Abnormalitas
adalah adanya perilaku yang tidak sesuai/menyimpang dari keadaan normal. Biasanya
Abnormalitas disebut juga dengan psikopatologi. Beberapa konsepsi mengenai abnormalitas menurut tinjauna
tertentu (Maramis, 2005 : 94-100; Kartini Kartono, 1999 : 1-10)
1.
Abnormalitas
menurut konsepsi statistik
Secara statistik suatu gejala dinyatakan
sebagai abnormal bila menyimpang dari mayoritas. Dengan demikiana seorang yang
jenius sama abnormalnya dengan seorang idiot, seorang yang jujur menjadi
abnormal diantara komunitas orang yang tidak jujur.
2. Abnormal menurut konsepsi patologis
Berdasarkan konsepsi
ini tingkah laku indiviu dinyatakan tidak normal bila terdapat simptom-simptom
klinis tertentu, misalnya ilusi, halusinasi, obsesi, fobia, dst. Sebaliknya individu
yang tingkah lakunya tidak menunjukan adanya simptom-simptom tersebut adalah
individu yang normal.
3.
Abnormal
menurut konsepsi penyesuain pribadi
Menurut
konsepsi ini seseorang dinyatakan penyesuaiannya baik bila yang bersangkutan
mampu menangani setiap masalah yang dihadapinya dengan berhasil. Dan hal itu
menunjukkan bahwa dirinya memiliki jiwa yang normal. Tetapi bila dalam
menghadapi masalah dirinya menunjukkan kecemasan, kesedihan, ketakutan, dst. Yan
pada akhirnya masalah tidak terpecahkan, maka dikatakan bahwa penyesuaian
pribadinya tidak baik, sehingga dinyatakan jiwanya tidak normal.
4.
Abnormalitas
menurut konsepsi sosio-kultural
Setiap masyarakat pasti memiliki
seperangkat norma yang berfungsi sebagai pengatur tingkah laku para anggotanya.
Individu sebagai anggota masyarakat dituntut untuk menyesuaikan diri dengan
norma-norma sosial dan susila dimana dia berada. Bila individu tingkah lakunya menyimpang
dari norma-norma tersebut, maka dirinya dinyatakan sebagai individu yang tidak
normal.
5.
Abnormalitas
menurut konsepsi kematangan pribadi
Menurut
konsepsi kematangan pribadi, seseorang dinyatakan normal jiwanya bila dirinya
telah menunjukkan kematangan pribadinya, yaitu bila dirinya mampu berpsrilaku
sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Kaitan
abnormalitas dengan motivasi
Menurut
maslow manusia memiliki kecenderugan atau perjuanga sejak lahir untuk
mengaktualisasi diri. Menurut beliau pada dasarnya, setiap manusia didorong
oleh kebutuhan-kebutuhan universal yang yang dibawa sejak awal. Tersusun dalam
satu tingkat dari yang rendah sampai tertinggi. Tingkat terendah terdapat
kebutuhan fisiologis yaitu pemuasan terhadap kebutuhan-kebutuhan guna
kelangsungan hidup, terdapat didalamnya ialah makanan, air, udara, seks, tidur,
dan lain sebagainya. Kemudian pada tingkat kedua terdapat kebutuhan akan rasa
aman kebutuhan-kebutuhan ini meliputi kebutuhan akan jaminan, stabilitas, perlindungan,
ketertiban, bebas dari ketakutan dan kecemasan. Tingkat ketiga yaitu kebutuhan
akan cinta dengan membangun suatu hubungan dengan orang lain atau orang-orang
pada umumnya. Dalam hubungan ini memberi dan menerima cinta sama pentingnya.
Tingkat keempat kebutuhan akan penghargaan kebutuhan penghargaan dapat berasal
dari diri sendiri ataupun penghargaan dari orang lain. Tingkat kelima yaitu aktualisasi
diri. Aktualisasi diri dapat didefinisikan sebagai perkembangan yang paling
tinggi dan penggunaan bakat individu, serta pemenuhan semua kualitas.
orang-orang
yang sehat memiliki motivasi yang tinggi untuk memenuhi kebutuhannya, dengan
menggunakan potensi-potensi yang dimilikinya. Walaupun terdapat kesulitan dalam
mencapai tingkat tertinggi, namun individu sehat selalu terus berusaha sampai
pada tingkat aktualisasi diri, dimana selalu ada keinginan untuk diakui
keberadaanya oleh orang banyak.
sebaliknya
orang-orang yang abnormal memiliki motivasi yang tidak sesuai dengan orang
normal. Karena orang abnormal tidak mampu berfungsi sepenuhnya, sehingga mereka
tidak mampu memenuhi segala tuntutan dalam hidup. Sementara dalam memenuhi
kebutuhan tuntutan hidup dari tingkat rendah ke tingkat tinggi (maslow) tidak
mudah, terdapat kesulitan didalamnya.
Kaitan
abnormalitas dengan stress
Pada
dasarnya abnormalitas dan stress memiliki kaitan yang sangat erat, abnormalitas
dapat muncul dari stress. Stress mampu menurunkan kinerja tubuh individu. Stress
merupakan interaksi individu dengan lingkungannya. Apabila dalam lingkungannya membuat
individu menjadi tertekan, maka individu tersebut akan mengalami stress jangka
panjang. Stress tersebut mampu merubah
individu menjadi depresi dengan memunculkan gejala-gejala seperti melamun,
menangis, berbicara sendiri atau mungkin samai pada bunuh diri.
Kaitan
abnormalitas dengan gender
Kaitan
abnormalitas dengan gender dapat kita temuai pada kasus anorexia. Anorexia
dikatakan abnormalitas karena penderita anorexia memiliki perilaku yang
menyimpang dari perilaku orang pada normalnya. Anaroxia merupakan gangguan pola
makan. Pada umumnya orang normal akan makan apabila dirinya merasa lapar dan
makan sesuai pada pola waktu. Namun pada penderita anaroxia, mereka sengaja melaparkan dirinya
dengan anggapan bahwa penderita memiliki berat badan yang berlebih, sebenarnya
tubuhnya sangat kurus. Anorexia ini lebih banyak terjadi pada wanita dari pada
laki-laki, dan kebanyakan terjadi pada usia remaja.