyebabkan perkembangannya
stress yang pada akhirnya dapat menyebabkan kesakitan.
5. PENGALAMAN
Bagaimana seseorang memberikan respon terhadap stressor juga dipengaruhi
oleh pengalaman. Pengalaman ini bisa di dapat dari diri sendiri maupun
dari pengalaman orang lain. Pengalaman yang menyenangkan atau tidak
menyenangkan yang ditemui dalam kehidupan akan memberikan pelajaran dan
kekuatan untuk menghadapi stressor dan menghadapi stress.
6. TINGKAT PERKEMBANGAN
Di dalam setiap perkembangan akan terjadi perubahan-perubahan pada
setiap individu. Tingkat perkembangan ini juga berpengaruh terhadap
bagaimana seseorang maupun stressor. Karena perkembangan cukup
menentukan kematangan seseorang dalam menghadapi kematangan.
E. KONSEP ADAPTASI
1. PENGERTIAN ADAPTASI
Adaptasi adalah proses dimana dimensi fisiologis dan psikososial berubah
dalam berespon terhadap stress. Karena banyak stressor tidak dapat
dihindari, promosi kesehatan sering difokuskan pada adaptasi individu,
keluarga atau komunitas terhadap stress.
Ada banyak bentuk adaptasi. Adaptasi fisiologis memungkinkan homeostasis
fisiologis. Namun demikian mungkin terjadi proses yang serupa dalam
dimensi psikososial dan dimensi lainnya.
Suatu proses adaptif terjadi ketika stimulus dari lingkungan internal
dan eksternal menyebabkan penyimpangan keseimbangan organisme. Dengan
demikian adaptasi adalah suatu upaya untuk mempertahankan fungsi yang
optimal. Adaptasi melibatkan refleks, mekanisme otomatis untuk
perlindungan, mekanisme koping dan idealnya dapat mengarah pada
penyesuaian atau penguasaan situasi (Selye, 1976, ; Monsen, Floyd dan
Brookman, 1992). Stresor yang menstimulasi adaptasi mungkin berjangka
pendek, seperti demam atau berjangka panjang seperti paralysis dari
anggota gerak tubuh. Agar dapat berfungsi optimal, seseorang harus mampu
berespons terhadap stressor dan beradaptasi terhadap tuntutan atau
perubahan yang dibutuhkan. Adaptasi membutuhkan respons aktif dari
seluruh individu.
2. DIMENSI ADAPTASI
Stres dapat mempengaruhi dimensi fisik, perkembangan, emosional,
intelektual, sosial dan spiritual. Sumber adaptif terdapat dalam setiap
dimensi ini. Oleh karenanya, ketika mengkaji adaptasi klienterhadap
stress, perawat harus mempertimbangkan individu secara menyeluruh.
a. ADAPTASI FISIOLOGIS
Indikator fisiologis dari stress adalah objektif, lebih mudah
diidentifikasi dan secara umum dapat diamati atau diukur. Namun
demikian, indicator ini tidak selalu teramati sepanjang waktu pada semua
klien yang mengalami stress, dan indicator tersebut bervariasi menurut
individunya. Tanda vital biasanya meningkat dan klien mungkin tampak
gelisah dan tidak mampu untuk beristirahat aberkonsentrasi. Indikator
ini dapat timbul sepanjang tahap stress.
Durasi dan intensitas dari gejala secara langsung berkaitan dengan
durasi dan intensitas stressor yang diterima. Indikator fisiologis
timbul dari berbagai sistem. Oleh karenanya pengkajian tentang stress
mencakup pengumpulan data dari semua sistem.
Hubungan antara stress psikologik dan penyakit sering disebut interaksi
pikiran tubuh. Riset telah menunjukkan bahwa stress dapat mempengaruhi
penyakit dan pola penyakit. Pada masa lampau,penyakit infeksi adalah
penyebab kematian paling utama, tetapi sejak ditemukan antibiotic,
kondisi kehidupan yang meningkat, pengetahuan tentang nutrisi yang
meningkat, dan metode sanitasi yang lebih baik telah menurunkan angka
kematian. Sekarang penyebab utama kematian adalah penyakit yang mencakup
stressor gaya hidup.
Indikator fisiologis stress
Kenaikan tekanan darah
Peningkatan ketegangan di leher, bahu, punggung.
Peningkatan denyut nadi dan frekwensi pernapasan
Telapak tangan berkeringat
Tangan dan kaki dingin
Postur tubuh yang tidak tegap
Keletihan
Sakit kepala
Gangguan lambung
Suara yang bernada tinggi
Mual,muntah dan diare.
Perubahan nafsu makan
Perubahan berat badan
Perubahan frekwensi berkemih
Dilatasi pupil
Gelisah, kesulitan untuk tidur atau sering terbangun saat tidur
Temuan hasil laboratorium abnormal : Peningkatan kadar hormon adrenokortikotropik, kortisol dan katekolamin dan hiperglikemia.
b. ADAPTASI PSIKOLOGIS
Emosi kadang dikaji secara langsung atau tidak langsung dengan mengamati
perilaku klien. Stress mempengaruhi kesejahteraan emosional dalam
berbagai cara. Karena kepribadian individual mencakup hubungan yang
kompleks di antara banyak faktor, maka reaksi terhadap stress yang
berkepanjangan ditetapkan dengan memeriksa gaya hidup dan stresor klien
yang terakhir, pengalaman terdahulu dengan stressor, mekanisme koping
yang berhasil di masa lalu, fungsi peran, konsep diri dan ketabahan yang
merupakan kombinasi dari tiga karakteristik kepribadian yang di duga
menjadi media terhadap stress. Ketiga karakteristik ini adalah rasa
kontrol terhadap peristiwa kehidupan, komitmen terhadap aktivitas yang
berhasil, dan antisipasi dari tantangan sebagai suatu kesempatan untuk
pertumbuhan (Wiebe dan Williams, 1992 ; Tarstasky, 1993).
Indikator emosional / psikologi dan perilaku stress :
• Ansietas
• Depresi
• Kepenatan
• Peningkatan penggunaan bahan kimia
• Perubahan dalam kebiasaan makan, tidur, dan pola aktivitas.
• Kelelahan mental
• Perasaan tidak adekuat
• Kehilangan harga diri
• Peningkatan kepekaan
• Kehilangan motivasi.
• Ledakan emosional dan menangis.
• Penurunan produktivitas dan kualitas kinerja pekerjaan.
• Kecendrungan untuk membuat kesalahan (mis. buruknya penilaian).
• Mudah lupa dan pikiran buntu
• Kehilangan perhatian terhadap hal-hal yang rinci.
• Preokupasi (mis. mimpi siang hari )
• Ketidakmampuan berkonsentrasi pada tugas.
• Peningkatan ketidakhadiran dan penyakit
• Letargi
• Kehilangan minat
• Rentan terhadap kecelakaan.
c. ADAPTASI PERKEMBANGAN
Stres yang berkepanjangan dapat mempengaruhi kemampuan untuk
menyelesaikan tugas perkembangan. Pada setiap tahap perkembangan,
seseorang biasanya menghadapi tugas perkembangan dan menunjukkan
karakteristik perilaku dari tahap perkembangan tersebut. Stress yang
berkepanjangan dapat mengganggu atau menghambat kelancaran menyelesaikan
tahap perkembangan tersebut. Dalam bentuk yang ekstrem, stress yang
berkepanjangan dapat mengarah pada krisis pendewasaan.
Bayi atau anak kecil umumnya menghadapi stressor di rumah . Jika diasuh
dalam lingkungan yang responsive dan empati, mereka mampu mengembangkan
harga diri yang sehat dan pada akhirnya belajar respons koping adaptif
yang sehat (Haber et al, 1992).
Anak-anak usia sekolah biasanya mengembangkan rasa kecukupan. Mereka
mulai mnyedari bahwa akumulasi pengetahuan dan penguasaan keterampilan
dapat membantu mereka mencapai tujuan , dan harga diri berkembang
melalui hubungan berteman dan saling berbagi di antara teman. Pada tahap
ini, stress ditunjukkan oleh ketidakmampuann atau ketidakinginan untuk
mengembangkan hubungan berteman.
Remaja biasanya mengembangkan rasa identitas yang kuat tetapi pada waktu
yang bersamaan perlu diterima oleh teman sebaya. Remaja dengan sistem
pendukung sosial yang kuat menunjukkan suatu peningkatan kemampuan untuk
menyesuaikan diri terhadap stressor, tetapi remaja tanpa sistem
pendukung sosial sering menunjukkan peningkatan masalah psikososial
(Dubos, 1992).
Dewasa muda berada dalam transisi dari pengalaman masa remaja ke
tanggung jawab orang dewasa. Konflik dapat berkembang antara tanggung
jawab pekerjaan dan keluarga. Stresor mencakup konflik antara harapan
dan realitas.
Usia setengah baya biasanya terlibat dalam membangun keluarga,
menciptakan karier yang stabil dan kemungkinan merawat orang tua mereka.
Mereka biasanya dapat mengontrol keinginan dan pada beberapa kasus
menggantikan kebutuhan pasangan, anak-anak, atau orang tua dari
kebutuhan mereka. Namun demikian dapat timbul stress, jika mereka merasa
terlalu banyak tanggung jawab yang membebani mereka.
Usia lansia biasanya menghadapi adaptasi terhadap perubahan dalam
keluarga dan kemungkinan terhadap kematian dari pasangan atau teman
hidup. Usia dewasa tua juga harus menyesuaikan terhadap perubahan
penampilan fisik dan fungsi fisiologis. Perubahan besar dalam kehidupan
seperti memasuki masa pension juga menegangkan.
d. ADAPTASI SOSIAL BUDAYA
Mengkaji stressor dan sumber koping dalam dimensi sosial mencakup
penggalian bersama klien tentang besarnya, tipe, dan kualitas dari
interaksi sosial yang ada. Stresor pada keluarga dapat menimbulkan efek
disfungsi yang mempengaruhi klien atau keluarga secara keseluruhan (Reis
& Heppner, 1993).
Perawat juga harus waspada tentang perbedaan cultural dalam respon
stress atau mekanisme koping. Misalnya klien dari suku Afrika-Amerika
mungkin lebih menyukai mendapatkan dukungan sosial dari anggota keluarga
ketimbang dari bantuan professional (Murata, 1994).
e. ADAPTASI SPIRITUAL.
Orang menggunakan sumber spiritual untuk mengadaptasi stress dalam
banyak cara, tetapi stress dapat juga bermanifestasi dalam dimensi
spiritual. Stress yang berat dapat mengakibatkan kemarahan pada Tuhan,
atau individu mungkin memandang stressor sebagai hukuman. Stresor
seperti penyakit akut atau kematian dari orang yang disayangi dapat
mengganggu makna hidup seseorang dan dapat menyebabkan depresi. Ketika
perawatan pada klien yang mengalami gangguan spiritual, perawat tidak
boleh menilai kesesuaian perasaan atau praktik keagamaan klien tetapi
harus memeriksa bagaimana keyakinan dan nilai telah berubah.
F. RESPON PATOFISIOLOGI TERHADAP STRESS
1. KOMPONEN FISIOLOGI
Riset klasik yang telah dilakukan oleh Selye (1946, 1976) telah
mengidentifikasi dua respons fisiologis terhadap stress; sindrom
adaptasi lokal (LAS) dan sindrom adaptasi umum (GAS). LAS adalah respon
dari jaringan, organ atau bagian tubuh terhadap stress karena trauma,
penyakit atau perubahan fisiologis lainnya. GAS adalah respons
pertahanan dari keseluruhan tubuh terhadap stress.
a. LAS (Lokal Adaptation Syndrome)
Tubuh menghasilkan banyak respons setempat terhadap stress. Respons
setempat ini termasuk pembekuan darah, penyembuhan luka, akomodasi mata
terhadap cahaya dan respon tekanan. Semua bentuk LAS mempunyai
karakteristik berikut :
Respon yang terjadi¬ adalah setempat, respon ini tidak melibatkan seluruh sistem tubuh
Respon¬ adalah adaptif, berarti bahwa stressor diperlukan untuk menstimulasinya.
¬ Respon adalah berjangka pendek. Respon tidak terdapat terus menerus.
Respon¬ adalah restorative, berarti bahwa LAS membantu dalam memulihkan homeostasis region atau bagian tubuh.
Dua respon setempat , yaitu respons refleks nyeri dan respons inflamasi
adalah contoh dari LAS. Perawat menghadapi respons ini dibanyak
lingkungan perawatan kesehatan.
Respon refleks nyeri
Respon refleks nyeri adalah respon setempat dari sistem saraf pusat
terhadap nyeri. Respon ini adalah respons adaptif dan melindungi
jaringan dari kerusakan lebih lanjut. Respons ini melibatkan reseptor
sensoris, saraf sensoris yang menjalar ke medulla spinalis, neuron
penghubung dalam medulla spinalis, saraf motorik yang menjalar dari
medulla spinalis dan otot efektif. Misalnya , sebut saja di bawah sadar,
yaitu refleks menghindarkan tangan dari permukaan panas. Contoh lainnya
adalah kram otot.
Respons inflamasi
Respons inflamasi distimuli oleh trauma atau infeksi. Respons ini
memusatkan inflamasi , sehingga dengan demikian menghambat penyebaran
inflamasi dan meningkatkan penyembuhan. Respons inflamasi dapat
mengakibatkan nyeri setempat, pembengkakan, panas, kemerahan dan
perubahan fungsi.Respons inflamasi terbagi dalam tiga fase yaitu
perubahan dalam sel-sel dan sistem sirkulasi, pelepasan eksudat dari
luka dan perbaikan jaringan oleh regenerasi atau pembentukan jaringan
parut.
b. GAS (General Adaptation Syndrome)
GAS adalah respon fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stress. Respon
ini melibatkan beberapa sistem tubuh, terutama sistem saraf otonom dan
sistem endokrin. Beberapa buku menyebutkan GAS sebagai respon
neuro-endokrin. GAS terdiri atas reaksi peringatan , tahap resisten dan
tahap kehabisan tenaga.
GAS diuraikan dalam tiga tahapan berikut :
Alarm reaction (AR, reaksi cemas).
Selama tahap ini tubuh menyadari penyebab ketegangan dan secara sadar
atau tidak sadar dipicu untuk bertindak. Kekuatan pertahanan tubuh
dikerahkan dan tingkat yang normal dari perlawanan tubuh menurun. Kalau
penyebab ketegangan itu cukup keras, tahap ini dapat mengakibatkan
kematian. Contohnya adalah luka bakar yang hebat.
Reaksi alarm melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh dan
pikiran untuk menghadapi stressor. Kadar hormon meningkat untuk
meningkatkan volume darah dan dengan demikian menyiapkan individu untuk
bereaksi. Hormon lainnya dilepaskan untuk meningkatkan kadar glukosa
darah untuk menyiapkan energi untuk keperluan adaptasi. Meningkatkan
kadar hormon lain seperti efinefrin dan norefinefrin mengakibatkan
peningkatan frekwensi jantung, meningkatkan aliran darah ke otot,
meningkatkan ambilan oksigen dan memperbesar kewaspadaan mental.
Aktivitas hormonal yang luasini menyiapkan individu untuk melakukan
respon melawan atau menghindar. Curah jantung, ambilan oksigen dan
frekwensi pernapsan meningkat, pupil mata berdilatasi untuk menghasilkan
bidang visual yang lebih besar, dan frekwensi jantung meningkat untuk
menghasilkan energi lebih banyak. Dengan peningkatan kewaspadaan dan
energi mental ini, seseorang disipkan untuk melawan atau menghindari
stressor.
State of Resistance (SR, Perlawanan)
Tahap ini ditandai oleh penyesuaian dengan penyebab ketegangan. Tubuh
melawan reaksi cemas, karena dalam keadaan ini tidak ada orang yang
terus menerus dapat bertahan. Tingkat perlawanan tubuh naik di atas
normal untuk melawan penyebab ketegangan dengan harapan adanya
penyesuaian. Disamping itu perlawanan tubuh terhadap rangsangan
selanjutnya meningkat.
Jika stress dapat diatasi, tubuh akan memperbaiki kerusakan yang telah
terjadi. namun demikian, jika stressor tetap terus menetap, seperti pada
kehilangan darah terus menerus, penyakit yang melumpuhkan, penyakit
mental parah jangka panjang, dan ketidakberhasilan dalam beradaptasi,
maka individu memasuki tahap ketiga dari GAS yaitu tahap kehabisan
tenaga.
State of Exhausting (SE, tahap keadaan sangat lelah/ kehabisan tenaga)
Kalau tubuh terus menerus dibiarkan menerima penyebab ketegangan, suatu
waktu akan mencapai tahap lelah. Gejala-gejala reaksia cemas ini timbul
kembali, tetapi kalau penyebab ketegangan tidak disingkirkan,
tanda-tanda itu tidak dapat dirubah lagi. Maut akan menyusul, kecuali
tubuh memperoleh tehnik untuk menyesuaikan diri atau menemukan jalan
baru untuk menguasai situasi yang pebuh ketegangan.
2. KOMPONEN PSIKOLOGI
Pemajanan terhadap stressor mengakibatkan respoons adaptif psikologis
dan fisiologis. Ketika seseorang terpajan pada stressor, maka kemampuan
mereka untuk memenuhi kebutuhan darah terganggu. Gangguan atau ancaman
ini, baik yang aktual atau yang dicerap,menimbulkan frustasi, ansietas,
dan ketegangan (Kline-Leidy, 1990). Perilaku adaptif psikologis individu
membantu kemampuan seseorang untuk menghadapi stressor. Perilaku ini
diarahkan pada penatalaksanaanstress dan didapatkan melalui pembelajaran
dan pengalaman sejalan dengan individu mengidentifikasi perilaku yang
dapat diterima dan ebrhasil.
Perilaku adaptif psikologis dapat konstruktif atau destruktif. Perilaku
konstruktif membantu individu menerima tantangan untuk menyelesaikan
konflik. Bahkan ansietas dapat konstruktif ; misalnya , ansietas dapat
menjadi tanda bahwa terdapat ancaman sehingga seseorang dapat melakukan
tindakan untuk mengurangi keparahannya.
Perilaku destruktif mempengaruhi orientasi realitas, kemampuan pemecahan
masalah, keperibadian, dan situasi yang sangat berat, kemampuan untuk
berfungsi. Ansietas dapat juga bersifat destruktif (mis. jika seseorang
tidak mampu beritindak melepaskan diri dari stressor). Sama halnya,
penyalahgunaan alkohol atau obat-obatan dapat dipandang sebagai perilaku
adapatif ; dalam kenyataannya hal ini malah meningkatkan stress dan
bukan menurunkan stress.
Perilaku adapatif psikologis juga disebut sebagai mekanisme koping.
Mekanisme ini dapat berorientasi pada tugas, yang mencakup penggunaan
tehnik pemecahan masalah secara langsung untuk menghadapi ancaman, atau
dapat juga mekanisme pertahanan ego, yang tujuannya adalah untuk
mengatur distress emosional dan dengan demikian memberikan perlindungan
individu terhadap ansietas dan stress. Mekanisme pertahanan ego adalah
metode koping terhadap stress secara tidak langsung.
a. TASK ORIENTED BEHAVIOR
Perilaku berorientasi tugas mencakup penggunaan kemampuan kognitif untuk
mengurangi stress, memecahkan masalah, menyelesaikan konflik dan
memenuhi kebutuhan (Stuart & Sundeen, 1991). Perilaku berorientasi
tugas memberdayakan seseorang untuk secara realistic menghadapi tuntutan
stressor . Tiga tipe umum perilaku berorientasi pada tugas adalah :
Perilaku menyerang adalah tindakan untuk menyingkirkan atau mengatasi suatu stressor atau untuk memuarkan kebutuhan.
Perilaku menarik diri adalah menarik diri secara fisik atau emosional dari stressor.
Perilaku kompromi adalah mengubah metode yang biasa digunakan,
mengganti tujuan, atau menghilangkan kepuasan terhadap kebutuhan untuk
memenuhi kebutuhan lain atau untuk menghindari stress.
b. EGO DEPENDEN MECANISM
Mekanisme pertahanan ego yang pertama kali diuraikan oleh Sigmund Freud
adalah perilaku tidak sadar yang memberikan perlindungan psikologis
terhadap peristiwa yang menegangkan. Mekanisme ini digunakan oleh setiap
orang dan membantu melindungi terhadap perasaan tidak berdaya dan
ansietas. Kadang mekanisme pertahanan diri dapat menyimpang dan tidak
lagi mampu untuk membantu seseorang dalam mengadaptasi stressor. Ada
banyak mekanisme pertahanan ego. Mekanisme ini sering kali diaktifkan
oleh stressor jangka pendek dan biasanya tidak mengakibatkan gangguan
psikiatrik.
Kompensasi adalah penutupan suatu defisiensi dalam satu aspek citra
diri dengan secara takut menekankan suatu gambaran yang dianggap sebagai
suatu aspek
Konversi adalah secara tidak sadar menekan suatu konflik emosional yang
menghasilkan ansietas dan memindahkannya menjadi gejala non organic.
Menyangkal adalah penghindaran konflik emosional dengan menolak untuk
secara sadar mengakui segala sesuatu yang mungkin menyebabkan nyeri
emosional yang tidak dapat ditoleransi.
Pemindahan tempat adalah memindahkan emosi, ide, atau keinginan dari
situasi menegangkan kepada penggantinya yang lebih sedikit mengakibatkan
ansietas.
Identifikasi adalah pemolaan perilaku yang dilakukan oleh orang lain
dan menerima kualitas, karakteristik dan tindakan orang tersebut.
Regresi adalaj koping terhadap stressor melalui tindakan dan perilaku yang berkaitan dengan periode perkembangan sebelumnya.
Rasionalisasi adalah penjelasan-penjelasan yang masuk akal diberikan
untuk meyakinkan atau memotivasi perilaku yang bersumber pada alam tak
sadar.
Sublimasi adalah kekuatan yang cenderung dipindahkan dan diarahkan menjadi tujuan yang dapat diterima masyarakat.
Identifikasi adalah tanggapan seseorang terhadap kualitas atau sifat-sifat keperibadian orang lain
Supresi adalah pikiran-pikiran atau keinginan dihambat secara sadar.
Represi adalah ide-ide yang menyakitkan di tekan kea lam tak sadar.
Introjeksi adalah seseorang menerima sikap-sikap emosi, keinginan ide
atau kepribadian orang lain ke dalam dirinya, aspirasi dan pengendalian
diri orang lain diambil alih menjadi kepribadiannya.
Reaksi formasi adalah seseorang mengadopsi sikap dan perilaku yang berlawanan dengan gerak hatinya.
Proyeksi adalah hal-hal yang tidak bisa diterima secara emosional
karena penolakan terhadap dirinya dan kemudian dipindahkan kepada orang
lain.
Fantasi / imajinasi adalah memakai imajinasi untuk menciptakan gambar yang hanya ada dalam ingatan.
G. MANAJEMEN STRESS.
Manajemen stress kemungkinan melihat promosi kesehatan sebagai aktivitas
atau intervasi atau mengubah pertukaran rrespon terhadap penyakit.
Fokusnya tergantung pada tujuan dari intervensi keperawatan berdasarkan
keperluan pasien. Perawat bertanggung jawab pada implemenetasi pemikiran
yang dikeluarkan pada beberapa daerah perawatan.
1. MANAJEMEN STRESS UNTUK KLIEN
a. REGULER EXERCISE
Program olahraga teratur meningkatkan tonus otot dan postur otot,
mengontrol berat badan, mengurangi ketegangan dan meningkatkan
relaksasi. Selain itu , olahraga juga mengurangi risiko penyakit
kardiovaskular dan meningkatkan fungsi kardiovaskular. Klien yang
mempunyai riwayat penyakit kronis, yang berisiko untuk mengalami suatu
penyakit , atau yang berusia lebih dari 35 tahun harus mulai melakukan
program latihan fisik hanya setelah mendiskusikannya dengan dokter.
Secara umum agar program kebugaran aliran darah ke otot memberi efek
fisik yang positif, seseorang harus melakukan olahraga setidakanya tiga
kali dalam satu minggu selama 30 sampai 40 menit.
Setiap orang harus melakukan latihan pernapasan sebelum melakukan
latihan berat seperti jogging, gerakan aerobic atau tennis. Latihan
pernapasan menstimulasi aliran darah ke otot dan meningkatkan
kelenturan. Latihan ini mengurangi risiko kerusakan pada sistem
musculoskeletal selama latihan. Sama halnya seseorang harus melakukan
latihan pendinginan dan tidak berhenti secara mendadak. misalnya ,
setelah jogging atau gerakan aerobic, orang tersebut harus bergerak
dengan gerakan sedang, secara bertahap diperlambat dan berhenti. Latihan
pendinginan memungkinkan sistem kardiovaskuler, musculoskeletal, dan
sistem metabolic secara bertahap kembali pada keadaan istirahat.
Program latihan efektif dalam menurunkan keparahan kondisi akibat stress
seperti hipertensi, kegemukan, sakit kepala migren, keletihan mental,
peka rangsang dan sepresi. Latihan meningaktakan pelepasan opioid
endogen yang menciptakan perasaan sejahtera (McCubbin & McCubbin,
1993).
b. DIET DAN NUTRISI
Nutrisi dan latihan berhubungan erat. Makanan memberi bahan bakar untuk
aktivitas dan meningkatkan latihan, yang meningkatkan sirkulasi dan
pemberian nutrient ke jaringan tubuh.
Setiap orang didorong untuk mempertahankan berat badan sesuai dengan
rentang standart usia, jenis kelamin, dan bentuk tubuh. Selain untuk
menghindari kelebihan makan atau kekurangan makan, seseorang harus
mewaspadai kualitas makanan. Terlalu banyak lemak, kafein, garam atau
gula dapat mengganggu fungsi metabolic tubuh, defisiensi vitamin,
mineral, dan nutrient juga dapat menyebabkan masalah metabolisme.
Kebiasaan diet yang buruk dapat memperburuk respond stress dan membuat
individu mudah tersinggung, hiperaktif dan gelisah. Hal ini merusak
kemampuan untuk memenuhi tanggung jawab personal, keluarga, dan peran.
c. SUPPORT SISTEM
Peribahasa “ no man is an island” terutama penting untuk penatalaksanaan
stress. Sistem pendukung seperti keluarga , teman atau rekan kerja yang
akan mendengarkan dan memberikan nasihat dan dukungan emosional akan
sangat bermamfaat bagi seseorang yang mengalami stress. Sistem pendukung
dapat mengurangi reaksi stress dan meningkatkan kesejahteraan fisik dan
mental (Revenson dan Majerovitz, 1991). Riset keperawatan telah
mendokumentasikan adanya korelasi dukungan sosial positif dengan
pengurangan gejala penyakit kronis (White, Richter, & Fry, 1992).
Ubrich dan Bradsher (1993) menunjukkan bahwa dukungan dapat meringankan
efek stressor atau distress emosional baik pada lansia wanita kulit
putih maupun suku Afrika-Amerika terutama jika dukungan dipandang
sebagai orang yang sangat dipercaya. Perawat dapat menggunakan berbagai
metode untuk membantu klien membangun sistem pendukung, melibatkan diri
dalam aktivitas kelompok tempat ibadah dan memberi dorongan untuk
melakukan aktivitas rekreasi. Perawat dapat menggunakan komunikasi
terapeutik untuk mengajarkan klien tentang keterampilan sosialisasi jika
klien tidak mengetahui bagaimana cara berinteraksi dengan tepat. Semua
metode ini membantu klien membangun sistem pendukung yang kuat. Jika
stress merupakan akibat dari isolasi sosial, maka strategi keperawatan
ditujukan untuk membantu klien mengembangkan jaringan sosial baru.
d. TIME MANAGEMENT
Seseorang yang menggunakan waktu secara efisien biasanya mengalami lebih
sedikit stress karena mereka merasa lebih terkontrol dalam hidupnya.
Perawat yang bertindak dalam domain pengajaran-pelatihan dapat membantu
klien memprioritaskan tugas jika mereka merasa kewalahan atau
imobilisasi. Penstrukturan waktu yang realistic diperlukan jika klien
tidak menyisikan waktu yang cukup untuk setiap aktivitas. Fungsi peran
klien harus dianalisis secara berkaitan untuk menentukan apakah
modifikasi dapat dibuat sehingga dapat mengurangi tuntutan waktu
(Peddicord,1991).
Mengendalikan tuntutan dari orang lain penting untuk penatalaksanaan
waktu yang efektif. Sedikit orang yang mampu mengikuti semua permintaan
yang diajukan oleh orang lain. penting artinya untuk belajar mengenali
permintamaan mana yang dapat dipenuhi secara realistic, kebutuhan mana
yang akan dinegosiasi, dan kebutuhan mana yang dapat ditolak secara
asertif. Menghambat periode waktu untuk menunjukkan tujuan spesifik juga
mengurangi rasa keterburuan dan meningkatkan perasaan kontrol.
e. HUMOR
Humor adalah terapi yang terkenal dalam literatur umum oleh Norman
Cousins (1979). Kemampuan untuk menerima hal-hal lucu dan tertawa
melenyapkan stress (Robinson, 1990; Dahl dan O’Neal, 1993).
Hipotesisfisiologis menyatakan bahwa tertawa melepaskan endorphin ke
dalam sirkulasi dan perasaan stress di lenyapkan.
f. ISTIRAHAT
Pola istirahat dan tidur yang tetap, dan kebaisaan juga penting untuk
menangani stress. Seseorang yang mengalami stress harus di dorong
meluangkan waktunya untuk istirahat dan tidur. Tidur tidak hanya
menyegarkan tubuh, Tetapi juga membantu seseorang menjadi rileks secara
mental. Klien mungkin membutuhkan bantuan specific dalam mempelajari
tehnik relaks sehingga dapat tertidur.
g. TEHNIK RELAKSASI
Relaksasi progresif dengan dan tanpa ketegangan otot dan tehnik
manipulasi pikiran mengurangi komponen fisiologis dan emodional stress.
Tehnik relaksasi adalah perilaku yang dipelajari dan membutuhkan waktu
pelatihan dan praktek. Setelah klien menjadi terampil dalam tehnik ini ,
ketegangan dikurangi dan parameter fisiologis berubah.
Ada 4 komponen utama dari tehnik relaksasi yaitu :
Lingkungan yang tenang, menghindarkan sebanyak mungkin kebisingan dan gangguan –gangguan
Posisi yang nyaman, duduk tanpa ketegangan otot.
Sikap yang dapat diubah, mengosongkan semua pikiran-pikiran dari alam sadar.
Keadaan mental (yang baik, memusatkan perhatian pada suara, kata-kata,
ungkapan, imaginasi, objek atau pola napas untuk merubah pikiran-pikiran
secara internal menjadi pikiran yang lebih dapat diterima).
Faktor yang penting adalah bagaimana seseorang mengosongkan pikirannya
dari semua pikiran-pikiran dan memusatkan perhatian pada mental device.
Wajarlah bila pikiran-pikiran itu makin menerawang. Bila terjadi
demikian, orang tersebut akan dengan segera langsung kembali kepada
mental device. Setiap periode relaksasi ini harus membutuhkan waktu
kurang lebih 20 menit. Ada Beberapa pendekatan yang dapat dilaksanakan
melalui instruksi perawat kepadda klien , tanpa menggunakan peralatan
khusus dan juga tanpa perintah dokter yaitu relaksasi profresif dan
relaksasi respon Benson. Relaksasi progresif terdiri atas peregangan dan
relaksasi sekelompok otot dan memfokuskannya perasaan relakasasi.
Aplikasi yang sistematis dari relaksasi progresif ini mempunyai tiga
efek utama, sebagai berikut :
¬ Kelompok otot yang telah mengalami relaksasi maka akan lebih rileks lagi.
¬ Tiap-tiap kelompok otot utama rileks secara bergantian. Kalau otot
yang baru ditambah, maka kelompok otot yang lama juga akan mengalami
relaksasi.
Lebih¬ banyak jumlah relaksasi yang dialmi seseorang, maka orang itu akan bergerak menuju fase relaksasi.
Keadaan rileks meningkat setelah periode relaksasi. Respon relaksasi
Benson menghilangkan ketegangan otot. Khususnya membantu secara penuh
relaksasi otot pada pasien yang mengalami nyeri atau ketidaknyamanan.
Respon relaksasi Benson’s
o Yakinkan posisi duduk senyaman mungkin dalam lingkungan yang tenang
o Tutup mata
o Relaksasi otot-otot tubuh (katakana Ayo.....)
o Memusatkan perhatian pada pernapasan, ulangi lagi kata-kata atau suara
/ bunyi seperti “one” atau “um-um” setiap kali ekspirasi.
o Lakukan selama 20 menit
o Buka mata
o Berikan waktu pada pasien untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sebelum psien bergerak atau berpindah.
Relaksasi Progresif
1. Yakinkan posisi yang nyaman dalam ruangan yang tenang
2. Mulai dengan memusatkan perhatian pada pernapasan yang lambat
3. Regangkan kelompok otot-otot yang diinginkan (lihat langkah 5) selama 5-7 detik, kemudian relakasasi secara cepat.
4. Pusatkan perhatian secara 10 detik pada sensasi-sensasi pada otot yang berelaksasi
5. Ikuti petunjuk ini, ulangi untuk setiap kelompok otot, regangkan 2 atau 3 kali.
• Tangan dan lengan : mengepalkan tangan, menarik siku dengan kuat,
kerutkan hidung, purse lip, senyum dengan gigi terekat kuat.
• Wajah : mengerutkan dahi, tutup mata dengan rapat, mengerutkan hidung, purse lip, senyum dengan gigi terekat kuat.
• Leher : Dekatkan dagu dengan dada.
• Dada : tarik kedua bahu secara bersama-sama, keraskan perut dan bokong.
• Kaki dan tungkai : dorong ke bawah dengan kaki, jari-jari menjauhi (dorsofleksi) utamakan kaki yang terdahulu.
6. Ulangi proses pada setiap area yang mengalami ketegangan.
h. SPIRITUALITAS
Aktivitas spiritual dapat juga mempunyai efek yang positif dalam
menurunkan stress (Dahl dan O’ Neal , 1993). Praktik seperti berdoa,
meditasi atau membaca bahan bacaan keagamaan dapat menjadi sumber yang
bermamfaat bagi klien. Pada penelitian (Young, 1993) praktik spiritual
klien lansia dapat meningkatkan perasaan produktivitas dan kemampuan
beradaptasi yang membantu dalam menghadapi individu sakit kronis
2. MANAJEMEN STRES UNTUK PERAWAT.
Sebagian besar perawat mengalami stress dalam lingkungan pekerjaan
merka. Stresor dapat terdiri atas kelebihan beban kerja, kebijakan
institusi tempat bekerja, konflik dengan rekan kerja atau karakteristik
klien (Foxall, Zimmermen, dan Bene, 1990; Skipper, Jung dan Coffey,
1990). Reaksi terhadap stressor yang berkaitan dengan pekerjaan
bergantung pada kepribadian perawat, status kesehatan, pengalaman
sebelumnya dengan stress dan mekanisme koping.
STRESS PEKERJAAN
Seringkali mengakibatkan kondisi yang disebut kepenatan, yang ditandai
oleh penuruanan perhatian pada orang dengan siapa kita bekerja. Selama
merasa penat klien merasakan kelelahan fisik dan emosional (Melamed,
Kushnir dan Shirom, 1992). Pekerjaan atau profesi tidak lagi memberi
dampak positif dan klien mungkin mengalami marah dan apatis.
Perawat dan risiko terhadap stress kepenatan akibat pekerjaan dan dapat
memamfaatkan tehnik penatalaksanaan stress yang sama seperti yang mereka
ajarkan pada klien. Dalam organisasi dan domain kompetensi peran
pekerja, perawat harus mengidentifikasi stressor tertentu di tempat
kerja dan berupaya untuk menghilangkan stressor tersebut. Juga membantu
untuk mendapat dukungan sosial dari perawat lainnya dengan harapan
mempertahankan sikap merawat yang ditujukan pada klien