Rabu, 08 Mei 2013

Jenis-jenis Berbicara

Bila Anda perhatikan berbagai literatur mengenai bahasa dan pengajaran, maka Anda akan menemui berbagai jenis berbicara. Ada diskusi, ada percakapan, ada pidato menghibur, ada ceramah, ada bertelpon, dan sebagainya. Mungkin pula Anda bertanya dalam hati mengapa ada berbagai jenis nama berbicara itu. Jawabnya karena ada berbagai titik pandang yang digunakan orang dalam mengklasifikasi berbicara. Menurut hasil pengamatan penulis, paling sedikit ada lima landasan yang digunakan dalam mengklasifikasi berbicara. Kelima landasan tersebut adalah:
(1)Situasi, (2) tujuan, (3) metode penyampaian, (4) jumlah penyimak, dan (5) peristiwa khusus
Sekarang kita perbincangkan setiap landasan tersebut di atas kemudian setiap landasan disertai pula dengan penjelasan butir-butir hasil pengklasifikasiannya.

(1)    Situasi
Aktivitas berbicara selalu terjadi atau berlangsung dalam suasana, situasi, dan lingkungan tertentu. Situasi dan lingkungan itu dapat bersifat formal atau resmi. Situasi dan lingkungan itu mungkin pula bersifat informal atau tak resmi. Setiap situasi itu menuntut keterampilan berbicara tertentu. Dalam situasi formal permbicara dituntut berbicara secara formal pula. Sebaliknya dalam situasi tak formal, pembicara harus berbicara secara tak formal pula.
Kegiatan berbicara yang bersifat informal banyak dilakukan dalam kehidupan manusia sehari-hari. Kegiatan ini dianggap perlu bagi manusia dan perlu dipelajari.
Jenis-jenis (kegiatan) berbicara informal meliputi:
(a) tukar pengalaman (b) Percakapan (c) menyampaikan berita (d) menyampaikan pengumuman (e) Bertelpon (f) memberi petunjuk
Disamping kegiatan berbicara informal, kita temui pula kegiatan berbicara yang bersifat formal. Jenis-jenis (kegiatan) berbicara formal tersebut mencakup:
(a) ceramah (b) perencanaan dan penilaian (c) interview (d) prosedur parlementer (e) bercerita.

(2) Tujuan
Di bagian akhir pembicaraan, pembicara menginginkan mendapat responsi dari pendengarnya. Responsi pendengar yang bagaimana yang diharapkan oleh pembicara? Jawaban terhadap pertanyaan tersebut mengarahkan perhatian kita kepada tujuan berbicara. Tujuan berbicara sudah menjadi bahan pembicaraan di kalangan para ahli dari dahulu sampai sekarang.
Pada umumnya tujuan orang yang berbicara adalah untuk menghibur, menginformasikan, menstimulasi, meyakinkan, atau menggerakkan pendengarnya. Sejalan dengan tujuan pembicara tersebut di atas dapat pula kita klasifikasi berbicara menjadi lima jenis, yakni:
(a) berbicara menghibur (b) berbicara menginformasikan (c) berbicara menstimulasi (d) berbicara meyakinkan (e) berbicara menggerakkan.
Berbicara menghibur biasanya bersuasana santai, rileks, dan kocak. Soal pesan bukanlah tujuan utama. Namun tidak berarti bahwa berbicara menghibur tidak dapat membawakan pesan. Dalam berbicara menghibur tersebut pembicara berusaha membuat pendengarnya senag gembira, dan bersukaria. Contoh jenis berbicara menghibur ini, antara lain lawakan, guyonan dalam ludruk, Srimulat, cerita Kabayan, cerita Abu Nawas.
Berbicara menginformasikan bersuasana serius, tertib, dan hening. Soal pesan merupakan pusat perhatian, baik pembicara maupun pendengar. Dalam berbicara menginformasikan pembicara berusaha berbicara jelas, sistematis, dan tepat isi agar informasi benar-benar terjaga keakuratannya. Pendengar pun biasanya berusaha menangkap informasi yang disampaikan dengan segala kesungguahan
Berbicara menstimulasi juga bersuasana serius, kadang-kadang terasa kaku. Pembicara berkedudukan lebih tinggi dari pendengarnya. Status tersebut dapat disebabkan oleh wibawa, pengetahuan, pengalaman, jabatan, atau fungsinya melebihi pendengarnya. Dalam bebicara menstimulasi, pembicara berusaha membangkitkan semangat pendengarnya sehingga pendengar itu bekerja lebih tekun, berbuat baik, bertingkah laku lebih sopan, belajar lebih berkesinambungan. Pembicaraan biasanya dilandasi oleh rasa kasih sayang, kebutuhan, kemauan, harapan, dan inspirasi pendengar.
Beberapa contoh berbicara menstimulasi tersebut antara lain:
(a) nasehat guru terhadap siswa yang malas, melalaikan tugasnya, 
(b)pepatah, petitih, pengajaran    ayah kepada anaknya yang kurang senonoh
Berbicara meyakinkan, sesuai namanya, bertujuan meyakinkan pendengarnya. Jelas suasananya pun bersaifat serius, mencekam, dan menegangkan. Melalui keterampilan berbicara, pembicara berusaha mengubah sikap pendengarnya dari tidak setuju menjadi setuju, dari tidak simpati menjadi simpati, dari tidak mau membantu menjadi mau membantu. Dalam berbicara meyakinkan itu, pembicara harus melandaskan pembicaraannya kepada argumentasi yang nalar, logis, masuk akal, dan dapat dipertanggung jawabkan dari segala segi.
Berbicara menggerakkan pun menuntut keseriusan baik dari segi pembicara maupun dari segi pendengarnya. Berbicara atau pidato menggerakkan merupakan kelanjutan pidato membangkitkan semangat. Bila dalam berbicara meyakinkan dan membangkitkan semangat hasil perbaikan mengarah kepada kepentingan pribadi, maka pidato menggerakkan bertujuan mencapai tujuan bersama. Pembicara dalam berbicara menggerakkan harusalah orang yang berwibawa, tokoh idola, panutan masyarakat. Melalui kepintaran berbicara, kecakapannya membakar emosi dan semangat, kebolehannya memanfaatkan situasi, ditambah penguasaannya terhadap ilmu jiwa massa, pembicara dapat menggerakkan massa ke arah yang diingininya. Misalnya, Bung Tomo dapat membakar semangat juang para pemuda pada peristiwa 10 November 1945 di Surabaya.

(3) Metode Penyampaian
Pernahkah anda perhatikan dengan cermat bagaimana menyampaikan pembicaraan? Bila belum, cobalah anda perhatikan beberapa pembicara yang sedang berbicara atau berpidato. Anda akan melihat bahwa ada empat cara yang biasa digunakan orang dalam menyampaikan pembicaraannya. Keempat cara yang dimaksud adalah
(a) penyampaian secara mendadak (b) penyampaian berdasarkan catatan kecil (c) penyampaian berdasarkan hafalan (d) penyampaian berdasarkan naskah
Berbicara mendadak terjadi karena seseorang tanpa direncanakan sebelumnya harus berbicara di depan umum. Hal ini dapat terjadi karena tuntutan situasi. Misalnya karena pembicara yang telah direncanakan berhalangan tampil, maka terpaksa secara mendadak dicarikan penggantinya atau dalam suatu pertemuan seseorang diminta secara mendadak memberikan kata sambutan, pidato perpisahan, dan sebagainya. Dalam situasi seperti ini pembicara harus menggunakan pengalamannya bagi penyusunan organisasi pembicaraannya.
Sejumlah pembicara menggunakan catatan kecil dalam kartu, biasanya berupa butir-butir penting sebagai pedoman berbicara. Berlandaskan catatan itu pembicara bercerita panjang lebar mengenai sesuatu ha. Cara seperti inilah yang dimaksud dengan berbicara berlandaskan catatan kecil. Cara berbicara seperti itu dapat berhasil apabila pembicara sudah mempersiapkan dan menguasai isi pembicaraan secara mendalam sebelum tampil di depan umum.
Pembicara yang dalam taraf belajar mempersiapkan bahan pembicaraannya dengan cermat dan dituliskan dengan lengkap. Bahan yang ditulis itu dihafalkan kata demi kata, lalu tampil berbicara berdasarkan hasil hafalannya. Cara berbicara seperti itu memang banyak kelamahannya. Pembicara meungkin lupa akan beberapa bagian dari isi pidatonya, perhatiannya tidak bisa diberikan kepada pendengar, kaku, dan kurang penyesuaian pada situasi yang ada.
Pembicara membacakan naskah yang disusun rapi. Berbicara berlandaskan naskah dilaksanakan dalam situasi yang menuntut kepastian, bersifat resmi, dan menyangkut kepentingan umum.
Kelemahan berbicara berdasarkan naskah, antara lain: (1) perhatian pembicara lebih tertuju pada naskah, (2) suasana terlalu resmi sehingga kaku, (3)pembicara kurang kontak dengan pendengar

(4) Jumlah Penyimak
Komunikasi lisan selalu melibatkan dua pihak, yakni pendengar dan pembicara. Jumlah peserta yang berfungsi sebagai penyimak dalam komunikasi lisan dapat bervariasi misalnya satu orang, beberapa orang (kelompok kecil), dan banyak orang (kelompok besar).
Berdasarkan jumlah penyimak itu, berbicara dapat dibagi atas tiga jenis, yaitu:
(a) berbicara antar pribadi, (b) berbicara dalam kelompok kecil, (c) berbicara dalam kelompok besar
Berbicara antar pribadi, atau bicara empat mata, terjadi apabila dua pribadi membicarakan, mempercakapkan, merundingkan, atau mendiskusikan sesuatu. Suasana pembicaraan mungkin serius dan mungkin pula santai, akrab, dan bebas. Suasana pembicaraan sangat tergantung kepada masalah yang dipercakapkan, hubungan antar dua pribadi yang terlibat. Dalam berbicara antar pribadi, pembicara dan pendengar berganti peran secara otomatis sesuai dengan tuntutan situasi.
Berbicara dalam kelompok kecil terjadi apabila seorang pembicara menghadapi skelompok kecil pendengar, misalnya tiga sampai lima orang. Pembicara dan pendengar dapat bertukar peran, misalnya, setelah pembicara selesai berbicara diadakan tanya jawab atau diskusi. Mobilitas pertukaran peran pembicara menjadi penyimak atau penyimak menjadi pembaca dalam berbicara dalam kelompk kecil tidaklah setinggi mobilitas pertukaran peran dalam berbicara antar pribadi.
Berbicara dalam kelompok besar terjadi apabila seorang pembicara menghadapi pendengar berjumla besar atau massa. Para pendengar dalam berbicara jenis ketiga ini dapat homogen dan mungkin pula heterogen. Dalam lingkungan pendidikan, misalnya, para pendengar homogen baik dalam usia maupun dalam kemampuan. Dalam rapat besar di lapangan terbuka, di gedung parlemen, atau kampanye pemilihan umum para pendengarnya sangat heterogen.
Mobilitas perpindahan peran dari pembicara menjadi pendengar atau dari pendengar menjadi pembicara dalam jenis berbicara yang ketiga ini relatif kecil bahkan kadang-kadang tidak ada sam sekali. Bila berbicara dalam kelompok besar itu terjadi di ruang kelas, maka ada kesempatan bertanya, mengomentari, menyanggah terhadap isi pembicaraan yang telah disampaikan pembicara. Ini berarti bahwa pendengar dapat pula berperan sebagai pembicara. Bila bertanya dalam kelompok besar itu terjadi di luar bidang pendidikan seperti rapat raksasa, kampanye pemilihan umum, pidato resmi, khotbah di masjid, dan sejenisnya, maka sudah dapat dipastikan tidak ada kesempatan bertanya, berkomentar, atau menyanggah. Dalam situasi seperti ini jelas ada perubahan atau pertukaran peran dari pembicara menjadi pendengar atau dari pendengar menjadi pembicara.
Bagaimana perbandingan kualitas antara pembicara dan pendengar dalam ketiga jenis berbicara di atas? Pembicara dan pendengar dalam berbicara secara pribadi mungkin sama dan mungkin berbeda kualitas. Percakapan antara guru dengan siswanya merupakan contoh kualitas pembicara (guru) lebih tinggi dari siswa. Percakapan yang terjadi antara dua sahabat, teman sekelas melukiskan kualitas pembicara dan pendengar kurang lebih sama. Pembicara dalam berbicara dalam kelompok kecil itu berasal dari satu kelas suatu jenjang sekolah, maka kualitas anggota relatif sama. Kualitas pembicara dalam berbicara dalam kelompok besar pada umumnya dapat dikatakan melebihi kualitas pendengar. Perbedaan tersebut dapat disebabkan berbagai hal seperti tingkat pendidikan, jabatan, integritas pribadi dan sebagainya.

(5) Peristiwa Khusus
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sering manghadapi berbagai kegiatan. Sebagian dari kegiatan itu dikategorikan sebagai peristiwa khusus, istimewa, atau spesifik. Contoh kegiatan khusus itu adalah ulang tahun, perpisahan, perkenalan, pemberian hadiah. Peristiwa itu dapat berlangsung di semua tempat seperti di rumah, di kantor, di gedung pertemuan dan sebagainya. Dalam setiap peristiwa khusus tersebut di atas dilakukan upacara tertentu berupa sambutan atau pidato singkat seperti pidato selamat datang, selamat atas kesuksesan, selamat jalan, selamat berkenalan dan sebagainya.
Berdasarkan peristiwa khusus itu, berbicara atau pidato dapat digolongkan dalam enam jenis, yakni:
(a)  pidato presentasi, (b) pidato penyambutan, (c) pidato perpisahan, (d) pidato jamuan (makan malam), (e) pidato perkenalan, (f) pidato nominasi (mengunggulkan)
Sesuai dengan peristiwanya, maka isi pidato pun harus pula mengenai peristiwa yang berlangsung. Pidato presentasi ialah pidato yang dilakukan dalam suasana pembagian hadiah. Pidato sambutan atau penyambutan berisi ucapan selamat datang pada tamu. Pidato perpisahan berisi kata-kata perpisahan. Pidato jamuan makan malam berupa ucapan selamat, mendoakan kesahatan buat tamu dan sebagainya. Pidato memperkenalkan berisi penjelasan pihak yang memperkenalkan tentang nama, jabatan, pendidikan, pengalaman kerja, keahlian yang diperkenalkan kepada tuan rumah. Pidato mengunggulkan berisi pujian, alasan, mengapa sesuatu itu diunggulkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar