Perkembangan Fisik Masa Lanjut Usia
Perkembangan masa dewasa akhir atau usia
lanjut, membawa penurunan fisik yang lebih besar dibandingkan dengan
periode periode usia sebelumnya. Rentetan perubahan perubahan dalam
penurunan fisik yang terkait dengan penuaan, dengan penekanan pentingnya
perkembangan perkembangan baru dalam penelitian proses penuaan yang
mencatat bahwa kekuatan tubuh perlahan lahan menurun dan hilangnya
fungsi tubuh kadangkala dapat diperbaiki.
Hal inilah yang biasanya terjadi pada
usia dewasa lanjut dan berikut adalah beberapa penurunan dan hilangnya
fungsi tubuh dalam hal fisiologis masa perkembangan masa dewasa akhir
atau usia lanjut:
1. Otak dan sistem syaraf
Saat individu beranjak tua maka akan
kehilangan sejumlah neuron, unit unit sel dasar dari sistem syaraf.
Beberapa peneliti memperkirakan kehilangan itu mungkin sampai 50% selama
tahun tahun dewasa. Walaupun penelitian lain percaya bahwa kehilangan
itu lebih sedikit dan bahwa penyelidikan yang tepat terhadap
penyelidikan hilangnya neuron belum dibuat di dalam otak.
Barangkali penyelidikan yang lebih masuk
akal adalah bahwa 5 sampai 10 persen dari neuron kita akan berhenti
tumbuh sampai kita mencapai usia 70 tahun. Setelah itu, hilangnya neuron
akan lebih cepat.
Aspek yang signifikan dari proses penuaan
mungkin adalah bahwa neuron neuron itu tidak mengganti dirinya sendiri.
Meskipun demikian otak dapat cepat sembuh dan memperbaiki kemampuannya,
hanya kehilangan sebagian kecil dari kemampuannya untuk bisa berfungsi
di masa dewasa akhir.
2. Perkembangan Sensori
Perubahan sensori fisik masa dewasa akhir
melibatkan indera penglihatan, pendengaran, perasa, pembau, dan indera
peraba. Pada masa dewasa akhir penurunan indera penglihatan bisa mulai
dirasakan dan terjadi mulai awal masa dewasa tengah. Adaptasi terhadap
gelap lebih menjadi lambat, yang berarti bahwa orang rang lanjut usia
membutuhkan waktu lama untuk memulihkan kembali penglihatan mereka
ketika keluar dari ruangan yang terang menuju ke tempat yang agak gelap.
Penurunan penglihatn ini biasanya dapat
dirunut dari pengurangan kualitas dan intensitas cahaya yang mencapai
retina. Di puncak usia tua, perubahan ini mungkin disertai oleh
perubahan perubahan kemunduran dalam retina, menyebabkan beberapa
kesulitan dalam penglihatan.
Meskipun pendengaran dapat mulai pada
masa dewasa tengah, hal itu biasanya tidak banyak membawa kesulitan
sampai masa dewasa akhir. Pada saat itu banyak sekali alat bantu
pendengaran yang bisa dipakai untuk bantuan pendengaran. Tuli, biasanya
disebabkan oleh kemunduran selaput telinga, syaraf penerima penerima
suara didalam telinga.
Selain berukurangnya penglihatan dan
pendengaran juga mengalami penurunan dalam kepekaan rasa dan bau.
Kepekaan terhadap rasa pahit dan masam bertahan lebih lama dibandingkan
dengan rasa manis dan asin.
3. Sistem peredaran darah
Tidak lama berselang terjadi penurunan
jumlah darah yang dipompa oleh jantung dengan seiringnya pertambahan
usia sekalipun pada orang dewasa yang sehat. Bagaimanapun, kita
mengetahui bahwa ketika sakit jantung tidak muncul, jumlah darah yang
dipompa sama tanpa mempertimbangakan usia pada masa dewasa. Kenyataannya
para ahli penuaan berpendapat bahwa jantung yang sehat dapat menjadi
lebih kuat selama kita menua dengan kapasitas meningkat bukan menurun.
4. Sistem pernafasan
Kapasitas akan menurun pada usia 20
hingga 80 tahun sekalipun tanpa penyakit. Paru paru kehilangan
elatisitasnya, dada menyusut, dan diafragma melemah. Meskipun begitu
berita baiknya adalah bahwa orang dewasa lanjut dapat memperbaiki fungsi
paru paru dengan latihan latihan memperkuat diafragma.
5. Seksualitas
Penuaan menyebabkan beberapa perubahan penurunan dalam hal seksualitas manusia, lebih banyak pada laki laki dari pada perempua. Orgasme menjadi lebih jarang pada laki laki, terjadi dalam setiap 2 sampai 3 kali hubungan seksual bukan setiap kali. Rangsangan yang lebih langsung biasanya dibutuhkan untuk ereksi. Sekalipun hubungan seksual terganggu oleh kelemahan, relasi lainnya harus dipertahankan, diantara kedekatan sensualitas, dan nilai sebagai seorang laki laki maupun wanita.
Penuaan menyebabkan beberapa perubahan penurunan dalam hal seksualitas manusia, lebih banyak pada laki laki dari pada perempua. Orgasme menjadi lebih jarang pada laki laki, terjadi dalam setiap 2 sampai 3 kali hubungan seksual bukan setiap kali. Rangsangan yang lebih langsung biasanya dibutuhkan untuk ereksi. Sekalipun hubungan seksual terganggu oleh kelemahan, relasi lainnya harus dipertahankan, diantara kedekatan sensualitas, dan nilai sebagai seorang laki laki maupun wanita.
Teori Proses Menjadi Tua
Penuaan merupakan proses dediffensiasi (de-growth)
dari sel, yaitu proses terjadinya perubahan anatomi maupun penurunan
fungsi dari sel. Ada banyak teori yang menjelaskan masalah
penuaan,antara lain :
1. Teori Radikal Bebas (Free Radical Theory)
Menurut teori ini sel-sel dalam tubuh
dirusak oleh serangan yang terus menerus dari partikel kimia oksigen
radikal bebas, yaitu Molekul Oksigen yang memiliki 1 (satu) atau lebih
elektron, yang tidak berpasangan, sehingga sangat radikal dan reaktif.
Akibatnya sel-sel menjadi rusak sehingga jaringan pembentuk organ pun
menjadi rusak, dan dari situlah bermunculan bermacam macam penyakit,
akibat kemunduran fungsi organ yang dikenal dengan penyakit Degeneratif.
Adapun sumber radikal bebas dari faktor Internal atau
bersumber dari dalam diri individu sendiri antara lain: Stress, depresi,
demas, radang dan luka, lelah berlebihan kerja dan olah raga yang
berlebihan dan juga metabolisme normal dalam tubuh. Sedangkan faktor external
radikal bebas antara lain: Polusi baik dari asap pabrik atau rokok yang
dihirup, juga dari obat-obatan, kemoterapi, pestisida, insextisida,
herbisida, makanan, Sinar-X atau rontgen, bakteri, virus dll. Akibat
serangan dari radikal bebas ini menyebabkaan berbagai penyakit antara
lain: Diabetes, stroke, gagal ginjal, rematik, kanker, sakit jantung,
problema kulit, Dan masih banyak yang lainya
2. Teori Pakai dan Rusak (Wear and Tear Theory)
Menurut teori ini tubuh dan sel-selnya
akan rusak karena banyak terpakai dan digunakan secara terus menerus dan
berlebihan sepanjang hidup akan mengakibatkan tubuh menjadi lemah dan
akan mengalami kerusakan dan akhirnya meninggal. Organ tubuh antara lain
hati, ginjal, lambung, kulit akan menurun fungsinya karena toxin di
dalam makanan dan lingkungan yang dihadapi setiap hari.
3. Teori Neuroendokrin
Teori ini menjelaskan tentang “Kerusakan
Akibat Pemakaian” dengan berfokus pada sistem neuroendokrin, jaringan
biokimia rumit yang mengatur pelepasan hormon dan elemen-elemen vital
tubuh lainnya. Ketika muda, hormon–hormon bekerja bersama-sama untuk
mengatur berbagai fungsi-fungsi tubuh, termasuk respon manusia terhadap
panas, dingin dan aktifitas seksual kita. Kelenjar sebesar kacang kenari
ini terletak dalam otak dan bertanggung jawab untuk reaksi berantai
hormonal kompleks yang dikenal dengan nama lain “thermostat tubuh”.
Hormon penting fungsinya untuk memperbaiki dan mengatur fungsi-fungsi
tubuh. Sejalan dengan bertambahnya usia, tubuh memproduksi hormon-hormon
dalam kadar yang lebih rendah dan dapat menyebabkan efek berbahaya,
termasuk penurunan kemampuannya dalam memperbaiki tubuh dan mengatur
tubuh. Produksi hormon sangat interaktif, produksi satu tetes hormon
apapun akan mempengaruhi mekanisme secara keseluruhan, contohnya;
menyampaikan sinyal pada organ-organ lain untuk melepaskan hormon
lainnya dalam kadar yang lebih rendah sehingga bagian-bagian tubuh
lainnya juga akan mengeluarkan hormon dalam kadar yang lebih rendah.
4. Teori Control Genetic
Teori penuaan-terencana berpusat pada
program genetik sesuai DNA masing-masing individu. Manusia dilahirkan
dengan kode genetik yang unik, sebuah kecendrungan tipe fisik dan fungsi
mental yang telah ditentukan sebelumnya. Warisan genetik tersebut
sangat menentukan seberapa cepat dan seberapa panjang hidup. Jika
menggunakan gambaran kasar, dapat dibayangkan setiap manusia hadir di
muka bumi bagaikan sebuah mesin yang sudah terprogram untuk
menghancurkan dirinya sendiri. Semua orang memiliki jam biologis yang
terus berdetak dan bisa berhenti kapan saja, lebih cepat atau lebih lama
beberapa tahun. Ketika jam berhenti berdetak, itu merupakan pertanda
bahwa tubuh mulai menua dan akhirnya akan mati. Sesuai dengan segala
aspek warisan genetik , waktu yang berlaku pada jam genetik ini
bervariasi, tergantung apa yang dialami selama pertumbuhan dan bagaimana
gaya hidup masing- masing individu.
Perkembangan Kognitif Lansia
Issue mengenai penurunan intelektual
selama tahun-tahun masa dewasa merupakan suatu hal yang provokatif
(Santrock, 2004). David Wechsler (1972), yang mengembangkan skala
inteligensi, menyimpulkan bahwa masa dewasa dicirikan dengan penurunan
intelektual, karena adanya proses penuaan yang dialami setiap orang.
Sementara, John Horn (1980) berpendapat bahwa beberapa kemampuan memang
menurun, sementara kemampuan lainnya tidak. Horn menyatakan bahwa kecerdasan yang mengkristal (crystallized intelligence=yaitu
sekumpulan informasi dan kemampuan-kemampuan verbal yang dimiliki
individu) meningkat, seiring dengan peningkatan usia. Sedangkan kecerdasan yang mengalir (fluid intelligence=yaitu kemampuan seseorang untuk berpikir abstrak) menurun secara pasti sejak masa dewasa madya.
Pendapat tersebut dipertanyakan Paul
Baltes (1987) dan K Warner Schaie (1984), karena metode yang digunakan
Horn adalah cross-sectional, sehingga factor individual differences,
seperti perbedaan kohort, tidak diperhatikan, padahal mungkin akan
sangat berpengaruh, sehingga kalau pun ditemukan perbedaan antara subjek
yang berusia 40 tahun dengan subjek yang berusia 70 tahun, mungkin
bukan karena factor usia, melainkan kesempatan memperolah pendidikan,
misalnya.
Schaie sendiri mengadakan penelitian
longitudinal tentang hal tersebut (1984), dan memperoleh hasil bahwa
ternyata tidak ditemukan penurunan intelektual pada masa dewasa,
setidaknya sampai usia 70 tahun. Pada tahun 1994, Schaie kembali
mengadakan penelitian dan menemukan bahwa penurunan di dalam
kemampuan-kemampuan mental rata-rata dimulai pada usia 74 tahun.
Kecepatan memproses, mengingat, dan memecahkan masalah
Dari banyak penelitian (Baltes, Smith
& Staudinger, in press;; Dobson, dkk, 1993; Salthouse,1992, 1993, in
press; Salthouse & Coon, 1993; Sternbern & McGrane, 1993),
diterima secara luas bahwa kecepatan memproses informasi mengalami
penurunan pada masa dewasa akhir. Penelitian lain membuktikan bahwa
orang-orang dewasa lanjut kurang mampu mengeluarkan kembali informasi
yang telah disimpan dalam ingatannya.
Kecepatan memproses informasi secara
pelan-pelan memang akan mengalami penurunan pada masa dewasa akhir,
namun factor individual differences juga berperan dalam hal ini. Nancy
Denney (1986) menyatakan bahwa kebanyakan tes kemampuan mengingat dan
memecahkan masalah mengukur bagaimana orang-orang dewasa lanjut
melakukan aktivitas-aktivitas yang abstrak atau sederhana. Denney
menemukan bahwa kecakapan untuk menyelesaikan problem-problem praktis,
sebenarnya justru meningkat pada usia 40-an dan 50-an. Pada penelitian
lain Denney juga menemukan bahwa individu pada usia 70-an tidak lebih
buruk dalam pemecehan masalah-masalah praktis bila dibandingkan mereka
yang berusia 20-an.
Pendidikan, Pekerjaan, dan Kesehatan Pada Dewasa Lanjut
Pendidikan, pekerjaan dan kesehatan
adalah 3 komponen penting yang berpengaruh terhadap fungsi kognitif
individu berusia lanjut. Ketiga komponen ini juga merupakan
factor-faktor yang sangat penting untuk memahami mengapa pengaruh kohort
(kelompok umur) perlu dimasukkan dalam laporan ketika mempelajari
fungsi kognitif dari orang-orang dewasa lanjut.
1. Pendidikan
Fasilitas pendidikan, semakin tahun
memang semakin meningkat, sehingga generasi sekarang memiliki kesempatan
untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik daripada generasi
sebelumnya. Pengalaman-pengalaman di dunia pendidikan, ternyata
berkorelasi positif dengan hasil skor pad tes-tes inteligensi dan
tugas-tugas pengolahan informasi (ingatan) (Verhaegen, Marcoen &
Goossens, 1993).
Dinegara-negara maju, beberapa lansia
masih berusaha untuk mengikuti pendidikan yang lebih tinggi.
Alasan-alasan yang dikemukakan antara lain: 1) ingin memahami sifat
dasar penuaan yang dialaminya. 2) ingin mempelajari perubahan social dan
teknologi yang dirasakan mempengaruhi kehidupannya. 3) ingin menemukan
pengetahuan yang relevan dan mempelajari ketrampilan-ketrampilan yang
relevan untuk mengantisipasi permintaan-permintaan masyarakat dan
tuntutan pekerjaan, agar tetap dapat berkarier secara optimal dan mampu
bersaing dengan generasi sesudahnya. 4) ingin mengisi waktu luang agar
lebih bermanfaat, serta sebagai bekal untuk mengadakan penyesuaian diri
dengan lebih baik pada masa pensiunnya.
2. Pekerjaan
Searah dengan kemajuan teknologi biasanya
orang-orang dewasa lanjut, sesuai dengan kompetensi yang dimiliki,
cenderung bekerja dengan jenis pekerjaan yang belum mengarah ke
orientasi kognitif, seperti generasi sesudahnya. Hal ini mengakibatkan
banyak tenaga dewasa lanjut yang “harus” tersingkir dari dunia kerja
karena tidak mampu lagi bersaing dengan generasi yang berikutnya.
3. Kesehatan
Tidak bisa dipungkiri bahwa fasilitas
kesehatan sekarang ini jauh lebih baik dibanding masa-masa sebelumnya,
padahal dari hasil penelitian kondisi kesehatan berkorelasi positif
dengan kemampuan intelektual individu (Hultsch, Hammer & Small,
1993). Seperti satu hasil penelitian yang menemukan bahwa hipertensi
ternyata berkorelasi dengan berkurangnya performance pada tes WAIS pada
individu berusia di atas 60 tahun (Wilkie & Eisdorfer, 1971).
Semakin tua, semakin banyak masalah kesehatan yang dihadapi (Siegler
& Costa, 1985). Jadi beberapa penurunan kemampuan intelektual yang
ditemukan pada orang-orang dewasa lanjut sangat mungkin disebabkan oleh
factor-faktor yang terkait dengan kesehatan daripada factor usia semata.
Selain fasilitas kesehatan, ternyata gaya
hidup individu juga berpengaruh terhadap kondisi kesehatan fisiknya.
Pada satu penelitian ditemukan bahwa ada hubungan antara aktivitas
olahraga dengan kecakapan kognitif pada Subjek pria dan wanita berusia
55-91 tahun (Clarkson, Smith & Hartley, 1989). Orang-orang yang
giat berolahraga memiliki kemampuan penalaran, ingatan dan waktu reaksi
lebih baik daripada mereka yang kurang/tidak pernah berolah raga.
Penelitian berikutnya (Park, 1992; Stones & Kozman, 1989) menyetujui
bahwa olah raga merupakan factor penting untuk meningkatkan
fungsi-fungsi kognitif pada orang dewasa lanjut. Yang harus diperhatikan
dalam aktivitas berolah raga pada dewasa lanjut ini adalah pemilihan
jenis olah raga yang akan dijalani, harus disesuaikan dengan usia
Subjek, dalam arti kondisi fisik individu. Oleh karenanya sangat
dianjurkan untuk selalu berkonsultasi dengan tenaga medis yang kompeten
dalam masalah ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar