Kamis, 21 Februari 2013

Terapi Gangguan Kecemasan

Pendekatan-pendekatan psikologis berbeda satu sama lain dalam tekhnik dan tujuan penanganan kecemasan. Tetapi pada dasarnya berbagai tekhnik tersebut sama-sama mendorong klien untuk menghadapi dan tidak menghindari sumber-sumber kecemasan mereka. Dalam menangani gangguan kecemasan dapat melalui beberapa pendekatan :
1.Pendekatan-Pendekatan Psikodinamika
Dari perspektif psikodinamika, kecemasan merefleksikan energi yang dilekatkan kepada konflik-konflik tak sadar dan usaha ego untuk membiarkannya tetap terepresi. Psikoanalisis tradisional menyadarkan bahwa kecemasan klien merupakan simbolisasi dari konflik dalam diri mereka. Dengan adanya simbolisasi ini ego dapat dibebaskan dari menghabiskan energi untuk melakukan represi. Dengan demikian ego dapat memberi perhatian lebih terhadap tugas-tugas yang lebih kreatif dan memberi peningkatan. Begitu juga dengan yang modern, akan tetapi yang modern lebih menjajaki sumber kecemasan yang berasal dari keadaaan hubungan sekarang daripada hubungan masa lampau. Selain itu mereka mendorong klien untuk mengembangkan tingkah laku yang lebih adaptif.
2.Pendekatan-Pendekatan Humanistik
Para tokoh humanistik percaya bahwa kecemasan itu berasal dari represi sosial diri kita yang sesungguhnya. Kecemasan terjadi bila ketidaksadaran antara inner self seseorang yang sesungguhnya dan kedok sosialnya mendekat ke taraf kesadaran. Oleh sebab itu terapis-terapis humanistik bertujuan membantu orang untuk memahami dan mengekspresikan bakat-bakat serta perasaan-perasaan mereka yang sesungguhnya. Sebagai akibatnya, klien menjadi bebas untuk menemukan dan menerima diri mereka yang sesunggguhnya dan tidak bereaksi dengan kecemasan bila perasaan-perasaan mereka yang sesungguhnya dan kebutuhan-kebutuhan mereka mulai muncul ke permukaan.
3.Pendekatan-Pendekatan Biologis
Pendekatan ini biasanya menggunakan variasi obat-obatan untuk mengobati gangguan kecemasan. Diantaranya golongan benzodiazepine Valium dan Xanax (alprazolam). Meskipun benzodiazepine mempunyai efek menenangkan, tetapi dapat mengakibatkan depensi fisik.
Obat antidepresi mempunyai efek antikecemasan dan antipanik selain juga mempunyai efek antidepresi.
4.Pendekatan-Pendekatan Belajar
Efektifitas penanganan kecemasan dengan pendekatan belajar telah banyak dibenarkan oleh beberapa riset. Inti dari pendekatan belajar adalah usaha untuk membantu individu menjadi lebih efektif dalam menghadapi situasi yang menjadi penyebab munculnya kecemasan tersebut. Ada beberapa macam model terapi dalam pendekatan belajar, diantaranya :
a)Pemaparan Gradual
Metode ini membantu mengatasi fobia ataupun kecemasan melalui pendekatan setapak demi setapak dari pemaparan aktual terhadap stimulus fobik. Efektifitas terapi pemaparan sudah sangat terbukti, membuat terapi ini sebagai terapi pilihan untuk menangani fobia spesifik. Pemaparan gradual juga banyak dipakai pada penanganan agorafobia. Terapi bersifat bertahap menghadapkan individu yang agorafobik kepada situasi stimulus yang makin menakutkan, sasaran akhirnya adalah kesuksesan individu ketika dihadapkan pada tahap terakhir yang merupakan tahap terberat tanpa ada perasaan tidak nyaman dan tanpa suatu dorongan untuk menghindar. Keuntungan dari pemaparan gradual adalah hasilnya yang dapat bertahan lama. Cara Menanggulangi ataupun cara membantu memperkecil kecemasan:
b)Rekonstruksi Pikiran
Yaitu membantu individu untuk berpikir secara logis apa yang terjadi sebenarnya. biasanya digunakan pada seorang psikolog terhadap penderita fobia.
c)Flooding
Yaitu individu dibantu dengan memberikan stimulus yang paling membuatnya takut dan dikondisikan sedemikan rupa serta memaksa individu yang menderita anxiety untuk menghadapinya sendiri.
d)Terapi Kognitif
Terapi yang dilakukan adalah melalui pendekatan terapi perilaku rasional-emotif, terapi kognitif menunjukkan kepada individu dengan fobia sosial bahwa kebutuhan-kebutuhan irrasional untuk penerimaan-penerimaan sosial dan perfeksionisme melahirkan kecemasan yang tidak perlu dalam interaksi sosial. Kunci terapeutik adalah menghilangkan kebutuhan berlebih dalam penerimaan sosial. Terapi kognitif berusaha mengoreksi keyakinan-keyakinan yang disfungsional. Misalnya, orang dengan fobia sosial mungkin berpikir bahwa tidak ada seorangpun dalam suatu pesta yang ingin bercakap-cakap dengannya dan bahwa mereka akhirnya akan kesepian dan terisolasi sepanjang sisa hidup mereka. Terapi kognitif membantu mereka untuk mengenali cacat-cacat logis dalam pikiran mereka dan membantu mereka untuk melihat situasi secara rasional. Salah satu contoh tekhnik kognitif adalah restrukturisasi kognitif, suatu proses dimana terapis membantu klien mencari pikiran-pikiran dan mencari alternatif rasional sehingga mereka bisa belajar menghadapi situasi pembangkit kecemasan.
e)Terapi Kognitif Behavioral (CBT)
Terapi ini memadukan tehnik-tehnik behavioral seperti pemaparan dan tehnik-tehnik kognitif seperti restrukturisasi kognitif. Beberapa gangguan kecemasan yang mungkin dapat dikaji dengan penggunaan CBT antara lain : fobia sosial, gangguan stres pasca trauma, gangguan kecemasan menyeluruh, gangguan obsesif kompulsif dan gangguan panik.
Pada fobia sosial, terapis membantu membimbing mereka selama percobaan pada pemaparan dan secara bertahap menarik dukungan langsung sehingga klien mampu menghadapi sendiri situasi tersebut
KESIMPULAN
Kecemasan merupakan suatu sensasi aphrehensif atau takut yang menyeluruh. Dan hal ini merupakan suatu kewajaran atau normal saja, akan tetapi bila hal ini terlalu berlebihan maka dapat menjadi suatu yang abnormal. Sedangkan gangguan kecemasan yang menyeluruh adalah suatu tipe gangguan kecemasan yang melibatkan kecemasan persisten yang sepertinya “mengapung bebas” (Free floating) atau tidak terikat pada suatu yang spesifik.
Ciri penderita gangguan kecemasan antara lain:
Ciri Fisik :
1. Gelisah
2. Berkeringat
3. Jantung berdegup kencang
4. Ada sensasi tali yang
mengikat erat pada kepala
5. Gemetar
6. Sering buang air kecil
Ciri Perilaku :
1. Perilaku menghindar
2. Perilaku dependen
Ciri Kognitif
1. Merasa tidak bisa
mengendalikan semua
2. Merasa ingin melarikan
diri dari tempat tersebut
3. Serasa ingin mati
Dalam perspektif psikodinamika, memandang kecemasan sebagai suatu usaha ego untuk mengendalikan munculnya impuls-impuls yang mengancam kesadaran. Dan perasaan-perasaan kecemasan adalah tanda-tanda peringatan bahwa impuls-impuls yang mengancam mendekat ke kesadaran. Ego menggerakkan mekanisme pertahanan diri untuk mengalihkan impuls-impuls tersebut yang kemudian mengarah menjadi gangguan-gangguan kecemasan lainnya. Namun para teoritikus belajar menjelaskan gangguan-ganguan kecemasan melalui pembelajaran observasional dan conditioning. Model dua faktor dari Mowrer memasukkan clasical dan operant conditioning dalam penjelasan tentang fobia. Meskipun demikian, fobia tampaknya dipengaruhi juga oleh faktor kognitif, seperti harapan-harapan self-efficacy. Prinsip-prinsip penguatan mungkin dapat membantu menjelasakan pola-pola tingkah laku obsesif-kompulsif. Kemungkinan ada predisposisi genetis untuk fobia tertentu yamng mempunyai nilai-nilai untuk kelangsungan hidup (survival) bagi nenek moyang kita terdahulu.
Ada beberapa faktor kognitif yang menyebabkan gangguan-gangguan kecemasan, seperti prediksi berlebih terhadap ketakutan, keyakinan yang self-defeating dan irasional, sensivitas berlebih mengenai sinyal-sinyal dan tanda-tanda ancaman, harapan-harapan self-efficacy yang terlalu rendah dan salah mengartikan sinyal-sinyal tubuh.
Untuk meminimalisir terjadinya kecemasan pada diri seseorang terdapat beberapa terapi. Psikoanalisis radisional membantu orang untuk mengatasi konflik-konflik tak sadar yang diyakini mendasari gangguan-gangguan kecemasan. Pendekatan-pendekatan psiko- dinamika yang modern lebih berfokus pada gangguan relasi yang ada dalam kehidupan klien saat ini dan mendorong klien untuk mengembangkan pola tingkah laku yang lebih adaptif. Terapi humanistik lebih berfokus pada membantu klien mengidentifikasi dan menerima dirinya yang sejati dan bukan bereaksi pada kecemasan setiap kali perasaan-perasaan dan kebutuhan-kebutuhannya yang sejati mulai muncul ke permukaan. Sedangkan untuk terapi obat, berfokus pada penggunaan obat benzodiazepin dan obat-obat antidepresen (yang mempunyai efek lebih daripada hanya sebagai antidepresan).
Pendekatan-pendekatan dengan dasar belajar dalam menangani kecemasan melibatkan berbagai macam teknik behavioral dan kognitif-behavioral, termasuk terapi pemaparan, restrukturisasi kognitif, pemaparan dan pencegahan respon, serta pelatihan keterampilan relaksasi. Pendekatan-pendekatan kognitif seperti terapi tingkah laku rasional-emotif dan terapi kognitif, membantu orang untuk mengidentifikasi dan membetulkan pola-pola pikir yang salah yang melandasi reaksi-reaksi kecemasan. Untuk terapi kognitif-behavioral, menangani gangguan panik, melibatkan self-monitoring, pemaparan, dan pengembangan respons-respons adaptif terhadap sinyal-sinyal pembangkit kecemasan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar