Bila
Anda perhatikan berbagai literatur mengenai bahasa dan pengajaran, maka
Anda akan menemui berbagai jenis berbicara. Ada diskusi, ada
percakapan, ada pidato menghibur, ada ceramah, ada bertelpon, dan
sebagainya. Mungkin pula Anda bertanya dalam hati mengapa ada berbagai
jenis nama berbicara itu. Jawabnya karena ada berbagai titik pandang
yang digunakan orang dalam mengklasifikasi berbicara. Menurut hasil
pengamatan penulis, paling sedikit ada lima landasan yang digunakan
dalam mengklasifikasi berbicara. Kelima landasan tersebut adalah:
(1)Situasi, (2) tujuan, (3) metode penyampaian, (4) jumlah penyimak, dan (5) peristiwa khusus
Sekarang
kita perbincangkan setiap landasan tersebut di atas kemudian setiap
landasan disertai pula dengan penjelasan butir-butir hasil
pengklasifikasiannya.
(1) Situasi
Aktivitas
berbicara selalu terjadi atau berlangsung dalam suasana, situasi, dan
lingkungan tertentu. Situasi dan lingkungan itu dapat bersifat formal
atau resmi. Situasi dan lingkungan itu mungkin pula bersifat informal
atau tak resmi. Setiap situasi itu menuntut keterampilan berbicara
tertentu. Dalam situasi formal permbicara dituntut berbicara secara
formal pula. Sebaliknya dalam situasi tak formal, pembicara harus
berbicara secara tak formal pula.
Kegiatan
berbicara yang bersifat informal banyak dilakukan dalam kehidupan
manusia sehari-hari. Kegiatan ini dianggap perlu bagi manusia dan perlu
dipelajari.
Jenis-jenis (kegiatan) berbicara informal meliputi:
Jenis-jenis (kegiatan) berbicara informal meliputi:
(a) tukar pengalaman (b) Percakapan (c) menyampaikan berita (d) menyampaikan pengumuman (e) Bertelpon (f) memberi petunjuk
Disamping
kegiatan berbicara informal, kita temui pula kegiatan berbicara yang
bersifat formal. Jenis-jenis (kegiatan) berbicara formal tersebut
mencakup:
(a) ceramah (b) perencanaan dan penilaian (c) interview (d) prosedur parlementer (e) bercerita.
(2) Tujuan
(2) Tujuan
Di
bagian akhir pembicaraan, pembicara menginginkan mendapat responsi dari
pendengarnya. Responsi pendengar yang bagaimana yang diharapkan oleh
pembicara? Jawaban terhadap pertanyaan tersebut mengarahkan perhatian
kita kepada tujuan berbicara. Tujuan berbicara sudah menjadi bahan
pembicaraan di kalangan para ahli dari dahulu sampai sekarang.
Pada
umumnya tujuan orang yang berbicara adalah untuk menghibur,
menginformasikan, menstimulasi, meyakinkan, atau menggerakkan
pendengarnya. Sejalan dengan tujuan pembicara tersebut di atas dapat
pula kita klasifikasi berbicara menjadi lima jenis, yakni:
(a) berbicara menghibur (b) berbicara menginformasikan (c) berbicara menstimulasi (d) berbicara meyakinkan (e) berbicara menggerakkan.
(a) berbicara menghibur (b) berbicara menginformasikan (c) berbicara menstimulasi (d) berbicara meyakinkan (e) berbicara menggerakkan.
Berbicara
menghibur biasanya bersuasana santai, rileks, dan kocak. Soal pesan
bukanlah tujuan utama. Namun tidak berarti bahwa berbicara menghibur
tidak dapat membawakan pesan. Dalam berbicara menghibur tersebut
pembicara berusaha membuat pendengarnya senag gembira, dan bersukaria.
Contoh jenis berbicara menghibur ini, antara lain lawakan, guyonan dalam
ludruk, Srimulat, cerita Kabayan, cerita Abu Nawas.
Berbicara
menginformasikan bersuasana serius, tertib, dan hening. Soal pesan
merupakan pusat perhatian, baik pembicara maupun pendengar. Dalam
berbicara menginformasikan pembicara berusaha berbicara jelas,
sistematis, dan tepat isi agar informasi benar-benar terjaga
keakuratannya. Pendengar pun biasanya berusaha menangkap informasi yang
disampaikan dengan segala kesungguahan
Berbicara
menstimulasi juga bersuasana serius, kadang-kadang terasa kaku.
Pembicara berkedudukan lebih tinggi dari pendengarnya. Status tersebut
dapat disebabkan oleh wibawa, pengetahuan, pengalaman, jabatan, atau
fungsinya melebihi pendengarnya. Dalam bebicara menstimulasi, pembicara
berusaha membangkitkan semangat pendengarnya sehingga pendengar itu
bekerja lebih tekun, berbuat baik, bertingkah laku lebih sopan, belajar
lebih berkesinambungan. Pembicaraan biasanya dilandasi oleh rasa kasih
sayang, kebutuhan, kemauan, harapan, dan inspirasi pendengar.
Beberapa contoh berbicara menstimulasi tersebut antara lain:
(a) nasehat guru terhadap siswa yang malas, melalaikan tugasnya,
(b)pepatah, petitih, pengajaran ayah kepada anaknya yang kurang senonoh
Berbicara
meyakinkan, sesuai namanya, bertujuan meyakinkan pendengarnya. Jelas
suasananya pun bersaifat serius, mencekam, dan menegangkan. Melalui
keterampilan berbicara, pembicara berusaha mengubah sikap pendengarnya
dari tidak setuju menjadi setuju, dari tidak simpati menjadi simpati,
dari tidak mau membantu menjadi mau membantu. Dalam berbicara meyakinkan
itu, pembicara harus melandaskan pembicaraannya kepada argumentasi yang
nalar, logis, masuk akal, dan dapat dipertanggung jawabkan dari segala
segi.
Berbicara
menggerakkan pun menuntut keseriusan baik dari segi pembicara maupun
dari segi pendengarnya. Berbicara atau pidato menggerakkan merupakan
kelanjutan pidato membangkitkan semangat. Bila dalam berbicara
meyakinkan dan membangkitkan semangat hasil perbaikan mengarah kepada
kepentingan pribadi, maka pidato menggerakkan bertujuan mencapai tujuan
bersama. Pembicara dalam berbicara menggerakkan harusalah orang yang
berwibawa, tokoh idola, panutan masyarakat. Melalui kepintaran
berbicara, kecakapannya membakar emosi dan semangat, kebolehannya
memanfaatkan situasi, ditambah penguasaannya terhadap ilmu jiwa massa,
pembicara dapat menggerakkan massa ke arah yang diingininya. Misalnya,
Bung Tomo dapat membakar semangat juang para pemuda pada peristiwa 10
November 1945 di Surabaya.
(3) Metode Penyampaian
Pernahkah
anda perhatikan dengan cermat bagaimana menyampaikan pembicaraan? Bila
belum, cobalah anda perhatikan beberapa pembicara yang sedang berbicara
atau berpidato. Anda akan melihat bahwa ada empat cara yang biasa
digunakan orang dalam menyampaikan pembicaraannya. Keempat cara yang
dimaksud adalah
(a)
penyampaian secara mendadak (b) penyampaian berdasarkan catatan kecil
(c) penyampaian berdasarkan hafalan (d) penyampaian berdasarkan naskah
Berbicara
mendadak terjadi karena seseorang tanpa direncanakan sebelumnya harus
berbicara di depan umum. Hal ini dapat terjadi karena tuntutan situasi.
Misalnya karena pembicara yang telah direncanakan berhalangan tampil,
maka terpaksa secara mendadak dicarikan penggantinya atau dalam suatu
pertemuan seseorang diminta secara mendadak memberikan kata sambutan,
pidato perpisahan, dan sebagainya. Dalam situasi seperti ini pembicara
harus menggunakan pengalamannya bagi penyusunan organisasi
pembicaraannya.
Sejumlah
pembicara menggunakan catatan kecil dalam kartu, biasanya berupa
butir-butir penting sebagai pedoman berbicara. Berlandaskan catatan itu
pembicara bercerita panjang lebar mengenai sesuatu ha. Cara seperti
inilah yang dimaksud dengan berbicara berlandaskan catatan kecil. Cara
berbicara seperti itu dapat berhasil apabila pembicara sudah
mempersiapkan dan menguasai isi pembicaraan secara mendalam sebelum
tampil di depan umum.
Pembicara
yang dalam taraf belajar mempersiapkan bahan pembicaraannya dengan
cermat dan dituliskan dengan lengkap. Bahan yang ditulis itu dihafalkan
kata demi kata, lalu tampil berbicara berdasarkan hasil hafalannya. Cara
berbicara seperti itu memang banyak kelamahannya. Pembicara meungkin
lupa akan beberapa bagian dari isi pidatonya, perhatiannya tidak bisa
diberikan kepada pendengar, kaku, dan kurang penyesuaian pada situasi
yang ada.
Pembicara
membacakan naskah yang disusun rapi. Berbicara berlandaskan naskah
dilaksanakan dalam situasi yang menuntut kepastian, bersifat resmi, dan
menyangkut kepentingan umum.
Kelemahan
berbicara berdasarkan naskah, antara lain: (1) perhatian pembicara
lebih tertuju pada naskah, (2) suasana terlalu resmi sehingga kaku,
(3)pembicara kurang kontak dengan pendengar
(4) Jumlah Penyimak
Komunikasi
lisan selalu melibatkan dua pihak, yakni pendengar dan pembicara.
Jumlah peserta yang berfungsi sebagai penyimak dalam komunikasi lisan
dapat bervariasi misalnya satu orang, beberapa orang (kelompok kecil),
dan banyak orang (kelompok besar).
Berdasarkan jumlah penyimak itu, berbicara dapat dibagi atas tiga jenis, yaitu:
(a) berbicara antar pribadi, (b) berbicara dalam kelompok kecil, (c) berbicara dalam kelompok besar
Berdasarkan jumlah penyimak itu, berbicara dapat dibagi atas tiga jenis, yaitu:
(a) berbicara antar pribadi, (b) berbicara dalam kelompok kecil, (c) berbicara dalam kelompok besar
Berbicara
antar pribadi, atau bicara empat mata, terjadi apabila dua pribadi
membicarakan, mempercakapkan, merundingkan, atau mendiskusikan sesuatu.
Suasana pembicaraan mungkin serius dan mungkin pula santai, akrab, dan
bebas. Suasana pembicaraan sangat tergantung kepada masalah yang
dipercakapkan, hubungan antar dua pribadi yang terlibat. Dalam berbicara
antar pribadi, pembicara dan pendengar berganti peran secara otomatis
sesuai dengan tuntutan situasi.
Berbicara
dalam kelompok kecil terjadi apabila seorang pembicara menghadapi
skelompok kecil pendengar, misalnya tiga sampai lima orang. Pembicara
dan pendengar dapat bertukar peran, misalnya, setelah pembicara selesai
berbicara diadakan tanya jawab atau diskusi. Mobilitas pertukaran peran
pembicara menjadi penyimak atau penyimak menjadi pembaca dalam berbicara
dalam kelompk kecil tidaklah setinggi mobilitas pertukaran peran dalam
berbicara antar pribadi.
Berbicara
dalam kelompok besar terjadi apabila seorang pembicara menghadapi
pendengar berjumla besar atau massa. Para pendengar dalam berbicara
jenis ketiga ini dapat homogen dan mungkin pula heterogen. Dalam
lingkungan pendidikan, misalnya, para pendengar homogen baik dalam usia
maupun dalam kemampuan. Dalam rapat besar di lapangan terbuka, di gedung
parlemen, atau kampanye pemilihan umum para pendengarnya sangat
heterogen.
Mobilitas
perpindahan peran dari pembicara menjadi pendengar atau dari pendengar
menjadi pembicara dalam jenis berbicara yang ketiga ini relatif kecil
bahkan kadang-kadang tidak ada sam sekali. Bila berbicara dalam kelompok
besar itu terjadi di ruang kelas, maka ada kesempatan bertanya,
mengomentari, menyanggah terhadap isi pembicaraan yang telah disampaikan
pembicara. Ini berarti bahwa pendengar dapat pula berperan sebagai
pembicara. Bila bertanya dalam kelompok besar itu terjadi di luar bidang
pendidikan seperti rapat raksasa, kampanye pemilihan umum, pidato
resmi, khotbah di masjid, dan sejenisnya, maka sudah dapat dipastikan
tidak ada kesempatan bertanya, berkomentar, atau menyanggah. Dalam
situasi seperti ini jelas ada perubahan atau pertukaran peran dari
pembicara menjadi pendengar atau dari pendengar menjadi pembicara.
Bagaimana
perbandingan kualitas antara pembicara dan pendengar dalam ketiga jenis
berbicara di atas? Pembicara dan pendengar dalam berbicara secara
pribadi mungkin sama dan mungkin berbeda kualitas. Percakapan antara
guru dengan siswanya merupakan contoh kualitas pembicara (guru) lebih
tinggi dari siswa. Percakapan yang terjadi antara dua sahabat, teman
sekelas melukiskan kualitas pembicara dan pendengar kurang lebih sama.
Pembicara dalam berbicara dalam kelompok kecil itu berasal dari satu
kelas suatu jenjang sekolah, maka kualitas anggota relatif sama.
Kualitas pembicara dalam berbicara dalam kelompok besar pada umumnya
dapat dikatakan melebihi kualitas pendengar. Perbedaan tersebut dapat
disebabkan berbagai hal seperti tingkat pendidikan, jabatan, integritas
pribadi dan sebagainya.
(5) Peristiwa Khusus
Dalam
kehidupan sehari-hari, manusia sering manghadapi berbagai kegiatan.
Sebagian dari kegiatan itu dikategorikan sebagai peristiwa khusus,
istimewa, atau spesifik. Contoh kegiatan khusus itu adalah ulang tahun,
perpisahan, perkenalan, pemberian hadiah. Peristiwa itu dapat
berlangsung di semua tempat seperti di rumah, di kantor, di gedung
pertemuan dan sebagainya. Dalam setiap peristiwa khusus tersebut di atas
dilakukan upacara tertentu berupa sambutan atau pidato singkat seperti
pidato selamat datang, selamat atas kesuksesan, selamat jalan, selamat
berkenalan dan sebagainya.
Berdasarkan peristiwa khusus itu, berbicara atau pidato dapat digolongkan dalam enam jenis, yakni:
(a) pidato presentasi, (b) pidato penyambutan, (c) pidato perpisahan, (d) pidato jamuan (makan malam), (e) pidato perkenalan, (f) pidato nominasi (mengunggulkan)
Sesuai
dengan peristiwanya, maka isi pidato pun harus pula mengenai peristiwa
yang berlangsung. Pidato presentasi ialah pidato yang dilakukan dalam
suasana pembagian hadiah. Pidato sambutan atau penyambutan berisi ucapan
selamat datang pada tamu. Pidato perpisahan berisi kata-kata
perpisahan. Pidato jamuan makan malam berupa ucapan selamat, mendoakan
kesahatan buat tamu dan sebagainya. Pidato memperkenalkan berisi
penjelasan pihak yang memperkenalkan tentang nama, jabatan, pendidikan,
pengalaman kerja, keahlian yang diperkenalkan kepada tuan rumah. Pidato
mengunggulkan berisi pujian, alasan, mengapa sesuatu itu diunggulkan.(a) pidato presentasi, (b) pidato penyambutan, (c) pidato perpisahan, (d) pidato jamuan (makan malam), (e) pidato perkenalan, (f) pidato nominasi (mengunggulkan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar